Part 3

1384 Words
"Yang, Abang mau kekampus dulu ni" pamit Kahfi buru-buru. Diliriknya jam tangan yang sudah menunjukan pukul 09.15. Dia mempunyai janji dengan dosen bidang kemahasiswaan pada jam 09.30. "Abang kok pakai baju itu" tanya Fiyah polos. "Kan dikasur tadi gak ada baju, makanya abang ambil asal-asalan di lemari. Kenapa emangnya Yang pakai baju ini" Kahfi balik bertanya. Dia memutuskan untuk berkaca apakah ada yang aneh dari baju yang tengah dipakainya namun ternyata tidak ada. Lalu istrinya kenapa? "Kan bajunya udah Fiyah letakin dikasur" Fiyah memutar kursi rodanya kearah kasur. Disana terdapat baju yang belum berpindah tempat. "Nah ini, kok abang gak mau pakai" mata ratu sensitif sudah berkaca-kaca. Sedikit lagi maka akan terdengar suara tangis. "Eh- Itu bukan baju abang Fi" Ya Allah, itu baju siapa lagi" batin Kahfi. "Ini kemeja Fiyah, dulu dibeliin Mama tapi kebesaran. Abang pakai ini ya" Kahfi melonggo mendengar permintaan sang istri. Dia menerka-nerka apakah istrinya mau menjadi youtubers kemudian membuat episode dengan judul "Prank untuk suami". "Abang ngapain, cari apa" "Cari kamera tersembunyi, kali aja ini ajang ngeprank yang lagi booming itu"cerocos Kahfi. "Abang ngelatur mulu, siapa juga yang mau ngeprank. Udah sana ganti" Fiyah memberikan kemeja itu kepada Kahfi. Kemeja yang sangat-sangat Kahfi hindari karena berwarna pink. Membayangkan dirinya memakai kemeja itu membuat perutnya mendadak mual. "Yang, abang udah telat ni. Kapan-kapan aja ya" mohon Kahfi disertain wajah memelas. "Dek, Daddy mu gak sayang sama kita tu. Disuruh pakai kemeja yang udah Umi pilihin gak mau" sekarang Fiyah sudah bisa mengadu kepada anaknya. Betapa sangat menyebalkannya hal itu. "Aduh yang, ngomong kok gak pakai bismillah. Daddy sayang kok sama kalian" Kahfi mengusap pucuk kepala Fiyah yang tengah menunduk. Ada rasa bersalah pada dirinya. Kenapa memakai kemeja pilihan istrinya saja begitu berat. "Kalau sayang kenapa gak mau pakai kemeja ini" oh no! Fiyah sudah menangis. "Cup cup, jangan nangis ya. Ini abang pakai oke" Kahfi buru-buru mengganti bajunya. Melirik dirinya sedikit dikaca betapa pemandangan dikaca itu membuat matanya sakit. "Abang tambah ganteng" lagi-lagi Kahfi dibuat melongo karena istrinya tampak tersenyum lebar walaupun hidung dan matanya sedikit memerah. "Makasih Yang pujiannya. Jangan nangis lagi ya" Kahfi mengusap jejak air mata yang masih ada menggunakan bajunya. "Iya, Jangan diganti lo. Awas aja diganti, Ntar Fiyah tanyain sama abang nya Yasmin" Pupus sudah rencana yang akan Kahfi lakukan. Hanya satu yang dapat dia lakukan saat ini PASRAH. "Iya sayang, Eh leptop abang mana ya" "Di laci nomor 2" "Kaus kaki abang kemana ni, perasaan kemaren disepatunya kok" Kahfi mondar-mandir mencarinya. "Ambil aja yang baru dilemari bang" Fiyah tentu pusing melihat keribetan yang disebabkan oleh suaminya itu. "Daddy pamit dulu ya dedek Umi. Assalamu'alaikum" Kahfi mengecup kening istrinya. "Iya Wa'alaikumsalam. Fii Amanillah. Jangan diganti" balas Fiyah sambil mencium punggung tanggan suaminya. Kahfi hanya membalas dengan senyuman manis. Kamar masih berantakan karena pelaku utama sudah mendadak