Panas

1330 Words

Evan mengandeng Jingga menuju ke mobil yang berada tepat di depan lobi istana. Dia berusaha mengarahkan Jingga agar bersikap normal seolah tak ada masalah karena dinding istana pun memiliki mata dan telinga. Dia tidak mau terhembus gosip buruk tentang istrinya dan kakek. Seperti suami yang baik, ia sama sekali tidak bertanya atau menasehari Jingga untuk memberi waktu pada sang istri menenangkan diri. Evan tahu jika Jingga saat ini mendapatkan perkataan menyakitkan dari kakeknya. Namun itulah yang harus Jingga terima kala berani menemui kakek. Sehingga ketika keduanya tiba di dalam mobil, Jingga tidak bisa lagi mengendalikan tangisannya. Ia meledak dan menagis dengan keras. Sedangkan Evan memeluk Jingga dengan lembut, membiarkan sang istri memeluk dan menangis. Dan ia menunggu waktu yang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD