Atmosfer yang dirasakan Jingga begitu berat padahal ia ada di ruangan bersama dengan orang yang ia anggap kakeknya, sekaligus keluarga yang ia sayangi. Ia bahkan seolah terkurung dalam ruangan yang segala furniture maupun hiasan yang menempel di dinding, mencerminkan betapa berkuasanya orang yang menempati. Dia tertekan meski tanpa ada kata - kata yang seharusnya membuatnya merasa tertekan. Jingga juga merasa kedinginan hanya karena sebuah tatapan dari orang yang ia sayangi. Hanya saja ia sadar jika pria paruh baya yang berada di depannya dan menatpanya tanpa riak di wajah, bukanlah kakek yang yang menyayanginya seperti dulu. Jingga tidak lagi merasakan kasih sayang yang biasa menguar dari kakek Kennedy bahkan ketika dia hanya menatapnya. Dari sini ia semakin yakin jika kepergian kakek Ke