pergi. Fiyah mencoba merapikan sebisa mungkin dengan kursi rodanya. "Daddy kamu ni ya nak, kalau udah buru-buru paniknya luar biasa. Tapi tadi ganteng banget pakai kemeja warna pink auu" usapan-usapan halus dilakukan Fiyah agar anaknya tenang. Dia selalu merasakan kesakitan saat anaknya aktif namun ada rasa bahagia juga yang berarti anaknya sehat didalan sana. "Aktif banget nak hehe" kekehnya pelan. Beberapa menit kemudian, "Assalamu'alaikum bumil" "Wa'alaikumsalam, lah udah sampai aja kalian" Fiyah kedatangan sahabat baiknya, dia adalah Anjel dan Yasmin. "Iya dong, gimana keadaan ponaan aku Fi. Sehat kan? Aman" si cerewet Anjel langsung menanyakan kabar calon anaknya. "Anteng kok Jel, cuma kadang ada lah rasa sakit kalau dia gerak" balas Fiyah. "Seorang perempuan yang tengah hamil maka Allah berikan kesempatan dia mendapatkan pahala seorang mujahidah. Jadi pen nikah" cerocos Yasmin. "Ya nikah sana Yas, enak lo nikah tu" Fiyah tersenyum memanas-manasi sahabatnya itu. "Aku gak akan nikah sebelum bang Koko nikah kayaknya. Miris kan nasib ku" curhat Yasmin. "Lebay banget, aku aja udah dibolehin nikah tapi gak ada calonnya. Doi sih gak peka peka, yang ada pekak" Mereka bertiga tertawa bersama dengan candaan Anjel "Maaf Jel, masih nunggu Arka ya" tanya Fiyah takut-takut. "Fi jangan ditanyain itu. Dia itu buram gak jelas bikin kesal" Aura yang ditampilkan Anjel tidak seperti biasanya. Fiyah berpikiran bahwa Anjel masih sangat menunggu Arka. "Sabar sabar, Ditawarin akhi Zafran gak mau. Hahah" Yasmin menggoda Anjel yang sedang dalam mode badmood. "Akhi Zafran itu terlalu jauh untuk aku jangkau, dia terlalu bersinar haha" "Sumpah drama nya bikin muntah" ucap Yasmin sambil menutup mulutnya. "Udah-udah, kalau Arka nya gak jelas cari yang lain aja. Atau aku minta tolong Bang Kahfi untuk carikan, kayaknya teman kajian dia banyak deh" Fiyah meletakkan tangannya di didagu pertanda bahwa dia tengah berpikir. "Malas ah bahas jodoh mulu, Aku percaya kok kalau udah waktunya pasti akan datang juga" Anjel langsung merebahkan tubuhnya di karpet yang ada dibawah lantai. Otaknya tengah malas membahas perkara jodoh. Bibirnya mengerucut kesal mendengar obrolan yang tidak dia sukai. "Iya kami minta maaf. Aku boleh nanya gak" Yasmin sebenarnya dilema apakah menanyai hal ini kepada 2 orang sahabat didepannya ini benar atau tidak. "Lebay ah, mau nanya minta izin dulu" Anjel kembali fokus pada buku yang ada di gengamannya. Yasmin menarik salah satu kursi yang ada didepan meja rias. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kok Yasmin salah tingkah gitu, hayo nanya apa" godaan itu bersalah dari Fiyah. "Menurut kalian Bi-bima itu gimana" "Apa apa aku gak salah dengar kan. Kamu nanya soal Bima?" Anjel yang tadi serius dengan bukunya mendadak hilang fokus dan meletakkan bukunya begitu saja. "Aku kurang tau banget soal Bima Yas, Tapi menurutku dia baik kok. Kalau mau lebih jelas nanti aku coba tanya bang Kahfi ya" Fiyah mengeluarkan argumentasinya. "Kalau Anjel gimana, kan kamu keliatan dekat sama dia" Yasmin tentu penasaran dengan pendapat Anjel. Anjel berpikir sejenak, karena dia sangat sulit untuk menilai seseorang. "Hemm aku gak tau sih, dia dari dulu gitu aja sama aku gak ada lembut-lembutnya" keluh Anjel. "Kamu tertarik sama Bima" lontar Fiyah. "Enggak tau sih Fi, masih bingung aku tu. Udah ah malas bahas jodoh" "Udah dibilang juga tadi malah ngeyel" gumam Anjel. "Yas Suruh bang Koko dong fotoin Bang Kahfi" Fiyah menampilkan wajah menggemaskannya. "Tumben, emang untuk apa" Anjel dan Yasmin bertanya-tanya tidak seperti biasanya. "Suruh aja Yas, kangen soalnya" Yasmin tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. Tetapi dia tetap menuruti keinginan Fiyah karena kalau tidak dituruti maka aka nada drama tangis yang tejadi. "Kenapa Yas kok kayak nahan gitu" Anjel penasaran dengan raut wajah Yasmin, dia meliht layar smartphone Yasmin. "Hahahahaha" tawa Anjel keluar begitu saja. "Kenapa, kesambet" Fiyah merasa heran dengan sahabatnya yang tiba-tiba tertawa begitu nyaring. "Fi kamu apain sih Kahfi kok gini" Yasmin memberikan benda kotak itu. Senyum Fiyah terbit begitu saja melihat layar benda itu. "Imutnya suami aku" Fiyah tersenyum bangga dengan pilihannya. Mereka kembali berbincang-bincang soal kajian, soal bayi yang ada diperut Fiyah dan memikirkan kegiatan apa yang akan mereka kerjakan dikemudian hari. ... "Hahahahahaha sehat Kaf" Kahfi tidak menghiraukan ejekan dari Ray dan Azriel. Dari turun dari motor tadi dia mendengarkan pujian dan gelak tawa untuk dirinya. "Sumpah gue gak pernah tau si Kahfi punya baju warna pink gitu, kayaknya itu kemeja cewek deh hahaha" Koko pun ikut mengomentari. "Serah gue dong mau makai apa. Besok kalau lo semua udah punya bini sama anak bakal lakuian kayak gue kok. Yang penting bini gue senang" Kahfi bodo amat dengan pandangan orang lain. Selama yang dilakukan tidak keluar dari syariat islam maka fine fine saja. Ray, Koko dan Azriel paham bahwa itu bukan keinginan Kahfi melainkan keinginan anarkis Fiyah. Mereka tersenyum saja karena tingkah jail keponakan yang masih didalam perut. "Eh Adek gue minta foto lo ni, katanya bini lo yang minta" ucap Koko. "Baru bentar udah kangen aja dia, kan kangen rumah gue" lihatlah senyum lebar yang ditampilkan Kahfi malah membuat yang lain takut. Kahfi tipe orang yang dingin dan jarang senyum, namun sudah beberapa bulan ini wajahnya terlihat lebih bersahabat. "Sabar eleh pak,  mentang udah nikah" tentu temannya iri dengan apa yang dialami Kahfi.  Apalagi senyum yang selalu dikeluarkan Kahfi. "Iya dong,  makanya kalian gak usah main cewek gak capek apa.  Mending cari yang baik terus nikah.  Percaya sama gue kalau kita dekat sama Allah maka Allah hadirkan ketenangan yang tidak akan kalian dapati dimana pun. Maaf gue bukan maksud menceramahi atau merasa lebih baik.  Tapi yang harus kalian tau gue sayang sama kalian" Kahfi tentu ingin temannya juga mengenal islam lebih dalam. Tetapi dia paham tidak akan mudah karena dulu diapun pernah diposisi itu.  "hehe Nikmati nakal dulu lah pak Ustadz. Nanti baru taubat" canda Ray. "Kalau iya kita masih hidup,  kalau abis ini mati gimana" Mereka terdiam begitu saja.  Kahfi memutuskan untuk segera masuk kedalam ruangan pertemuan dengan dosen bagian kemahasiswaan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD