Zombie 23 - Love To Kill

1625 Words
Zombie 23 - Love to Kill Cinta, awal yang indah. Terasa semua yang di pandang semua indah. Serasa dunia milik berdua. Asalkan bersamanya, maka semuanya akan indah meskipun dunia hancur seperti sekarang ini. Padahal perlahan cinta itu akan membunuh secara perlahan. Membunuh pikiran dan hati, bahkan saat kita tidak bisa memiliki cinta itu. Sebelum pergi dari restoran Lagazka. Xavier dan Gerland menggali kuburan untuk tempat peristirahatan terakhirnya Dextra. Kalau memang nanti benar-benar ada vaskin untuk mengembalikan Zombie menjadi manusia. Gerland akan sangat menyesal. Namun, jika itu terjadi juga. Belum tentu Dextra akan menjadi miliknya. Mungkin saja ia akan mencari Devon, suaminya.Cinta Gerland yang terlambat membuat Dextra terbunuh. Dextra yang malang, ia harus menjadi zombie dan tidak sengaja di bunuh oleh sahabatnya sendiri. Gerland meletakkan foto Dextra di atas gundukan tanah yang sudah di isi oleh jenazahnya Dextra. Foto dengan bingkai yang retak. Foto Dextra bersama Gerland, saat foto itu di ambil. Dextra baru saja merintis usahanya. Dan Gerland juga masih jadi mekanik di bengkelnya sendiri. Masa-masa sulit Gerland ia lalui bersama Dextra. Begitu pahit, tapi terasa sangat manis karena Dextra terus menyemangati Gerland. "Kalau kamu sukses nanti apa yang kamu mau?" Tanya Dextra saat itu. "Aku mau punya banyak showroom di kota ini. Rumah mewah dan mobil. Setalah itu aku mau liburan keliling Eropa," jawab Gerland. "Tanya dong aku, kalau udah sukses mau apa?" Pinta Dextra. Gerland tersenyum melihat sifat manjanya Dextra. "Kamu kalau sudah sukses, mau apa?" "Aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai. Merintis usaha bersama-sama, merawat anak dan membesarkan anak-anak kita dengan penuh cinta dan kebahagiaan," sahutnya dengan penuh semangat. Padahal di sini Dextra sudah memberikan kode keras pada Gerland. Ya, yang namanya lelaki. Kurang peka itu biasa. Dan Gerland adalah salah satu tipe lelaki yang kurang peka. Terhadap kode yang di berikan oleh Dextra. "Kuat kan hati elo Gerland. Kita masih harus mencari persediaan makan dan kita juga masih harus cari sampel kulit Zombie. Sebagai syarat elo bisa ikut kelompok gue," ucap Jessica. Menurut Jessica sudah cukup waktu berkabungnya. Karena mereka tidak mempunyai waktu yang banyak. Kalau senja sudah tiba, akan sulit lagi untuk mencari persediaan makanan. Gerland kembali tersadar dari lamunan kebersamaannya dengan Dextra. Gerland mengusap pusara Dextra yang tadi dadakan di buat dari kayu. Mungkin Tuhan cukup adil. Dengan mengambil Dextra. Baik Gerland ataupun Devon tidak akan merasakan cintanya Dextra lagi. Gerland, Jessica dan Xavier pergi dari restoran Lagazka. Hasil dari penyisiran restoran Lagazka tadi. Jessica menemukan minuman bersoda dan makanan kaleng lainnya. Berhubung listrik mati daging dan bahan metah lainnya sudah pasti membusuk. Jadi Jessica mengambil apa saja yang menurutnya masih bisa di makan dan di minum. Kalau saja mereka menemukan tempat ini seminggu setelah wabah. Mungkin makanan di dalam kulkas restoran Lagazka masih bisa di olah menjadi makanan yang enak. "Pacar elo?" Tanya Xaveir saat perjalanan menuju tempat lain. "Sahabat yang gue cintai," jawab Gerland singkat. Xavier mengangguk-angguk. Itulah mengapa Xavier belum berani untuk mengungkapkan perasaannya pada siapapun. Ia tidak mau patah hati atau kecewa, seperti yang di alami Gerland. Xaveir hanya menduga-duga, sahabatnya Gerland yang meninggal tadi. Pasti belum tahu kalau Gerland mencintai dirinya. Karena tadi Gerland bilang. Sahabat yang dia cintai. Cinta bertepuk sebelah tangan memang menyakitkan. "Elo harus kuat! Kita sudah terlalu banyak kehilangan. Kita harus tetap hidup demi keberlangsungan kehidupan manusia. Jangan sampai manusia punah oleh monster pengigit ini. Elo cari tiga sampel kulit Zombie lagi. Setelah itu kita kembali ke tempat persembunyian gue," Jessica memberikan instruksi. Tidak ada waktu lagi untuk bersedih. Gerland harus cepat pulih dari dukanya, karena tugas yang panjang masih menunggu di depan mata. Mereka terus mencari tempat yang menurutnya bisa menemukan makanan. Jessica di depan melihat toko senjata. Sepertinya belum terjamah oleh siapapun. Kecuali depan tokonya yang sudah kacau oleh jejak darah para zombie. "Kita harus ke sana. Siapa tahu masih ada senjata di dalamnya," usul Jessica. "Oke. Kita perlu amunisi. Ayo kita turun!" Xavier mengiakan usulan Jessica. Semoga saja senjata untuk menembakan bius, ada di toko senjata itu. Xavier butuh satu orang lelaki lagi untuk menjalankan rencananya. Yaitu membawa sampel Zombie yang masih hidup. Mungkin dengan jumlah lima atau empat orang. Mereka akan bisa membawa Sempel itu. Jika hari ini Xavier mendapatkan apa yang ia inginkan. Sepulang dari pencarian ini. Xavier akan berbicara dengan profesor Felix tentang rencananya. Kemudian besoknya mulai mencari zombie yang akan di jadikan sampel eksperimen pertamanya. Mereka mulai masuk ke toko senjata itu. Xavier dan Gerland mendobrak pintu toko itu. Dan benar saja, tokonya masih sangat bersih. Belum terjamah oleh siapapun. Malah di sana terdapat tulisan 'Ambilah seperlunya, semoga kalian beruntung'. Itu artinya si pemilik sudah merelakan barang-barang yang ada di tokonya untuk di ambil. Xavier mengambil tas senjata yang berada di samping meja kasir. Ia memasukan beberapa senjata dan amunisi kedalamnya. "Xaveir ini!" Rujuk Jessica. Jessica menunjuk ke arah senapan yang bisa di pakai untuk membius. Ternyata ia cukup jeli dengan apa yang di inginkan Xavier. "Good job, Jess. Thanks," ucap Xavier. Diam-diam Gerland memperhatikan tingkah laku Xavier dan Jessica. "Kalian berdua pacaran?" Todong Gerland. "Enggak! Kita cuma sahabat kok," Jawab Xavier dan Jessica bersamaan. "Hahaa itu akan kejadian, gue dan Dextra juga pernah seperti itu. Persahabatan antara lelaki dan perempuan. Itu tidak akan berjalan mulus. Pasti salah satu di antara kalian. Atau malah keduanya, saling menyimpan rasa. Hanya satu, yaitu ego. Diantara kalian pasti masih mengubur untuk tidak menggungkapkan perasaan kalian," oceh Gerland. "Diam elo!" Timpal Jessica dan Xavier bersamaan lagi. Gerland hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Disituasi saat ini memang sangat sulit. Boro-boro mikir soal cinta. Sudah bisa bertahan dan hidup sampai saat ini saja sudah sangat bersyukur. Mereka saling diam-diam. Gara-gara pertanyaan dari Gerland, semuanya jadi terasa canggung. "Elo takut Zombie?" Tanya Xaveir pada Gerland. "Cuma orang gila yang enggak takut sama monster pengigit seperti mereka," sahut Gerland. "Gue butuh bantuan elo buat bawa sampel Zombie hidup," ucap Xavier. Mata Gerland langsung melotot. "Elo gila. Memangnya zombie-zombie ini nenek elo yang bisa elo bawa kemana aja!" "Santai bro! Makanya gue butuh senjata ini. Kita akan melumpuhkan Zombie dengan cara membiusnya dengan keras. Gue perlu Zombie hidup yang masih utuh. Untuk percobaan gue yang pertama. Kalau sekadar kulit zombie, rasanya kurang efektif saja. Sudah banyak kulit Zombie yang di uji cobakan, tapi hasilnya selalu gagal. Tadi gue motong satu tangan Zombie utuh. Sepulang dari sini akan gue uji cobakan. Kalau masih gagal, gue perlu bantuan banyak orang buat membawa sampel Zombie yang masih hidup," jelas Xavier agar Gerland tidak salah paham lagi. "Elo beneran asisten ilmuan kan?" Tanya Gerland masih meragukan profesi Xavier. Xavier merogoh sakunya. Untungnya ia masih mengantongi dompetnya. Ia mengambil kartu mahasiswa dan kartu resmi laboratorium, sebagai asisten tim profesor Felix. "Ini!" Xavier memberikan kartu itu pada Gerland. "Percaya sekarang, kalau gue asisten ilmuan?" Gerland mengangguk-angguk malu. Tidak mungkin juga Xavier dadakan memalsukan identitasnya. Gerland pernah mendengar tentang nama profesor Felix. Tim Profesor Felix sudah di beritakan di mana-mana sebelum wabah ini terjadi. Katanya tim profesor Felix ini sangat pintar. Mereka bisa menemukan obat dan vaskin untuk penyakit langka. Bahkan penyakit yang sulit di sembuhkan. Gerland sekarang mulai menyimpan harapan. Semoga bergabungnya ia dengan tim profesor Felix. Wabah yang mengerikan ini akan segera berakhir. Gerland membantu Xavier meletakan beberapa senjata ke dalam tas yang di isi oleh Xavier. Benar-benar seperti sedang mendapatkan harta Karun. Mereka bisa mendapatkan senjata banyak ini dan selengkap ini. Apalagi Xaveir yang senangnya bukan main. Itu artinya, misinya untuk membawa Zombie hidup akan segera terwujud. "Kelihatannya elo seneng banget, apa elo mulai jatuh cinta sama Jessica?" Terka Gerland. "Diam elo! Ini enggak ada urusannya dengan yang namanya cinta, cintaan. Kita harus fokus dulu, masalah cinta itu belakangan. Karena cinta enggak akan menjamin kita. Untuk bisa bertahan hidup seperti ini," tegas Xaveir. Entah kenapa Jessica rasanya sakit saat Xavier mengatakan hal itu. Mungkin karena dia juga menyimpan perasaan pada Xaveir. Benar apa yang di ucapkan Xavier. Kali ini jangan dulu memikirkan soal cinta. Saat ini mereka harus fokus pada pemulihan bumi. Karena keberadaan manusia hampir punah oleh para monster pengigit. Cinta akan memperlambat mereka, menjadi bumerang, penghancur, bahkan akan membunuh di saat waktu yang tepat. Jika hari sudah mengalami sakit. Tentunya akan lebih sulit merawatnya. Dari pada luka luar yang bisa di obati dengan obat. Mereka kembali fokus memasukan senjata yang mereka harus bawa. Tetap fokus, waspada dan hati-hati. Bisa saja kawanan Zombie masuk kedalam toko senjata itu. Seperti halnya kemarin saat di toko senjata sebelumnya. Xavier tidak mau kehilangan senjata yang ia inginkan lagi. Mereka harus secepatnya pergi dan membawa senjata itu. Sebelum matahari terbenam. Karena akan lebih sulit rutenya kalau berjalan saat malam hari. Akan ada banyak para zombie yang menghalangi jalan mereka. Zombie akan lebih bergerak pada malam hari. Mereka akan lebih sensitif pada suara dan cahaya. Dan pastinya suara dan cahaya dari mobil mereka. Akan memancing para zombie itu berkumpul. Dan pastinya mereka bertiga tidak akan mampu melawan kawanan Zombie yang sangat banyak. "Bergerak cepat! Kita harus segera pulang. Sebentar lagi matahari akan terbenam," instruksi Jessica. Baru saja akan keluar, ada zombie yang masuk mencoba mencekik Jessica. Gerland malah terkejut melihat zombie yang mencekik Jessica. Xaveir dengan cepat menikam belakang kepala Zombie. "Thanks, Xavier," ucap Jessica. "Oke. Ayo kita pergi sekarang. Tempat ini sudah tidak aman," ajak Xaveir. Mereka langsung berlarian ke arah mobil yang mereka bawa. Di sana juga terdapat dua zombie yang sedang menggedor-gedor mobil mereka. Jesicca langsung menikam Zombie itu. Gerland juga menikam kepala zombie itu. Mereka dapat jatah Zombie masing-masing. "Cepat ambil sedikit sampel kulit Zombienya. Setelah itu kita pulang," perintah Jessica pada Gerland. Gerland sudah tidak canggung lagi mengambil kulit Zombie. Karena ini kulit zombie keempat dan kelima yang ia ambil untuk dijadikan sampel. Perjalanan yang cukup menegangkan hari ini. Namun, mereka berhasil menemukan senjata dan makanan yang cukup banyak. Persediaan makanan yang mereka bawa akan cuku untuk dua Minggu sampai satu bulan, jika berhemat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD