Ancaman Nindy

1018 Words

Matahari yang semula masih berada di ufuk timur, kini kian meninggi. Sinarnya yang semula hangat, semakin lama terasa menyengat kulit. Sudah cukup lama, gadis itu berjongkok di tempat itu. Bahkan kakinya terasa kebas dan mati rasa, hampir saja keram. Setelah puas menangis, ia menatap pusara ibunya yang terakhir kali. Kemudian, gadis itu bangkit dan meninggalkan tempat itu dengan langkah kaki yang gontai. "Mau pulang sekarang?" tanya Adrian. Gadis itu mengangguk lemah. "Kamu baik-baik saja, Vi?" tanya pria itu lagi khawatir. Lovi tersenyum dengan wajah sembabnya. Entah mengapa akhir-akhir ini wajahnya selalu berakhir seperti itu. "Aku baik-baik saja, Dri. Mari kita pulang. Terima kasih, Dri. Kamu sudah mengantarkanku kemari." Kedua orang itu berjalan beriringan dengan langkah perlahan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD