bc

Pelakor Lima Bulan [Halalkan Atau Tinggalkan]

book_age16+
1
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
BE
tragedy
bxg
office/work place
selfish
substitute
civilian
like
intro-logo
Blurb

Zhafira Faeva melepaskan promosi jabatan karena memilih kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan pernikahannya dengan sang tunangan.

Saat Zhafira kembali dan membahas pernikahan, membuat sang tunangan terkejut. Tunangannya ingin menundah pernikahan mereka karena alasan finansial sang tunangan.

Namun, ada Fakta yang disembunyikan oleh sang tunangan.

chap-preview
Free preview
1. Mbak Fira Seharusnya Tidak Kembali
Pesawat tengah mengudara, memperlihatkan wanita yang tengah membuat beberapa catatan di iPad miliknya. Setelah satu tahun tidak kembali, ia memutuskan untuk mengundurkan diri walaupun keputusannya itu dianggap begitu bodoh. Zhafira tengah membuat catatan mengenai Wedding Plan, alasan dirinya mengundurkan diri. Zhafira tidak punya pilihan lain selain mengundurkan diri, dia telah 5 tahun bekerja di luar negeri, keluar dari perusahaan karena ingin kembali ke Indonesia dan menjadi seorang ibu rumah tangga. Usianya saat ini tidaklah muda lagi, ia harus memikirkan untuk menikah dengan sang tunangan. Apalagi tuntutan keluarganya di Indonesia. Mengingat raut wajah atasannya, Zhafira menghela napas saat baru menyerahkan surat pengunduran diri. Padahal baru kemarin ia mengumumkan mengenai kenaikan jabatan tetapi hari ini ia menerima surat pengunduran diri. “Zhafira, apa-apaan ini? Kau tahu apa yang akan terjadi dengan karirmu jika kau tidak menerima kenaikan jabatan? Dan hari ini aku mendapatkan surat pengunduran dirimu. Apa kau sedang bercanda?” Suara pria itu sedikit mengintimidasi tetapi wanita yang dipanggil Zhafira olehnya tersenyum. “Ya, Pak. Saya tahu dengan jelas keputusan yang telah saya ambil. Saya benar-benar minta maaf tidak bisa menerima kenaikan jabatan serta memilih mengundurkan diri. Saya memiliki alasan pribadi melakukan hal itu.” Keputusannya itu pula mendapatkan pertanyaan dari temannya di kantor. “Zhafira, You're really resigning?” Seorang wanita datang menghampiri Zhafira yang tengah membereskan barang-barangnya. Cukup memberikan anggukan menjawab pertanyaan membuat wanita itu memasang wajah sedih. Pertanyaan itu pula mengundang perhatian beberapa orang. Sebagai Manager Umum di usia yang terbilang muda, Zhafira adalah teladan. Semua orang menginginkan posisi itu, tetapi Zhafira melepaskan karir yang begitu bagus. “Did you go to another company?” Tatapan rekan satu timnya membuat Zhafira menghentikan kegiatannya. "No, Bianca. I'll go back to Indonesia, get married and have children." Bianca tercengang mendengar jawaban dari Zhafira. Jelas, tercengang, usia Zhafira lebih muda darinya, memilih resign dan menjadi ibu rumah tangga. Menurutnya itu sangat konyol. Di Amerika, usia 27 tahun adalah usia yang di mana karir tengah berada di puncaknya, dan wanita di hadapannya itu menyia-nyiakan hal itu. “Kenapa dengan wajahmu?” “Hanya saja, budaya kalian benar-benar aneh. Kebanyakan memilih menikah di usia muda, bahkan di tengah puncaknya karir,” sindir Bianca. Zhafira hanya tertawa cengengesan. “I don't know what you're thinking. But, I hope you'll come back here.” Zhafira sedikit terharu dengan teman-teman kantornya. Dia akan sangat merindukan anggota tim-nya setelah di Indonesia. Menempuh perjalanan hampir 22 jam, dari New York ke Jakarta sangat melelahkan bagi Zhafira tetapi ia bahagia karena telah sampai di Indonesia. Setelah berada keluar dari bagian imigrasi, Zhafira duduk sesaat di lounge airport, ia ingin menghilangkan rasa lelah sesaat. Namun, pandangannya tiba-tiba tertuju pada seorang pria yang baru saja masuk ke ruang boarding room. Pria yang tengah memakai jaket berwarna hitam, sambil memakai topi. “Giar?” Namun, perkiraan Zhafira harus dipatahkan dengan sebuah panggilan dari seorang wanita memakai pakaian syar’i berjarak 1 meter di depan pria itu. “Sayang, jangan lambat jalannya. Buruan,” seru wanita itu. Zhafira terkekeh. “s**t. Sepertinya benar-benar kangen sampai suami orang kupikir dia,” umpat Zhafira kemudian beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke pintu keluar. Sesaat ia berpikir tujuannya. “Sebaiknya ke rumahnya dulu deh. Kangen banget,” ucapnya kemudian menaiki taksi ke rumah Giar, sang tunangan. Tidak membutuhkan waktu lama, untuk Zhafira sampai ke rumah Giar, ia pun segera mengetuk pintu beberapa kali dan menekan bell, akhirnya pintu terbuka membuat anak remaja laki-laki yang membuka pintu terkejut. “What the hell. Mbak Zhafira?” Mulut terbuka dengan mata terkejut membuat anak remaja laki-laki itu belum percaya dengan apa yang dilihatnya. “Hai, Gilang. Mbak boleh masuk?” tanya Zhafira dengan telunjuk tengah memberikan isyarat diam pada anak itu. “Mbak ingin kasih kejutan buat kakakmu. Dia lagi di rumah ‘kan?” Anak remaja yang dipanggil Gilang itu sedikit kebingungan menjawab pertanyaan dari Zhafira. Melihat ekspresi itu, Zhafira mengerti dan bertanya, “Dia tidak ada di rumah?” Gilang pun menganggukan kepala. “Gilang panggil Mami, dulu di dapur,” ucapnya kemudian pergi meninggalkan Zhafira di ruang tamu. Tidak beberapa lama kemudian seorang wanita datang dan tersenyum pada Zhafira. “E, Fira. Kenapa nggak ngabarin kalau udah balik dari Amerika?” Anita bertanya dan memeluk Zhafira, tidak lupa cium pipi kanan dan kiri. “Em. Fira mau kasih kejutan buat Giar, Tan. Tapi dianya nggak ada.” Anita sedikit cengengesan. “Giar ke rumah bibinya di luar kota dan belum balik sejak kemarin,” jawab Anita untuk menenangkan hati Zhafira. Raut kesedihan jelas terlihat di wajah Zhafira. Padahal, dia ingin memberikan kejutan tetapi yang justru tunangannya ke luar kota. “Kamu kapan pulang dari Amerika?” “Baru saja Tante. Fira dari airport langsung ke sini, buat ngasih kejutan buat Giar tapi dia tidak ada,” ucap Zhafira kecewa. “Ya sudah, Tan. Fira balik ke rumah saja,” ucapnya pelan. “Loh, nggak makan dulu atau nginap di sini? Kau pasti capek.” Zhafira menggelengkan kepala. “Fira pulang saja, Tan. Nanti besok Fira balik lagi kalau Giar udah pulang,” ucapnya. Hubungannya dengan Giar sudah lima tahun, jelas orang tua tunangannya itu sudah seperti orang tua baginya. “Suruh Gilang yang anterin, ya. Tunggu, Tante panggilin dia dulu,” seru Anita kemudian ke kamar anak bungsunya. Tidak beberapa lama kemudian, Gilang adik Giar pun keluar dari kamar untuk mengantarkan Zhafira kembali. Di dalam mobil, menjadi hening. Tidak ada percakapan antara mereka, beberapa saat. “Mbak kenapa pulang ke Indonesia?” Gilang bertanya setelah sekitar 15 menit hening. Pertanyaan itu membuat Zhafira mengerutkan kening. “Ah itu. Mbak pulang buat bahas pernikahan dengan kakakmu.” “Pernikahan?” “Iya. Kau tahu hubungan Mbak dengan kakakmu sudah tunangan jadi tidak boleh lama-lama, nanti kakakmu diambil orang,” ucap Zhafira pelan disertai candaan dan tawa kecil. “Mbak yakin mau menikah dengan–” “Jelas. Jika tidak nikah dengan kakakmu secepatnya nanti Mbak digosipin yang tidak-tidak lagi. Jadi, Mbak pulang untuk membahas pernikahan.” Gilang tidak bergeming, ia fokus pada kemudi. Seakan tidak ingin membahas apa yang baru dikatakan oleh Zhafira. Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Terasa canggung hingga Gilang mengantarkan Zhafira sampai di rumah. Saat Zhafira turun dari mobil, Gilang memanggil dan menghentikan langkahnya. “Mbak Fira seharusnya tidak balik ke Indonesia.” “E, kok. Gilang, apa maksudnya?” Zhafira bertanya tetapi Gilang sudah menjalankan mobilnya. Zhafira kebingungan dengan kalimat yang diucapkan oleh Gilang tetapi ia tidak punya waktu memikirkan perkataan dari adik tunangannya itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook