Kencan

975 Words
Hari sabtu sore, malam minggu yang cerah Al dan Ria janjian nonton di 21 Matos. Karena hari ini week end, tempat itu pun jadi lebih ramai dari biasanya. Antrian panjang didepan loket pun tak bisa dihindari. Ria berdiri di dalam satu deratan antrian sementara Al membeli popcorn dan minuman. Setelah Ria sudah hampir maju ke baris paling depan barulah Al datang sambil membawa dua keranjang popcorn dan dua gelas minuman. "Antrinya panjang banget ya," kata Al sambil menyerahkan satu gelas minuman ke tangan Ria. "Maklum, Kak, Week end." Al memandangi Ria dari atas sampai bawah. Gadis itu terlihat cantik dengan dress perpaduan warna hitam dan putih yang panjang selutut, rambutnya yang semi panjang digerai sebahu, dia mengenakan bandana manis warna putih di atas kepalanya dan untuk sepatunya Ria mengenakan high heels setinggi sepuluh senti sehingga tingginya jadi hanya berselisih beberapa senti saja dari Al. Dilihat dari sisi mana pun Ria memang cantik. Al sendiri hanya memakai jaket buluknya yang warna udah gak jelas antara putih dan abu-abu, kaos warna merah, celana jeans dan sepatu kets putih. Penampilan keduanya hampir kontras. "Ri, boleh tanya satu hal nggak?" "Ng? Apa, Kak?" "Kenapa kamu mau pacaran denganku?" "Soalnya kakak keren!" jawab Ria sambil tersenyum. Al mengangguk-angguk jadi narsis karena pujian Ria itu. "Bagus-bagus! 'N'-nya jangan dihilangkan ya." Ria tertawa mendengar gurauan Al itu. Kata 'keren' yang baru saja diucapkan Ria, akan berbalik 180 derajat jika huruf 'N'-nya dihilangkan menjadi 'kere' yang artinya miskin. *** Vega duduk di dalam bus dalam perjalan pulang ke Batu dari Malang setelah melaksanakan pertemuan antar karateka se-Malang Raya di UB dalam rangka turnamen karate se-Malang Raya yang akan diadakan universitas itu bulan depan. Di samping Vega ada Sisi. Cewek yang terkenal sebagai biang gossip di SMA F. "Kamu tambah kuat aja Ve, kayaknya kamu bakal menang turnamen karate se-Malang Raya lagi deh, di Malang ini gak ada yang bisa ngalahin kamu," puji Sisi. Vega tersenyum kecil. "Ah, kamu juga tambah kuat kok, Si, apa lagi tendangmu itu, keren sekali." "Masih kalah keren dibanding tendangan berputarmu itu. Aisa juga, kayaknya dia punya jurus baru yang keren, kayaknya tahun ini aku harus puas jadi juara tiga lagi deh," Sisi menggerutu. Mendengar nama Aisa disebut oleh Sisi, Vega pun jadi ingat dia tidak keberadaan cewek manis berambut ikal yang wajahnya cantik mirip Barbie bernama Aisa itu. Padahal seharusnya mereka bertiga seharusnya jadi perwakilan dari SMA F untuk pertemuan hari ini. "Ngomong-ngomong Aisa kok hari ini nggak ikut?" "Hari ini dia nggak masuk, katanya mau ikut kelas bimbingan olimpiade fisika." "He? Aisa itu ikut kelas bimbingan olimpiade fisika?" Vega terkejut. Sisi mengangguk sebagai jawaban. "Nggak adil banget ya, ada cewek secantik, sepintar dan sekuat dia, bener-bener bikin iri." Vega melenggut setuju. Dia sendiri pun sering merasa iri pada Aisa. Temannya yang satu itu memang sempurna. "Tapi aneh juga ya, cewek sesempurna itu, sampai sekarang belum punya cowok." "Gosipnya sih ada cowok yang dia suka di kelas bimbingan olimpiade, makanya dia rajin banget ikut kelas itu," ujar Sisi. "He ... Siapa?" "Aku belum tahu, katanya dia sudah suka sama cowok itu dari kelas satu. Padahal dia tinggal bilang suka aja. Mana ada sih cowok yang nggak mau sama dia." Sisi berdecak-decak. Vega sepakat, seandainya Vega cowok pun, dia pasti sudah naksir gadis blesteran Indonesia-Belanda itu. "Oh iya, Kamu tahu nggak? Di sekolah sekarang lagi beredar kabar kalau Al dan Den itu homo lho," ucap Sisi. Vega terbahak-bahak mendengar gossip itu. "Ada-ada saja deh kamu, Si." "Beneran, bayangin aja deh! Mereka itu kemana-mana selalu berdua lho, habis itu yang satu hobinya mainin cewek yang satu hobinya nolak cewek, aneh banget, kan?" "Mereka hanya belum nemuin cewek yang sesuai dengan tipe mereka aja kali, mereka 100% normal kok, aku bisa jamin." Sisi memegangi dagunya sambil memandangi wajah Vega yang cengar-cengir karena geli mendengar dua sahabatnya dituduh m**o (Manusia Homo). "Kamu udah kenal mereka dari kecil kan, Ve?" tanya Sisi tiba-tiba. "Ya, karena rumah kami sebelahan dan orang tua kami juga berteman baik makanya kami udah akrab banget dari kecil." "Hm gitu ... dari kecil bergaul sama cowok-cowok keren begitu apa kamu nggak ada perasaan suka sama salah satu dari mereka, Ve?" selidik Sisi. "Ya, nggaklah, Si. Kalau udah temenan dari kecil itu, sudah tahu luar dalem mereka nggak bakal deh ada perasaan kayak begitu. Yang ada malah ilfeel," ucap Vega sembari mengibaskan tangannya. "Hm... gitu ya...." Setelah percakapan yang sedikit aneh itu, Vega dan Sisi pun mulai membicarakan tentang gossip beberapa pasangan di sekolah mereka yang diam-diam berpacaran dengan seru, sehingga tanpa terasa Sisi sudah harus turun. "Wah, sudah sampai, aku turun di sini ya, Ve, sampai besok." Sisi melambaikan tangan pada Vega kemudian berjalan turun dari bus. Vega balas melambai sambil tersenyum. Setelah Sisi pergi, Vega pun duduk sendirian di Bus Puspa Indah yang hampir sepi. Sambil mengusir rasa sepi, Vega pun mendengarkan musik dari program MP3 di ponselnya. Vega tertawa sendiri saat ingat gossip yang dikatakan Sisi tadi tentang Al dan Den. Ada-ada saja, masak dua cowok itu dituduh homo. Saat Bus melewati tikungan duduk Vega miring dan membuatnya hampir jatuh dari kursi. Vega jadi malu sendiri, untung Bus sepi sehingga tidak ada yang melihat tingkah bodohnya itu. Vega kembali ke posisi duduknya yang nyaman dan kembali mendengarkan music. Kejadian barusan membawa ingatannya kembali pada peristiwa lima tahun yang lalu yaitu saat lulus SD. Saat itu Vega, Al dan Den ikut rekreasi ke Yogyakarta tanpa orang tua mereka. Mereka duduk di bangku paling belakang yang sepi. Vega duduk di tengah diapit kedua cowok itu. Saat ada tikungan Den duduk miring sampai mendesak Vega dan Al. Di tikungan selanjutnya, giliran Al yang duduknya miring dan mendesak Vega dan Den. Namun kali ini Al sengaja mendesak jatuh keduanya sampai menendang badan Bus untuk membalas dendam. Vega tertawa mengingat peristiwa itu. Lagu New Divide dari Linkin Park semakin sayup-sayup terdengar di telinga Vega. Vega pun kehilangan kesadarannya dan tertidur nyenyak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD