Penanganan Masalah

1787 Words
Kevin berpikir sejenak untuk merancang rayuan apa yang akan ia sebar. Gadis yang memberi sinyal kecil untuk dirayu sekaligus membangun benteng keraguan harus, segera ditundukkan. Kevin tahu perasaan Jingga yang berubah - ubah dimana ia yakin ada pertentangan dalam hati gadis itu untuk memutuskan menanggapi rayuannya atau menolaknya. Kevin akan membuatnya lebih mudah dalam memilih. Tentu saja ada tawaran menarik yang akan ia tunjukkan secara langsung pada Jingga, yaitu ketenangan. Menurut Kevin masalah gadis itu adalah sangat pemalu, layaknya gadis virgin yang lainnya. Dia mengagumkan dengan caranya sendiri, dan menebar daya tarik yang berakibat Kevin ingin menundukkan dengan cepat. Tidak sulit bagi Kevin melihat kecemburuan di mata Mei saat dirinya lebih memperhatikan Jingga dari pada wanita licik itu. Seharusnya Jingga berlindung padanya dari kekejaman ibu tiri. Jika Jingga merasakan betapa aman dirinya saat bersama dengan Kevin, Kevin yakin Jingga akan membuang keraguannya dan masuk ke dalam drama permainan yang ia rancang. 'Jingga gadis yang polos, dia pasti mudah dirayu. Ya cukup menunjukkan perhatian saja, pasti dia akan terlena,' batin Kevin. Hati Kevin sudah terlalu gelap apa yang benar dan salah. Kebenciannya pada Mei membuat mata hatinya buta, dan tak perduli jika memanfaatkan orang lain adalah yang kejam. "Apa ada masalah pada laporannya?" tanya Kevin yang masuk di tempat Mei kemarin duduk. Jingga tersenyum malu, dan sedikit merona kala melihat penampilan ramping berotot dan menggiurkan dari Kevin terbalut jas mahal. Dia dalam hati jelas terkagum - kagum pada Kevin yang tak kalah dari artis dan model internasional. Entah seperti apa kerja kerasnya hingga bisa memiliki tubuh penuh otot seperti itu. Pastinya itu didapatkan dengan disiplin. Jingga tidak tahu senyumnya justru disaksikan dengan kagum oleh Kevin. Insting pria pun bekerja dan Kevin bahkan merasakan darahnya mengalir deras ke satu titik. Kevin dihadapkan pada pilihan sulit yaitu menaklukan Jingga secepatnya. Akan sangat konyol baginya jika gagal menaklukan gadis yang bahkan terlihat belum pernah berpacaran. "Di sini laporan bulan kemarin ada ketidak sesuaian angka - angka yang mencolok," ucap Jingga. Dan dana itu menghilang pada laporan akhir bulan. Kevin mendekat dengan segala feromonnya, dia melihat ke arah monitor komputer namun tak lupa ia merayu secara samar dengan mengambil posisi belakang tubuh Jingga. Dia mencondongkan bagian wajahnya melalui bahu Jingga yang duduk di depan layar komputer. Deg. Deg. Kedekatan ini membuat Jingga menggila. Kevin berjarak intiim sampai Jingga bisa mencium perpaduan aroma mint dan hujan dari Kevin. Sangat lezat sekaligus menggoda. Sungguh perpaduan yang menyenangkan untuk dijadikan sebuah fantasi hebat. "Kita kumpulan semua orang yang memiliki tanda tangan pada laporan itu," saran Kevin. Dia sengaja menoleh pada Jingga dalam jarak sedekat ini. Jingga mati - matian menahan detak jantungnya. Sungguh sulit berpikir waras kala pria yang memiliki feromon dasyat berada di sisinya. "Jika mereka tidak bisa bertanggung jawab maka, jalan jalur hukum harus kita tempuh," ucapnya. Tegas dan seksi. Jingga kehabisan kata - kata untuk memuju Kevin. Tak mengherankan bila Mei sangat tergila - gila padanya. Dia memang memiliki perpaduan sempurna untuk membuat wanita ribut dan menggila. "Iya Daddy..." "Oh aku sangat menyukai panggilan Daddy yang keluar dari bibirmu. Tapi kita tidak bisa memanggilku dengan panggilan itu di kantor. Panggil namaku dengan bibir cantikmu itu," perintah Kevin. "Iya, Kevin." "Bagus... gadis pintar." Kevin menegakkan tubuh lalu menghubungi pengacaranya. Ia memintanya turun dari kantornya yang juga berumah di Pra- building. Perusahaannya yang terpisah beberapa lantai dari perusahaan ekspedisi milik Karim. Jingga tanpa sadar menarik nafasnya dalam - dalam begitu Kevin tak lagi berada beberapa inci di atas bahunya. Jantungnya sudah sangat menggila dan Jingga yakin akan meledak jika pria itu tak segera menjauh. Beruntung Kevin tidak terlalu lama berada di jarak yang dekat dengannya. Jingga kembali memfokuskan pikirannya. Dia kembali melihat layar monitor dan lembaran laporan bulanan. Dia tahu jika sifat orang kadang tak bisa dipercaya. Apalagi mengenai uang, tapi ia tak bisa percaya orang yang dipercaya ayahnya bisa melakukan hal ini. Butuh beberapa menit bagi Roby untuk datang ke kantor Karim di mana Jingga dan Kevin berada. Sekertaris ayahnya dulu, Lisa mengetukkan pintu dan membukakannya. "Ada apa tuan?" tanya tuan Roby Siahaan. Dia melalui pintu masuk ketika Lisa membuka pintunya. "Duduklah lebih dahulu dan kau---," tunjuk Kevin pada Lisa. "Sebarkan undangan rapat mendadak setengah jam lagi." "Baik tuan." "Dan jangan lupa kopinya." Lisa mengangguk dan menutup pintunya. Detik itupula Kevin menjelaskan pada Roby tujuannya memanggil pengacara itu ke sini. "Ada penyelewengan dana di perusahaan ini. Kita butuh tindakan hukum jika mereka tidak mau diajak kompromi," jelas Kevin tegas dan dingin. Jingga bahkan tidak pernah melihat ekspresi wajah Kevin yang seserius. Roby membenarkan kacamata tebalnya. "Akan lebih baik kita menyuruh pelakunya mengembalikan dana perusahaan. Tentu saja dengan iming - iming amesty dari nona Jingga," saran Roby. "Bagaimana pun jika ini keluar akan menjadi skandal, tapi jika memang terpaksa maka nona Jingga harus melakukan sesuatu untuk menarik simpati masyarakat. "Kita akan mengawalmu dalam rapat nanti Jingga." Karyawan di perusahaan Ekspedisi HA ekspess dikejutkan dengan rapat mendadak yang diadakan oleh Jingga. Mereka bertanya - tanya apa yang terjadi sehingga diadakan rapat mendadak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Satu persatu karyawan yang kedudukannya krusial datang ke ruang rapat. "Daddy, aku gugup," bisik Jingga. "Jangan gugup Cerry. Tunjukkan wajah tegas dan seriusmu, nyali mereka pasti ciut." "Baik." Jingga langsung memasang wajah dingin saat rapat dimulai. Sebenarnya Jingga tidak berakting, di meja rapat dirinya bersikap seolah tak berdaya. Dia membuka rapat dengan wajah memelas seolah ketakutan. "Terima kasih atas kedatangan kalian di rapat dadakan yang saya adakan. Saya sangat menghargai usaha kalian meluangkan waktu untuk mengikuti rapat. Lisa, tolong bagikan lembaran yang kamu fotocopy tadi," perintah Jingga. Semua orang merasa tidak ada yang salah dengan lembaran yang dibagikan. "Ada kebocoran dana perusahaan di mana hal itu dilakukan di departemen keuangan perusahaan di bawah pengawasan Bambang. Ada tiga orang yang bertanda tangan selain pak bambang yaitu kasir dan juga chief kasir. Ibu Anisa dan pak Yanto." Brak! "Mba Jingga jangan memfitnah ya? Anda bisa saya tuntut!" ucap Bambang yang menandatangi laporan perusahaan. Wajah Jingga yang memelas lalu menjadi tegas bersama dengan memanasnya situasi. "Laporan yang dari bagian keuangan sama sekali tidak sesuai. Silakan menuntut saya karena semua kami sudah siap melaporkan kalian semua. Bukti sudah di tangan dan kalian tinggal masuk ke sel." Bambang, Yanto dan Anisa memucat kala ancaman Jingga terdengar tidak main - main. Roby muncul dari pintu masuk dan berhasil mendapatkan semua kwitansi dan nomor rekening ketiga orang yang berperan dalam penggelapan dana. "Aku bisa menyuruh kenalanku memeriksa jalur transaksi rekening perusahaan. " Jingga ikut menambahkan kata - kata untuk menekan mereka. Dia tidak menunjukkan kelemahannya lagi di depan mereka semua. "Pikirkan tentang keluarga kalian jika kalian masuk penjara. Anak dan istri kalian. Adakah perusahaan yang mau memperkerjaakan anak dari orang yang masuk penjara karena penggelapan?" Ketiga orang itu kebingungan. Mereka tidak bisa berkelit dari tuduhan karena mereka memang melakukannya. Jingga tahu mereka kebingungan. "Kalian pilih untuk mengembalikan dana yang sudah kalian ambil dan menerima pesangon atau kalian membuatnya menjadi sulit," tegas Jingga. "Jangan berpikir untuk melarikan diri karena aku sudah menyuruh orang mengawasi kalian." Mereka menghela nafas panjang, an akhirnya menyerah. Uang yang mereka gelapkan memang banyak tapi jika dibagi menjadi tiga, maka jumlahnya tidak layak sehingga mereka mendekam di penjara. "Aku akan memilih opsi pertama," jawab Anisa. Di usianya yang tak lagi muda, ia hanya ingin pesiun dengan tenang. Apalagi uang yang ia ambil ia belikan mobil, jadi ia berencana memberikan mobil itu. Bambang dan Yanto melakukan hal serupa. Mereka memikirkan nasib anaknya jika perusahan yang anak mereka bekerja mendengar kabar ini. Sebagai anak dari seorang koruptor maka anak - anak mereka akan dicurigai. Tidak ada yang mau kehidupan anak - anak mereka menderita akibat ulah ayahnya. Jingga diam - diam menghela nafas lega. Beruntung persoalan ini akan panjang urusaannya jika mereka bertiga enggan menggunakan cara damai. Tangan Kevin bergerak memegang tangan Jingga ketika semua masalah berakhir damai. Sejak saat itu pula Jingga sudah mulai mempercayai Kevin. Di restoran ini Kevin mulai melakukan aksinya. Dia memang memilih ruang Vip agar tidak terlihat dari luar dan terpisah dengan pelangan yang lain. "Kau begitu cantik," puji Kevin. Untuk saat ini dia mengusap bibir lembut Jingga. Yang sama sekali tidak ditepis oleh Jingga. Dia justru tersipu. Secara tidak langsung jalinan mereka mulai terjalin. *** Kevin melihat selesainya persoalan perusahaan sebagai kesempatan untuk mengajak Jingga keluar untuk makan siang. "Nah, ini pakailah... kita akan merayakan selesainya persoalan ini di luar. Mungkin berkunjung ke restoran Italia tidak buruk." Jingga menatap pakaian yang ada di boks berpita dari Kevin lalu membukanya pelan - pelan. "Oh, ini cantik sekali Kak Kevin," puji Jingga. Sebuah Coats yang pastinya dari merek terkenal terkesan begitu elegan. Modelnya sederhana berwarna khaki tapi justru itu kesan mewahnya. Kembali Kevin harus dihadapkan dengan kecantikan Jingga yang nampak polos. Dia tersenyum senang seolah tak pernah menerima baju baru sebelumnya. Jingga mengganti pakaiannya, dan mereka keluar bersama menuju ke restoran yang sudah mereka sepakati. Jingga dan Kevin tidak tahu jika gosip anak bos HA Ekspress berhasil menggaet hati pemilik group Pratama. Menjelang malam,Kevin mengantarkan Jingga pulang ke kediaman Broto. "Daddy ngak mampir masuk ke dalam?" tanya Jingga. "Besok aku akan menginap di sana, bilang Mei tentang ini," jawab Kevin. "Iya, bye Daddy." Sebelum Jingga masuk ke rumah, Mang Asep segera melaporkan apa tentang kegiatan Mei. Dia memang berniat melaporkan semua yang dilakukan Mei pada Jingga. Sebab ia juga marah atas kematian Karim yang mengenaskan. "Non, tadi wanita penyihir itu minta diantar ke pup malam non," ucap Mang Asep. "Apa mang Asep ikut masuk dan tahu apa yang ia lakukan di sana?" tanya Jingga. "Tidak Non. Dia ngak ngijinin saya ikut. Ternyata dia memang ngak lama, cuma sepuluh menit dan keluar." Jingga memulai memasang wajah waspada. "Baiklah. Terima kasih infonya Mang." Jingga bersikap seolah tidak tahu apapun dan masuk ke dalam, sedangkan mang Asep kembali ke tempatnya. "Jingga, bagaimana? Kamu ngak mengacaukan semuanya kan?" Mei muncul dari arah samping bersama paper bag. Nampak jelas dia bersenang - senang dengan berbelanja. Jingga mengehela nafas berat. Dia menatap Mei dengan wajah berkaca - kaca. "Dana perusahaan digelapkan Bi. Dan orang yang menggelapkan sudah pergi." "Apa!? Oh tidak!" "Jika kita tidak bisa mendapatkan pinjaman untuk biaya operasi perusahaan maka perusahaan akan rugi. Bibi tahu kan kalau tanggung jawab ayah adalah tanggung jawab tak terbatas, bisa jadi rumah akan dijadikan jaminan untuk menutup kerugian." Mei memucat dan tak sanggup membayangkan ia harus bekerja lagi seperti dulu. "Tidak bagaimana ini?" Ucap Mei panik. "Aku akan menyusun proposal pinjaman ke bank untuk menyelesaikan masalah Bi. Jingga ke atas dulu ya? Oh besok Daddy akan menginap di sini." Mei membiarkan Jingga pergi tanpa memberi masalah. Dia ketakutan dengan kabar yang ia dapat dari Jingga. Jadi untuk kali ini dia tidak mempersulit Jingga. Jingga hanya tersenyum sinis kala menaiki tangga menuju ke kamarnya. Dalam hati ia berharap wanita itu tidak lagi menghambur - hamburkan uang keluarga Broto. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD