Chapter 2

925 Words
Grazinia Adamma Brunella POV Pagi ini aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah pria asing itu, yah walaupun sebenarnya sedikit malas. Sebenarnya hari ini aku ada janji dengan pacarku untuk sarapan bersama di cafe langganan kami. Tapi hanya karena pria asing itu, aku harus membatalkannya. Setelah selesai, aku pun turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuaku. "Pagi Ma, Pa" aku mencium kedua pipi orang tuaku dan duduk di kursi sebelah papa. "Mau ke mana, Zi? Pagi-pagi udah rapi. Inikan weekend, ngga ada jadwal kuliah kan?" tanya mama sambil mengoleskan mentega ke roti papa. "Hm.. Itu ma, ke rumah temen. Ada tugas yang harus di selesaikan" jawabku. "Tugas apa lagi? Kan udah selesai ujian. Skripsi juga udah dikumpulin dan tinggal sidang. Mau bohongin papa sama mama?" tanya papa tegas. "Hm.. Bukan tugas aku sih pa, tugas temen. Dia cuman minta bantu doang" papa hanya mengangguk dan melipat korannya. "Kamu yakin mau nikah dengan Faraz?" tanya papa serius. "Yakin pa, memangnya kenapa? Papa masih ngga setuju, ya?" jawabku hati-hati. Sebenarnya papa dan mama kurang setuju dengan pilihanku yang ingin menikah dengan Faraz. Entahlah, dari awal aku pacaran dengan Faraz papa dan mama memang terlihat kurang menyukainya. Bahkan, berulang kali mereka memintaku untuk mengakhiri hubunganku dengan Faraz. Dengan alasan yang berbeda-beda setiap kalinya. Tapi apa boleh buat, tekatku sudah bulat, aku akan tetap menikah dengan Faraz. "Siapa bilang papa tidak setuju? Papa setuju. Iya kan pa?" aku tersenyum mendengar jawaban mama. Semoga saja itu benar. "Ya sudah, Nia mau pergi dulu. Dah mama, papa" mereka mengangguk dan tersenyum. Maafin Nia ma, pa. Nia bohong soal rumah teman. Aku sengaja mengendarai mobil sendiri hari ini, agar tidak ada yang tau kalau aku bohong soal pergi ke rumah teman. Lagi pula ini ada untungnya kan buat supir pribadiku. Kira-kira, apa alasannya ya menyuruhku ke rumahnya? Apa dia ingin aku mencuci jas dan kemejanya? Setelah beberapa saat berkendara, aku pun sampai dirumah megah dan mewah, pasti banyak sekali pembantu di rumah ini. Jadi tidak mungkin dia akan menyuruhku mencuci bajunya. Saat aku akan masuk ke dalam, seorang satpam mencegahku. "Maaf, anda tidak boleh masuk" ujar satpam itu tegas. "Kenapa?" tanyaku berusaha untuk sopan. Bagaimanapun satpam ini lebih tua dariku. "Anda tidak boleh masuk, kecuali sudah membuat janji" kali ini dengan nada yang sedikit lebih tinggi. "Hm, begitu ya. Eh, tapi saya di suruh datang ke sini oleh Abraham, pak" "Maksud anda, tuan muda Abraham?" "Nah, iya Abraham" satpam di depanku ini tampak terkejut dan seperti mengingat sesuatu. "Ah, maaf nona, saya lupa. Silahkan saja masuk. Mobilnya mau saya parkirkan di dalam, nona?" tanya satpam itu seakan-akan aku ini majikannya. "Eh, tidak usah, terima kasih" aku tersenyum dan mulai berjalan ke depan pintu kayu yang di ukir indah. Aku pun memencet bel yang terdapat di sana. Aku meremas jari-jari ku karena gugup. Bagaimana kalau dia benar-benar menyuruhku untuk mencuci bajunya? Kan tidak lucu. Atau mungkin dia berniat menjadi kan ku pembantu? Ah tidak mungkin. Cklek! Pintu di depan ku terbuka dan menampakkan sosok gadis yang sepertinya lebih muda dariku. Dia terdiam beberapa saat setelah melihatku dan tersenyum. "Mami!! Orangnya sudah datang!" gadis itu berteriak memanggil ibunya dan kembali tersenyum padaku. "Ayo masuk" dia menarik tanganku dan mendudukan ku di kursi. "Mau minum apa?" "Eh, tidak usah repot-repot" tolak ku yang masih sedikit bingung dengan situasi ini. "Tidak repot kok. Bibi, bikinin sirup ya 4. Sekalian brownies-nya juga" Dari jauh, aku melihat seorang wanita paruh baya berjalan ke arahku dengan senyuman di wajah bule nya. "Maaf, tante sedikit lama. Tan, tolong panggilin abang. Bilang tamunya sudah datang" Tan pun langsung melesat masuk ke dalam. "Oh ya, nama kamu siapa?" aku tersenyum dan mulai menjawab dengan sopan. "Grazinia, tante. Panggil aja Zinia" dengan rasa gugup aku berusaha menjawab dengan tenang dan sopan. "Wah, namanya bagus banget. Sekarang kerja di mana?" "Masih kuliah, tante. Tapi udah mau sidang" tante pun mengangguk. "Jurusan apa?" tante ini ternyata kepo juga. "Bisnis dan Manajemen" ku lihat Tan berlari ke arah tante. "Mi, dia ngga mau bangun" Tan terlihat cemberut karena usahanya di abaikan oleh sang kakak. "Benar - benar anak itu. ALEX!" tante teriak karena kesal dengan anak laki-laki nya yang tak kunjung bangun. Ngomong-ngomong, sebenarnya aku ini punya urusan dengan siapa sih. Kok jadi ribet gini. "Iya, Mami! Alex turun!" teriak anaknya yang sepertinya kesal. Tidak sopan meneriaki orang tua seperti itu. Sadarlah, Zinia. Kau juga biasanya seperti itu. Seorang pria bertubuh tegap terlihat sedang menuruni tangga dengan penampilan yang berantakan, rambutnya acak-acakkan dan bajunya kusut. "Ada Apa, Mi? Ganggu orang lagi tidur aja" jawabnya santai lalu menguap begitu saja. "Nafas kamu bau! Mandi sana, sikat gigi!" tante dan Tan secara kompak menutup hidung mereka. Wajar saja mereka menutup hidung, karena jarak mereka sangat dekat dengan dengan pria bernama Alex ini. Alex pun mengalihkan pandangannya padaku dan terkejut lalu melihat jam dinding berulang kali. Apa sebenarnya yang terjadi dengan orang bernama Alex ini? "Eh? Kamu sudah datang. Kenapa tidak telpon? Kan bisa aku jemput" ucapannya sangat membuatku bingung atau dia sengaja membuatku bingung dengan situasi ini. "Mami kenapa tidak bilang kalau dia sudah datang?" "Tan sudah berusaha membangunkanmu, tapi kau masih tidak mau bangun. Zinia nanti kalau kalian sudah menikah, jangan heran dengannya yang susah bangun tidur" aku terkekeh dan mengangguk. Ternyata Alex ini orangnya seperti kebo. Entah bagaimana nanti kalau aku sudah menikah dengannya, pasti aku akan sangat repot untuk membangunkannya. Eh, tunggu dulu. Apa yang barusan aku katakan? Menikah?! "Apa? Menikah?!" tanyaku kaget. Bagaimana bisa aku berkhayal tentang kehidupanku setelah menikah dengan pria asing yang sama sekali tak aku kenal. To Be Continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD