Part 4

1415 Words
Peluh keringat membanjiri tubuh Fiyah,  nafasnya kian tercekik karena sakit yang menyerang.  Dia berusaha untuk menahan agar tidak memekik, karena apa yang dirasakan nya sungguh sangat menyakitkan. Bulir-bulir air mata mulai membanjiri pipinya. Sudah sejak kemaren sore dia merasakan sakit secara tiba-tiba namun rasa itu tidak berlangsung lama. "Bang" lirihnya pelan.  Sembari memperbaiki duduknya yang sangat tidak nyaman.  Tangannya mengusap ngusap perut berharap bisa sedikit menghilangkan rasa sakit. "Astagfirullah Yang" kaget Kahfi yang baru selesai menunaikan shalat malam. "Kenapa gak teriak aja akhhh" Kahfi pun menjadi panik sendiri. "Ma,  Pa.  Tolongin Kahfi.  Fiyah mau melahirkan ni" teriak Kahfi.  Dia langsung mengangkat tubuh sang istri. Rasanya Kahfi tidak sanggup melihat bagaimana istrinya kesakitan.  "Ya Allah,  ayo cepat kerumah sakit" Rahmi ikutan panik. "Ma tolong ambilin mukenah sama kaus kaki Fiyah di kamar ya" Angga segera mengambil mobilnya diikuti oleh Kahfi yang tengah menggendong Fiyah.  "Ini bang" Rahmi memberikan mukenan kepada Kahfi.  Terlihat wajah gusar dan cemas meliputi anaknya itu. "Au sakit bang" "Istifgar istigaf sayang,  banyak-banyak zikir ya" Kahfi membisikkan kalimat kalimat zikir serta asmaul husna.  Bukankah dengan berzikir hati menjadi tenang.  Apapun keadaan kita,  disaat kegelisaan menerjang walaupun hampir habisa batas usia kita didunia maka perbanyaklah zikir. Karena obatnya hati itu adalah Kalamullah, hadis nabi serta zikir. Setiap orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib meyakini, bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, membaca al-Qur’an, berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28). Artinya dengan berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan. Bahkan, tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bibir Fiyah kian memucat,  badannya tidak berdaya lagi menangung sakit yang baru pertama kali dia rasakan. "U-mi Maafkan Fiyah" lirihnya pelan. Seorang anak akan tau bagaimana pengorbanan ibunya saat dia  mengalami sendiri bagaimana rasanya hamil,  melahirkan dan merawat anaknya.  Maka Allah sangat memuliakan seorang ibu.  Bahkan Allah melarang keras seorang anak berkata ah kepada kedua orang tuanya. Allah Ta’ala berfirman: وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24). Imam Adz- Dzahabi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya adalah berbakti, mengasihi dan lemah lembut kepadanya. Dan yang dimaksud dengan membentak mereka adalah berbicara secara kasar di saat keduanya memasuki masa tua mereka. Seyogyanyalah kita berkhidmat kepada keduanya sebagaimana mereka telah mengurus kita. Bagaimanapun juga mereka tetap yang lebih baik. Dan bagaimana bisa sama, keduanya telah derita karena kita, demi mengharapkan kehidupan kita. Sedangkan kita jika pun menanggung derita karena keduanya, kita mengharapkan kematiannya. Lalu mana mungkin bisa sama? Dan adapun yang dimaksud dengan perkataan yang mulia adalah perkataan yang lemah lembut lagi santun.” "Sayang, hey jangan pejamin mata" Kahfi sangat takut Fiyah kembali tidak sadarkan diri. Rahmi terus mengelus pucuk kepala menantunya untuk memberikan kekuatan moril disertai lantunan doa dalam hati semoga Allah memberikan kemudahan untuk menantunya itu. "Bang sakit, astagfirullah astagfirullah.  Ya Allah hiks hiks" Pukulan telak untuk Kahfi melihat bagaimana istri kesakitan.  "Iya iya kita bentar lagi sampai,  Kuat ya. Allah selalu bersama kita.  Bentar lagi anak kita akan ketemu sama Uminya. Kamu umi yang kuat abang tau itu" sekuat apapun Kahfi, dia tidak bisa berpura-pura baik-baik saja.  Lelehan air mata menetes begitu saja. Kalau bisa berganti posisi maka dia dengan senang hati akan menggantikan posisi istri tercintanya itu. Kahfi memakaikan istrinya mukenah untuk menutupi aurat. Bagaimana pun keadaaannya aurat adalah sesuatu hal yang mutlak untuk dijaga selagi masih ada kemampuan untuk itu. Suasana malam yang sunyi membuat kendaraan yang mereka naiki bisa bergerak secepat mungkin.  "Dok istri saya" teriak Kahfi menggema begitu saja didalam rumah sakit ibu dan anak itu. Fiyah segera di bawa kedalam sebuah ruangan untuk dilakukan pemeriksaan lebih dalam. "Ma Fiyah gak bakal kayak kemaren lagi kan" Kahfi bertanya dengan pandangan kosong. "Hey nak,  percayakan semuanya sama Allah" balas Rahmi terpukul. Dia memeluk erat Kahfi memberikan ketenangan dan kekuatan agar anaknya bisa sabar dan kuat. "Dok bagaimana keadaan istri saya" Kahfi buru-buru bertanya dikala seorang dokter keluar dari ruangan Fiyah. "Bapak tenang dulu Ya,  bukaan nya masih belum sempurna.  Kesakitan yang dirasakan istri bapak belum ada apa-apanya karena masih bukaan 1" Dokter menjelaskan bahwa yang mereka alami sekarang masih tahap awal. Kontraksi yang dihasilkan bisa dalam waktu lama dirasakan bisa hilang timbul.  Setiap pasien mengalami keadaan yang berbeda-beda. "Ya Allah dok,  masih tahap awal" Muka Kahfi bertambah pucat.  Sanggupkan dirinya melihat Fiyah merasakan lebih sakit lagi. "Iya pak,  untuk kehamilan pertama memang seperti itu.  Karena faktor calon ibu dan ayah belum pernah mengalaminya membuat mereka lebih cepat panik.  Kami sudah memberikan beberapa vitamin untuk menambah stamina ibu Fiyah.  Kita akan tunggu sampai pagi nanti,  apakah bertambah bukaannya atau tidak.  Kami akan selalu mengecek keadaan sekali 30 menit pak. Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi Pak Bu?. Kalau begitu saya pamit dulu.  Assalamu'alaikum" Sepeninggalan dokter,  Kahfi langsung memasuki ruangan Fiyah.  "Masih sakit Yang" tanya Kahfi takut-takut. "Masih bang,  sakitnya hilang timbul" balas Fiyah. "Fi yakin mau normal, kita operasi aja ya" Rahmi mendadak jadi tidak tega melihat Fiyah. Kondisinya setelah koma masih belum stabil.  Fisik yang lemah salah satu alasannya. "Insya Allah yakin Ma,  Fiyah juga mau rasain gimana  Umi sama Mama rasain auu" sakit itu kembali datang. "Mama istirahat aja dulu,  baru jam 4 juga. Biar Kahfi yang jagain Fiyah" Kahfi tidak enak melihat Mamanya yang menguap berulang-ulang. "Iya Mama sama Papa juga mau pulang dulu.  Kita gak ada bawa apa-apa soalnya saking paniknya" balas Rahmi. Rahmi dan Angga berpamitan untuk pulang kerumah. "Gimana bu udah terasa sakitnya" seorang perawat datang mengecek keadaan Fiyah. "Lebih sakit dari tadi Sus,  aduhh auu" Fiyah kembali lagi merasakan sakit. "Ibu jangan mengejan ya, Masih bukaan 3 bu. Posisi badan miring kesebelah kanan ya bu.  Pinggung nya jangan diangkat-angkat" jelas suster itu. Genggaman tangan Kahfi tidak pernah terlepas dari Fiyah.  "Hiks sakit bang, aduhh astagfirullah.  Ya Allah" Kahfi membisikan kalamullah ditelinga Fiyah.  Sebenarnya dia tidak kuasa menahan air mata.  Namun kalau dirinya terlihat lemah maka siapa yang akan jadi penguat. "Sayangnya Daddy,  udah mau ketemu Umi ya. Ayo keluar ya nak pelan-pelan.  Kasian uminya kesakitan" Kahfi mengusap ngusap perut Fiyah.  Darah sudah banyak yang berserakan.  Kahfi tidak merasakan jijik sekalipun. "Aduh Ya Allah sakit,  abang sakit" tangis Fiyah bertambah keras.  Dia menggigit ujung baju Kahfi untuk melampiaskan rasa sakit. Kahfi ikutan panik,  dokter langsung memasuki tempat persalinan. "Alhamdulillah sudah bukaan 9. Ibu harus kuat ya.  Anaknya mau ketemu sama ibunya" dokter beserta perawat menyiapkan segala bentuk kebutuhan persalinan. "Aduh Sakit nya,  Umii hikss Maafin Fiyah.  Sakit hiks hiks" teriakan Fiyah terasa amat menyakitkan bagi Kahfi. "Sayang tangannya jangan digigit gitu,  ini tangan abang aja" "Ibu sudah waktunya,  Kalau saya suruh mengejan ibu mengejan ya.  Bismillah 1 2 3 Ayo mengejan bu" intruksi dokter. "Akhhhhhhh uhhhhhh Akhhhh" badan Fiyah kian melemah. "Ayo bu,  ini kepalanya sudah hampir keluar" "Akhhh,  bang sakit hiks.  Fiyah gak kuat" Kahfi melihat kearah dokter apakah persalinan ini tetap dilanjutkan atau tidak. "Ibu kuat,  ayo jangan kalah.  Ini anaknya mau ketemu ibu sama ayahnya.  Ayo bu mengejan 1 2 3" "Akhhhh,  du du Akhhhh" "Bang udah ayo pulang. Sakit" "Bang Fiyah mau pulang hiks hikss" "Hey sayang dengarin abang,  Anak kita mau ketemu lo.  Abang sayang sama Fiyah,  abang cinta sama Fiyah.  Jangan takut,  abang disini" Seakan-akan Fiyah mendapatkan semangat dari perkataan Kahfi. "Akhhhhhhhhhhhhh" "Oek oekkk oekkkk" rasanya kaki sudah berada didunianya kembali.  Perasaan lega,  terasa bebas dari ujung jurang. "Terima kasih sayang,  terima kasih" Kahfi mengecup seluruh wajah Fiyah.  Dia sangat-sangat bersyukur.  Air mata yang dia keluarkan menjadi saksi bahwa dia bahagia. "Alhamdulillah kelahiran anak bapak dan ibu pada jam hari jumat pukul 05:15. Berjenis kelamin laki-laki.  Mempunyai berat 3.1 kg dan panjang 48 cm. Bayi dan ibunya dibersihkan terlebih dahulu ya pak" Setelah bayi dibersihkan, Kahfi mulai mengazaninya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD