Part 2

1444 Words
Kehamilan Fiyah sudah menginjak 7 bulan.  Dia sudah banyak mendengar wejangan-wejangan dari sang Mama tercinta.  Sebagaimana kehamilan pada umumnya,  Fiyah juga merasakan mual-mual setelah melewati masa koma.  Tidak hanya mual,  nafsu makannya juga berkurang drastis.  Dia hanya akan makan apabila ditemani oleh Kahfi. Drama ngidam juga dilewati oleh Fiyah,  dari yang menyukai bau badan sang suami sebelum mandi sampai menginginkan es cendol ditengah malam.  Kahfi mulai bertransformasi menjadi suami siaga untuk Fiyah . Dia selalu berusaha memenuhi keinginan anak maupun istrinya. Sahabat-sahabat Fiyah dan Kahfi juga tidak kalah antusiasnya. Mereka juga membantu mencari keinginan Fiyah yang sulit untuk didapat. Fase kehamilan sama sekali tidak pernah terbayang oleh Fiyah.  Dia sangat-sangat bersyukur dengan titipan yang telah Allah hadirkan didalam perutnya.  Bahkan sang suami bercerita bagaimana kondisi sang anak jika dirinya tidak siuman dari koma.  Allah itu maha baik dan berkuasa. Apapun yang Allah telah takdirkan sesungguhnya itu yang terbaik untuk hambanya. "Lah kok mati lampu" kaget Fiyah. "Udah jangan takut ada abang disini.  Tidur aja" Kahfi yang terbangun karena ucapan Fiyah kembali memejamkan matanya.  Dia sudah sangat lelah beraktifitas seharian.  Dari mengurus beberapa keperluan organisasi,  mengikuti mata kuliah,  sampai membangun bisnis bersama dengan sahabatnya.  "Iya" jawab Fiyah.  Dia juga tidak ingin menggangu sang suami beristirahat. Fiyah masih grasak grusuk diatas tempat tidur.  Dia berusaha mencari posisi enak.  Sejak memasuki kandungan 7 bulan,  dia sangat susah mencari posisi yang nyaman untuk tidur.  Sekilas dia terbayang kajian tentang bagaimana susahnya seorang ibu mengandung. Disebutkan dalam ayat yang mulia ini bahwa ibu yang mengandung kita telah mengalami berbagai kesusahan. Allah Ta’ala berfirman, وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah” (QS. Lukman: 14). Inilah di antara alasan kenapa kita mesti berbakti pada orang tua karena kesusahan yang ia hadapi ketika mengandung kita (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, 648). Mujahid berkata bahwa yang dimaksud “وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ” adalah kesulitan ketika mengandung anak. Qotadah berkata bahwa yang dimaksud adalah ibu mengandung kita dengan penuh usaha keras. ‘Atho’ Al Khorosani berkata bahwa yang dimaksud adalah ibu mengandung kita dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 53). Fiyah sekarang merasakannya sendiri,  tidak hanya menerka-nerka saat dulu dikajian. Sejenak dia berpikir pantas saja Rasulullah menyuruh berbakti kepada ibu terlebih dahulu karena jujur dia pun merasakan sakit diseluruh tubuh,  susah bergerak,  mual yang berkepanjangan,  susah tidur dan sulit mencari posisi nyaman. "Susah tidur ya" Kahfi terbangun karena gerakan istri yang tidak nyaman. "Maaf ya bang,  tidur aja lagi" Fiyah merasa tidak enak hati menggangu tidur Kahfi. "Sakit nya disebelah mana? " Kahfi segera terduduk.  Dia paham bagaimana kondisi istrinya. "Enggak kok bang,  gak ada yang sakit.  Abang tidur ya" Ingin rasanya Fiyah menangis sekarang.  Seharusnya biar dia sendiri yang merasakan sakit,  jangan sampai menggangu suaminya.  Apalagi melihat bagaimana mata sang suami berwarna merah. "Jangan ngimpen sakitnya sendiri. Abang gak suka.  Coba cerita apa yang Fiyah rasain" "Maaf ya bang" Fiyah mencoba memejamkan matanya. "Abang gak butuh maaf lo Yang,  anak kita gerak ya" Kahfi memasukan tangannya kedalam baju istrinya.  "Eh abang ngapain" Fiyah mendadak kaku karena sentuhan Kahfi. "Udah coba tidur aja,  mana tau kalau dielus dedeknya jadi tenang" sembari tangan kanan mengelus tangan sebelah kiri Kahfi gunakan untuk menghapus jejak keringat di dahi dan leher Fiyah. "Panas ya Yang" Tanya nya. "Eh iya bang" jawab Fiyah terbata-bata. Kahfi mengambil kipas tangan yang didapat dari sovenir nikahan anak teman Mamanya.  Dia mengipas-ngipaskan kearah Fiyah berharap angin yang dirasakan mampu menghilangkan rasa panas. "Abang gak usah nanti capek.  Tidur aja ya" lirih Fiyah tidak enak hati. "Udah-udah,  sekarang tidur ya.  Abang gak mau Fiyah sakit  karena kurang tidur" bantah Kahfi. Kahfi melakukan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan olehnya dulu. Tangan kanannya mengusap perut sang istri, tangan kirinya memegang kipas dan mulutnya melafazkan kalamullah.  Fiyah nyaman serta bahagia dengan apa yang dilakukan oleh suaminya.  "Nak,  Daddy kamu buat Umi tambah cinta tau gak hehe" batin Fiyah. ..... "Yuk ambil wudhu" Kahfi membantu Fiyah untuk mengambil wudhu.  Selama kakinya tidak bisa berfungsi,  Kahfi, Rahmi serta Angga selalu membantu Fiyah untuk mengambil wudhu dan shalat. Kahfi dan Angga biasanya hanya membantu mengangkat Fiyah ke kursi Roda kemudian mendorongnya saja.  Karena dalam hal bersentuhan suami istri saat sudah berwudhu Kahfi mengambil pendapat imam Syafi'i bahwa wudhu akan batal apabila bersentuhan dengan syahwat ataupun tanpa syahwat. "Terima kasih ya bang,  Fiyah gak bisa ngapa-ngapain kalau gak ada abang" raut sedih itu kembali muncul. "Udah menjadi tugasnya abang sebagai suami.  Disaat tubuh istri gak bisa digunain maka tubuh suami sebagai penggantinya.  Seorang suami itu penyanggah untuk istrinya. Jadi Abang gak masalah.  Kita laluin semuanya sama-sama ya, Karena pernikahan itu bukan hanya sekedar menyatukan hati,  namun pernikahan itu sebagai wadah untuk merubah yang sulit menjadi mudah,  tangis jadi bahagia, proses belajar, serta bekerja sama untuk bertambah taat kepada Allah" Usapan yang diberikan Kahfi dikepala Fiyah menjadikan senyum mereka seketika terbit. Setelah membantu Fiyah berwudhu', mereka mulai bersiap untuk shalat. "Nah sekarang kita shalat malam dulu ya,  nanti keburu subuh masuk" Kahfi menjadi imam pada shalat malam mereka.  Fiyah menunaikan shalat dengan cara duduk dibelakang Kahfi. Sebagaimana Allah memudahkan hambanya dalam menjalankan kewajiban shalat.  Dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan: كانتْ بي بَواسيرُ ، فسأَلتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عنِ الصلاةِ ، فقال : صَلِّ قائمًا ، فإن لم تستَطِع فقاعدًا ، فإن لم تستَطِعْ فعلى جَنبٍ “Aku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda: shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring menyamping” (HR. Al Bukhari, no. 1117). Dalam riwayat lain disebutkan tambahan: فإن لم تستطع فمستلقياً “Jika tidak mampu maka berbaring telentang” Shalat malam mempunyai banyak keutamaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻟَﺴَﺎﻋَـﺔً، ﻻَ ﻳُﻮَﺍﻓِﻘُﻬَﺎ ﺭَﺟُـﻞٌ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ ﻳَﺴْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺃَﻋْﻄَﺎﻩُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ، ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻛُﻞَّ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ . “Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam.” [HR. Muslim] Pada waktu inilah hati seorang muslim lebih lembut dan lebih mudah kembali kepada Allah serta akan ditingkatlan keimanannya. Ibnu Taimiyyah berkata, الناس في آخر اليل يكون في قلوبهم من التوجه و التقرب و الرقة ما لا يوجد في غير ذالك الوقت “Manusia pada akhir malam, keadaan hatinya akan fokus dan dekat kepada Allah serta lembut, di mana tidak didapati keadaan ini kecuali pada waktu tersebut.” [Majmu’ Fatawa 5/130] Awalnya Kahfi begitu berat melakukan shalat malam.  Imannya belum begitu kuat dibanding orang lain.  Awal hijrahnya dia berusaha untuk memperbaiki shalatnya.  Karena jika shalat seorang hamba benar maka mustahil dia melakukan kemungkaran. Masih teringat dibenak Kahfi bagaimana sang istri tidak mau membangunkan dirinya untuk membantu mengambil wudhu. Saat itu Kahfi merasa gagal menjadi seorang suami, bagaimana tidak?  Saat matanya terbuka dia melihat istrinya merangkak untuk kekamar mandi. Kahfi menangis melihat bagaimana kuatnya iman istrinya,  dia tidak terlalu sehat secara fisik masih mau menunaikan ibadah sunnah.  Dari kejadian itu dia bertekad selelah apapun dia,  sengantuk apapun dia maka dia harus bangun di sepertiga malam.  Keterpaksaan itu tidak berlangsung lama karena secara perlahan kenikmatan shalat malam dia rasakan.  Teringat perkataan seorang ustadz bahwa ibadah itu awalnya dipaksakan jangan dimanja supaya setan pun tidak mudah menggoda iman kita.  "Ya Allah perkumpulkan kami kelak disurga bersama keluarga serta sahabat-sahabat kami. Aamiin ya Allah" Rangkaian doa yang tidak pernah mereka tinggalkan saat bermunajad kepada Allah. Setelah shalat, mereka mengisi waktu menunggu azan subuh dengan mengaji ataupun murojaah hapalan.  "Yang hapalan kamu berapa sih" Tanya Kahfi penasaran. "Gak banyak bang, abang keren udah hafal surah muhammad hehe" balas Fiyah.  "Tawadu'nya istri abang, hapalannya gak mau orang lain tau" "Enggak bang,  secuil aja gak sampai" "Iya deh.  Hapalin surah Ar-rahman bareng yuk. Eh kayaknya Fiyah udah hapal ya kan" Kahfi menunjukan wajah kesedihan.  Bukan tidak senang kalau istrinya banyak menghapal.  Hanya saja dia tidak mau tertinggal dibelakang soal agama,  dia kepala rumah tangga dan juga Imam yang akan mempertanggung jawabkan segala sesuatu menyangkut keluarganya kelak dihadapan Allah. "Ayukk bang,  Fiyah mau banget.  Perlahan aja.  1 halaman aja dulu" Fiyah sangat antusias dengan keinginan suaminya. "Iyaa" raut wajah Kahfi kembali cerah. " Yang udah masuk azan subuh ni. Abang kemesjid dulu ya" pamit Kahfi. "Iya suami ku sayang" balas Fiyah malu-malu. "Ih gemes lo abang yang haha" Cubitan lembut diberikan Kahfi pada pipi tembam istrinya. "Sayangnya Daddy" sapa Kahfi pada anak didalam perut Fiyah. "Iya Daddy" ucap Fiyah menirukan suara anak kecil. "Hehe Daddy kemesjid dulu ya.  Suatu saat Daddy ajak kemesjid deh.  Jagain Umi ya, jangan nyusain umi kalau daddy gak ada disamping Umi ya sayang" Cup cup cup Kahfi memberikan kecupan sayang kepada anaknya. "Jangan cemberut gitu umi,  hehe" Cup "Nah itu untuk Umi dari suami tercinta" ucap Kahfi. "Abang ih,  kan batal wudhunya" "Maaf lo, Nanti minta tolong Mama ya sayang,  Abang pamit dulu kemesjid.  Assalamu'alaikum" "Fi amanillah,  Wa'alaikumsalam"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD