Chapter 3

843 Words
Abraham Alexi Bratajaya POV "Apa? Menikah?!" tanyanya kaget. Mami dan Tania yang bingung melihat reaksi gadis asing ini pun berbisik padaku. "Jadi kau belum mengatakannya?" bisik Mami yang ku jawab dengan gelengan. Bagaimana mau memberi tau, aku dan dia saja tidak saling kenal. "Bisa tinggalkan kami berdua?" ucapku dengan suara yang sangat pelan. Mereka mengangguk dan meninggalkan kami atau lebih tepatnya aku dan gadis asing ini. "Jadi, siapa namamu?" tanyaku dan duduk di sofa sampingnya. "Zinia" jawabnya datar. Sangat datar. "Berapa umurmu?" "22" "Apa.." "Kau ingin mewawancaraiku ya? Membuang waktuku saja. Maaf tuan Alex, tapi aku memiliki urusan dengan pria asing bernama Abraham!" potong gadis asing ini. Tidak sopan. "Dan pria asing yang kau maksud itu sudah ada di depanmu" dia terlihat bingung. Astaga, betapa bodohnya gadis ini. Jelas-jelas di kartu nama itu tercantum namaku. Abraham Alexi Bratajaya. "Tapi kau bernama Alex, bukan Abraham" aku mengusap wajahku dan menatapnya kesal juga frustasi. "Alex itu nama tengahku dan panggilan Alex itu hanya untuk di rumah" "Baiklah aku tidak ingin memperpanjang percakapan ini lagi. Jadi apa mau mu? Sampai menyuruhku datang ke sini" "Mau ku. Kau menikah denganku!" dia tersentak. Wajah putihnya pun berubah menjadi merah padam. Dia marah? Mungkin. "Menikah?! Kau gila! Kita tidak saling kenal!" ternyata teriakannya cukup kencang juga. "Kita saling mengenal. Aku tau kau bernama Zinia dan kau tau aku bernama Abraham" jawabku santai. Dia mengusap wajahnya dan menghembuskan nafas dengan kasar. "Itu belum berarti kita kenal! Lagian kenapa tidak cari yang lain saja sih?!" bentaknya. Lama-lama menggoda gadis ini seru juga. "Karena aku memilihmu. Jadi tolonglah bantu aku agar terhindar dari perjodohan" gadis itu menggeleng dengan cepat dan mulai berdiri dari kursinya. "Jika anda ingin menikah, maka carilah gadis lain. Permisi" jawabnya lalu keluar dari rumah ini. Gadis yang menarik! "Kenapa kau biarkan dia pergi!! Anak bodoh!" ucap Mami yang tiba-tiba muncul. Mami pun terus menjewer telingaku, karena aku membuat Zinia pergi. "Aw! Sakit Mami! Lagian, dia itu sedang butuh waktu sendiri untuk menerima lamaranku atau tidak. Sudahlah aku mau kembali ke kamar" Aku pun kembali ke atas. Saat di kamar, aku merebahkan tubuhku di atas kasur King size. Jadi namanya Zinia. Nama yang unik. Baiklah aku harus mencari tau tentangmu, calon istriku. "Halo?" "Tolong cari tau tentang gadis bernama Zinia, dia berusia 22 tahun" Aku mematikan telpon itu secara sepihak. Dalam hitungan menit semua tentangmu akan aku ketahui, sayang. Author POV "Menikah? Yang benar saja?!" Teriak gadis berambut Coklat itu. "Sstt.. Diamlah. Nanti ada yang dengar!" Zinia berusaha mendiamkan sahabat nya yang terus saja berteriak. "Apa kau gila?! Aku masih terlalu muda untuk menikah!" "Eh, aku kan tidak ada menyuruh kau menikah! Aku kan hanya bilang kalau ada pria asing mengajakku untuk menikah, bukan menyuruhmu untuk menikah!" "Benarkah? Aku kira kau menyuruhku untuk menikah dengannya" Zinia mengacak rambutnya frustasi. 'Kenapa aku bisa memiliki sahabat seperti ini?' batinnya "Bukannya kau akan menikah dengan Faraz, si senior dan alumni tampan itu?" tanya sahabat nya itu. "Memang" jawab Zinia sambil meminum jus nya. "Kenapa kau malah menerima lamaran pria asing itu?" Hampir saja Zinia tersedak minumannya ketika mendengar pernyataan sahabat nya itu. "Aku tidak bilang aku menerimanya!" "Benarkah? Aku kira kau menerimanya" jawab temannya itu dengan santai. Dddrrrttt..drrrttt.. From : +628xxxxxxxxx Hi, sayang. Kau sedang apa? Sudah makan? Mau pergi jalan-jalan? "Siapa ini?" gumam Zinia. Dengan cepat Zinia memencet layar Handphone-nya untuk menelpon nomor asing ini. Namun, yang terdengar hanya suara operator yang terus berkicau di telponnya. From : +628xxxxxxxxx Ingin mendengar suaraku, huh? Merindukanku? To : +628xxxxxxxxx Ini siapa? From : +628xxxxxxxxx Kau melupakanku? Menyedihkan sekali :( To : +628xxxxxxxxx Kau siapa?!! From : +628xxxxxxxxx AAB. Kau pasti akan mengingatku, sayang. :* "AAB?" gumamnya. "Membosankan! Aku ingin pulang!" pekik sabahatnya. "Berisik" Zinia menutup kupingnya dengan tangan. "Aku ingin pulang. Boleh kan?" "Tentu saja. Memangnya ada yang melarangmu?!" "Jadi tidak ada yang melarangku?" lagi dan lagi Zinia harus mengacak-acak rambutnya frustasi. "Sudah sana pulang" "Kau mengusirku?! Tega sekali! Jahat!" "Kau membuatku gila, Minny! Jelas-jelas tadi kau mengatakan kalau kau ingin pulang. Astaga!" Zinia menepuk-nepuk kepalanya sendiri sedangkan Minny tampak sedang berpikir. "Oh, ya. Aku lupa" bukannya berkata 'Maaf' atau semacamnya, dia malah berjalan keluar tanpa mengucapkan apapun. From : +628xxxxxxxxx Kenapa tidak membalas pesanku? Kau benar-benar lupa ya? To : +628xxxxxxxxx Maaf mungkin anda salah orang. Aku sama sekali tidak mengenal atau mengingat anda, AAB. From : +628xxxxxxxxx Aku tidak mungkin salah orang, Zinia-ku sayang. To : +628xxxxxxxxx Siapa pun kau, aku tidak mengenalmu! From : +628xxxxxxxxx Baiklah ternyata kau benar-benar lupa. Aku adalah pria yang kemarin kau siram dengan hot chocolate dan aku adalah pria yang tadi pagi memintamu untuk menikah. Sudah ingat mengingatku, calon istriku? To : +628xxxxxxxxx Bagaimana bisa kau mendapatkan nomorku?! From : +628xxxxxxxxx Mudah saja, karena kau calon istriku. Sudahlah aku masih banyak urusan. Nanti malam aku akan ke rumahmu untuk melamarmu secara resmi di depan kedua orang tuamu. Gunakan pakaian terbaikmu, ok? ;) P.s : Sampaikan salam ku ke papa dan mama.  "Apalagi ini?! Astaga aku bisa gila sekarang! Benar-benar gila sekarang!!" Zinia bangkit dari tempat duduknya dan berlalu keluar dari cafe itu. To Be Continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD