Saat istirahat siang Vega menunggu di atap sekolah seperti biasa. Dua serdadunya yang kelaparan Al dan Den muncul tak lama kemudian. Namun mereka ternyata tak hanya berdua melainkan juga mengajak Ria, pacar baru Al turut serta. Vega tertegun melihat kehadiran gadis itu. Berbeda dengan Al dan Den yang hanya membawa sendok, gadis ini rupanya tahu diri dan membawa bekal sendiri.
"Maaf, Kak, aku boleh ikut, kan?" kata Ria agak canggung karena melihat ekspresi terkejut Vega akan kehadirannya di sana.
"Oh, tentu saja boleh!" jawab Vega sambil tersenyum. Dia malah senang kalau akhirnya ada satu lagi cewek yang mau ikut.
Sejak SD Vega sudah punya kebiasaan membontot karena dibiasakan ibunya agar tidak jajan sembarangan. Sementara Al dan Den punya kebiasaan menghabiskan bontotnya, sehingga ketiganya selalu makan bersama. Vega sebenarnya sudah sering mengajak makan beberapa teman ceweknya dulu tapi tak pernah ada yang mau ikut karena mereka merasa tak leluasa dengan kehadiran dua makhluk astral yaitu Al dan Den.
Keempat remaja itu pun duduk melingkar di atas Koran yang telah digelar oleh Vega dan mulai makan bersama. Bekal yang dibawa Ria sangat mewah, semancam isi tumpeng, nasi kuning dengan lima macam lauk empal daging, kering tempe, rendang, udang goreng dan ayam. Sayurnya urap-urap, dia membawa pencuci mulut berupa buah apel, puding dan empat kotak s**u. Al, Den dan Vega pun tak urung ngiler juga melihatnya.
"Wow! Mewah banget!" Vega takjub.
Ria tertawa kecil menunjukkan barisan giginya yang rapi. Gadis ini memang cantik. "Waktu aku bilang mau membontot, ibuku langsung membawakan banyak begini," jelasnya.
"Kakak bawa apa?" Ria menoleh bekal yang dibawa Vega. Vega membawa sekotak besar nasi, kakung, kecambah dan kacang panjang yang dikukus, bumbu pecel dan 30 buah mendol.
"Nasi pecel sama mendol aja," jawab Vega, merasa agak miris.
"Eh, aku kira sesuatu yang spesial, habis aku dengar kak Al dan Kak Den selalu ikut makan sih, jadi kukira pasti enak sekali," kata Ria ceplas-ceplos. Namun dari nadanya yang riang tak seorang pun sadar ada kata meremehkan dari ucapannya.
"Mana mungkin dia bawa makanan mewah, ini sih sudah sangat bangus, biasanya cuma bawa benda-benda nggak jelas hasil eksperimennya." Den mencibir.
"Benda-benda nggak kelas?" tanya Ria penasaran.
"Semacam makanan yang sudah gosong dan bentuknya serem gitu deh, sudah rasanya aneh, kadang malah bikin sakit perut sampai tiga hari." Al menerangkan.
Vega menjitak kepala kedua cowok itu dengan kesal. Keduanya memegangi kepala mereka dan mengeluh kesakitan.
"Kalau sudah tahu bentuknya mencurigakan begitu ngapain masih di makan, Kak?" ujar Ria sambil tertawa.
"Kamu nggak paham, Ria, yang penting itu sebenarnya bukan makanannya, tapi kebersamaannya, karena kita selalu bisa makan bersama!" Al tersenyum sok diplomatis.
Ria terpesona dengan ucapan Al itu, kekagumannya pada pemuda bertambah. "Kak Al keren!" pujinya. Al tertawa narsis.
"Alasan saja, dia cuma terlalu miskin sampai mau makan apa saja asal gratis kok," olok Den yang langsung meruntuhkan segala kesombongan Al. Ria pun terbahak.
"Kalau Kak Den kenapa kok mau makan?"
"Soalnya aku nggak suka membuang-buang makanan, banyak orang miskin di luar sana yang gak makan," jawab Den.
"Bukannya hanya untuk menghemat uang sakumu supaya bisa pinjam film bokap?" Al balas mencaci.
Kedua cowok itu saling pandang dengan penuh kebencian lalu saling mencubit pipi masing-masing. Ria semakin tergelak melihatnya keduanya. Menyenangkan sekali bisa akrab dengan dua cowok ini.
Ria berhenti tertawa lalu kembali melihat isi bekal Vega lagi. Dia agak penasaran melihat Vega membawa banyak sekali mendol ukuran sedang, mungkin ada lebih dari tiga puluh buah.
"Ngapain Kak bawa mendol sebanyak ini?"
"Soalnya mereka ganas banget kalau soal mendol," tunjuk Vega.
"Ya, mendolnya memang enak sih, cuman itu saja keahliannya." Den memuji sedikit tapi langsung membanting keras-keras.
"Sampai mukanya juga jadi kayak mendol," tambah Al.
"Sudah deh! Kalau kalian nggak mau akan kuhabiskan semuanya! Habis ini nggak usah makan masakanku lagi! SELAMANYA!" bentak Vega tak sabar karena terus dicerca tanpa bisa membalas.
"Jangan ngambek begitu dong...." rayuAl dan Den kompak sambil tertawa. Vega tetap manyun dan memilih makan dengan kecepatan tinggi sampai belepotan ke mana-mana.
"Hei, belepotan tuh!"
Al membersihkan sambel pecel yang menjelembret di sekitar mulut Vega dengan tangannya. Ria tertegun melihat tingkah Al yang menurutnya romantis itu. Sementara Vega malah tak menyadarinya karena sibuk tersedak akibat kapasitas mulutnya terlalu penuh. Den menepuk-nepuk punggung Vega dan memberinya minum.
"Makannya pelan-pelan!"
Ria tak bisa memungkiri dirinya iri melihat pemandangan itu. Al dan Den, dua cowok yang termasuk jajaran cowok keren di sekolah, memperlakukan Vega, cewek biasa yang nggak terlalu cantik bak ratu. Betapa indahnya hidup Vega dikelilingi dua cowok secakep ini dari lahir.
Bel tanda masuk berbunyi sehingga keempat remaja itu pun terpaksa mengakhiri acara makan siang bersama mereka. Sambil bercanda mereka pun membereskan peralatan makan siang mereka dan turun dari tangga.
"Kak Al, malem minggu besok ada acara nggak? Nonton yuk," ajak Ria.
"Hm ... boleh, ada film apa?'
"Avengers, infinite war."
Al, Den dan Vega yang merupakan penggemar berat film seri karya Marvel studios pun membelalak.
"Wah, sudah main ya!" ucap ketiganya kompak.
"Kita nonton bareng saja berempat," usul Al pada kedua sahabatnya.
Ria tampak kecewa. Padahal ini hanya ingin nonton berduaan dengan Al. Sebagai sesama wanita Vega memahami kekecewaan Ria itu. "Oh, hari sabtu aku pertemuan karateka se-Malang Raya di UB sampai sore," kata Vega.
"Hm ... aku juga ada kelas bimbingan olimpiade sampai sore," aku Den.
"Yah ... kalau gitu minggunya aja gimana?"
"Nggak usah deh, Al, kalian nonton berdua aja, ntar kita nonton film download-annya aja, ya Den?"
Den mengangguk, setuju dengan keputusan Vega. "Lagian kamu ini, masak kencan mau ngajak teman-temanmu, nggak asyik banget sih, kasihan pacarmu donk!" komentar Den jujur.
"Eh? Oh...." Si Al tampaknya baru sadar kalau maksud Ria mengajaknya nonton bareng adalah agar bisa kencan. Al melirik ke arah Ria. Ria tetap tersenyum manis walau hatinya dongkol.
"Ah, kencan apa sih, Kak, cuman nonton bareng kok," ucap Ria sambil tersenyum.
"Sama sajalah, selamat kencan deh, aku balik ke kelas duluan ya." Vega berpamitan.
Vega meninggalkan ketiga orang itu dan berjalan menuju kelasnya sendiri. Entah kenapa rasanya ada perasaan aneh yang bergemuruh di dadanya.
***