Zombie 24 - New People

1723 Words
Zombie 24 - New People Matahari mulai terbenam, mereka sampai tepat waktu. Hampir saja tadi terjebak oleh kawanan Zombie yang cukup banyak. Xaveir ternyata cukup ahli dalam mengendarai mobil. Ia memutarkan mobilnya layaknya gangsing. Xavier dulu juga pernah melakukan hal ini saat menyetir dengan Mark. Sejak wabah ini menyerang Xavier mulai bisa mengekspresikan dirinya. Xavier tidak pendiam lagi seperti dulu. Bahkan ia melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Menembak Zombie, mencuri, mencari persediaan, bahkan sampai menerobos lampu lalu lintas. Apa semua aturan masih berlaku? Sepertinya tidak. Para penegak hukum saja entah kemana. Mereka semua sudah berubah menjadi monster pengigit itu. "Wellcome to my tunnel, Gerland. Tempatnya memang tidak begitu bagus. Namun, gue pastikan elo di sini akan aman. Ingat sebagi gantinya elo harus banyak berkontribusi buat kelompok gue," ucap Jessica. Dia memang perlu melakukan hal itu. Karena kita belum cukup mengenal Gerland. Belum sampai dua puluh empat jam Jessica dan Xavier mengenal Gerland. Namun, yang mereka tahu. Gerland baru saja kehilangan sahabat yang ia cintai. Untuk sementara Jessica memastikan kalau Gerland aman dan dia orang baik. Mereka bertiga mulai menuruni anak tangga menuju terowongan bawah tanah. Gerland cukup terkejut dengan tempat yang ia datangi. Jessica cukup pintar dalam memilih tempat persembunyian. Meskipu tidak begitu layak, tapi Jessica bisa memastikan kelompoknya aman dari para zombie. Benar-benar seperti sedang berkemah. Mereka mendirikan beberapa tenda di terowongan bawah tanah. Tempat yang hebat menurut Gerland. "Kita masih ada dua tenda enggak terpakai. Elo bisa membangun tenda kan?" Tanya Jessica. Gerland mengangguk tanpa berkata. "Oke. Bagus, untuk sementara elo tinggal sendirian di tenda itu. Sampai kita bertemu lagi dengan orang baru." Semua mata memandang ke arah Gerland. Mereka memang sangat sensitif pada orang baru. Terlebih orang baru itu seorang lelaki. Karena di kelompok Jessica kebanyakannya perempuan. Melihat pandangan mata anggota kelompoknya Jessica sangat paham dengan situasinya. "Teman-teman gue mau kenalin orang baru di kelompok kita. Dia sudah membatu kita dalam mencari sampel kulit Zombie yang profesor Felix butuhkan. Gerland ayo perkanalkan diri," pinta Jessica. Anggota kelompoknya harus kenal dengan orang baru yang masuk kedalam kelompoknya. "Oke. Hai! Nama gue Gerland Tsimon. Gue CEO dari perusahaan otomotif TSC Tsimon, tapi itu tak penting lagi sekarang. Karena semuanya sudah hancur," ucap Gerland sedikit terkekeh. Padahal ia sempat menangis saat semuanya hancur oleh para kawanan Zombie yang menggila. "Ya, kita punya saudagar kaya. Tapi sekarang kita semua sama. Tidak ada yang kaya dan tidak ada yang miskin. Sekarang kita semua di sini untuk bertahan hidup. Dengarkan gue Gerland, elo jangan macem-macem di sini. Karena kalau sampai elo bertingkah. Gue adalah orang yang pertama akan membunuh elo. Jadi temen-temen tenang aja. Gerland tidak akan melakukan hal yang aneh. Gue yang akan menjaminnya," tegas Jessica. Dia sebetulnya tidak perlu mengancam Gerland seperti itu di depan kelompoknya. Hal itu malah akan membuat kelompoknya takut. Namun, Jessica merasa itu pantas ia lakukan. Sebagai pemimpin, ia harus bisa melindungi kelompoknya. Setelah memperkenalkan diri di depan anggota kelompok Jessica. Gerland mulai membangun tendanya. Sebetulnya, ia tidak bisa membangun tenda. Gerland hidup di rumah mewah. Ia tidak pernah berkemah sama sekali. Dulu orang tuanya juga sangat kaya raya. Gerland hanya pernah tinggal di restoran Lagazka milik Dextra saat baru mau merintis usahanya. Jadi dia agak kebingungan dalam membangun tendanya. "Mau gue bantu?" Tawar Layla. Baru kali ini Layla berbicara pada orang, selain Jessica. Sepertinya Layla sudah mulai membuka dirinya. "Gue bisa kok," ucap Gerland. Ia merasa malu saja kalau harus di bantu oleh seorang perempuan. "Sudah satu jam elo di sini. Tapi tendanya enggak jadi-jadi. Kalau pasang tenda aja sih, aku bisa. Karena dulu sering pergi berkemah, sini biar gue bantu," tanpa basa-basi Layla meraih tenda yang sedang di pegang Gerland. Dengan mahir ia membuat tenda untuk Gerland. Hanya butuh beberapa saat saja. Kemudian, jadilah sebuah tenda yang layak menjadi tempat tinggal sementara untuk Gerland. "Selesai," ujar Layla. "Makasih, padahal gue bisa sendiri." "Masih aja gengsi buat mengakuinya. Kalau elo ga bisa bilang aja enggak bisa. Kita bisa bantu kok," sindir Layla. "Iya, iya. Gue memang belum pernah buat tenda. Makanya enggak bisa. Oh iya, gue Gerland. Elo?" Gerland memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangannya pada Layla. Layla menyambut uluran tangan Gerland. "Gue Layla, baiklah saudagar kaya. Selamat tidur semoga mimpi indah," ucap Layla kemudian meninggalkan Gerland. Gerland masuk kedalam tenda yang Layla buat. Gerland mulai berpikir, ternyata masih ada tempat aman di dunia ini. Dunia yang semakin aneh dan kacau. Ya, meskipun beralaskan kain teda dan berlangitkan kain tenda juga. Dari pada harus terus cemas dan sembunyi-sembunyian dari para zombie. Yang setiap saat pasti akan menyerang mereka. Untung saja Jessica mengizinkan Gerland bergabung dengan kelompoknya. Setidaknya malam ini Gerland bisa tidur nyenyak di dalam tendanya. "Ambil ini," Layla kembali. Ia memberikan satu bantal dan satu selimut. "Wah terima kasih." Gerland kira hari ini dia hanya tidur di tenda tanpa apa-apa. Ternyata dikasih bantal dan selimut. "Kalau perlu apa-apa, elo bisa bilang sama gue, Jessica atau Olivia. Olivia itu yang mengatur persediaan makanan dan barang-barang yang ada di sini. Elo pasti akan sulit tidur di tempat baru ini, tapi cepat atau lambat elo akan terbiasa. Karena lebih baik di sini, tempat yang aman. Dari pada di luar sana, penuh kekhawatiran." Layla baik juga ternyata orangnya. Perempuan yang selalu bernasib buruk ini, memang mempunyai simpati yang besar pada orang lain. Meskipun orang itu orang baru bagi Layla. Layla tidak mau lama terpuruk dalam kesedihan. Sama seperti yang lainnya. Berharap semuanya akan kembali normal seperti biasanya. Tanpa rasa khawatir atau rasa takut, ketika sedang berjalan-jalan di taman kota. Menikmati indahnya pagi hari dan kicauan burung yang sangat indah. Menghirup udara segar tanpa ada warna merah darah sepanjang jalan. Itulah harapan mereka semua. Sekarang mereka semua bergantung pada tim penelitian profesor Felix. Sangat berharap besar, agar cepat mendapatkan vaksin dari wabah yang mengerikan ini. Meskipun mereka tidak tahu, perlu berapa lama tim penelitian profesor Felix. Akan berhasil menemukan vaksinnya. Namun, mereka harus mendukung penuh uji coba mereka. Karena itu, benar ucapan Jessica. Mereka harus mempunyai banyak orang. Untuk membantu mencari sampel yang di inginkan. Apalagi dengan ide gilanya Xavier yang menginginkan zombie hidup sebagai bahan penelitiannya. *********** Xavier sekarang sedang berada di dalam tenda profesor Felix. Malam ini Xavier harus menjelaskan rencananya pada profesor Felix. Tentang rencana membawa sampel zombie yang masih hidup. Karena Xavier sudah menemukan senjata yang bisa di pakai untuk membius zombie tersebut. "Prof, aku bawa satu tangan kanan zombie sekarang. Aku akan mulai menguji cobakan sampel tangan itu, memakai chemical yang kemarin profesor berikan. Siapa tahu kali ini berhasil, tapi kalau malam ini tidak berhasil. Bolehkah aku menyarankan sesuatu?" Xavier sedikit ragu kalau profesor Felix akan menyetujui idenya. "Saran apa? Silahkan saja, kita semua di sini bekerja keras. Agar bisa dengan cepat, kita temukan vaksin virus Zombie ini," sahut profesor Felix. Semoga saja beliau juga setuju dengan saran Xavier. "Besok aku akan meminta bantuan dari beberapa teman-teman di kelompok ini. Mungkin aku juga akan membujuk Mark agar bisa ikut. Aku mau mengambil sampel zombie yang masih hidup, prof," saran Xaveir. "Tidak Xaveir. Terlalu berresiko. Kita belum punya alat yang pas untuk meneliti tentang itu. Kita perlu teknologi yang canggih, jika ingin melihat aktivitas otak Zombie selama penelitian. Sedangkan sekarang, kamu lihat. Kita penelitian saja di bawah sebuah tenda. Dengan alat yang seadanya dan bahan juga seadanya. Tanpa listrik dan tanpa mesin yang bisa membuat zombie itu tetap tidak sadarkan diri," profesor Felix menjeda kalimatnya. "Kita membutuhkan alat-alat medis seperti elektrokardiograf, ventilator, tabung oksigen dan masih banyak lagi. Kalau kamu mau melakukan penelitian itu. Lebih baik kamu mencari tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat penelitian. Tentunya harus ada pasokan listrik dan alat-alat yang di sebutkan. Saya tahu, kamu sangat bersemangat ingin melakukan penelitian itu, tapi untuk melakukan penelitian itu. Di bawah tanah ini, itu tidak mungkin Xavier. Akan sangat besar resikonya," terus profesor Felix. Xaveir tidak pernah berpikir sampai kesana. Yang dia pikirkan hanya membawa sampel zombie hidup. Agar bisa dengan cepat menemukan vaksin. Namun, ternyata banyak yang harus di perhitungkan. Mungkin untuk saat ini Xavier harus memikirkan. Dimana ia bisa menemukan tempat yang dimaksud profesor Felix. Laboratorium tempat mereka bekerja saja meledak dan tidak ada sama sekali pasokan listrik. Tidak mungkin mereka melakukan penelitian di sana. Xavier berpikir keras, kemana dia harus pergi mencari tempat itu? Pastinya harus keluar dari kota Troxbo. Siapa tahu ada tempat yang mereka bisa gunakan untuk tempat persembunyian yang lebih layak. Dari terowongan bawah tanah ini. Profesor Felix menyentuh bahu Xavier. "Sabarlah Xavier. Kita harus pikirkan juga keselamatan teman-teman kita di sini. Jika saat waktunya yang tepat. Dan kita menemukan tempat yang pas untuk penelitian. Saya akan setuju dengan saranmu tadi. Untuk saat ini kita mengambil sampel yang aman saja dulu. Memang saya rasa itu akan lama. Kamu harus tunggu kelompok ini sampai kuat dulu. Sampai mereka berani untuk keluar dan mencari tempat yang kita maksud bersama-sama. Sabarlah, kita ingin selamat. Dan kita ingin tetap hidup sebagai manusia," nasihat profesor Felix. Sedikit kecewa sebetulnya dengan penolakan dari profesor Felix. Namun, Xaveir juga tidak mau mengambil resiko. Dia belum siap kalau tiba-tiba secara diam-diam zombie itu bangun. Lalu memakan anggota di terowongan bawah tanah ini. Akan menjadi malapetaka, bukan menjadi solusi yang tepat. Sebaiknya Xavier simpan saja senjata itu di tendanya, untuk berjaga-jaga. Kedepannya pasti bisa ia gunakan untuk menembak bius itu pada zombie yang akan di jadikan sampel uji coba. Tentunya, Xavier harus meminta izin pada Jessica. Karena setiap makanan atau apapun yang di bawa dari luar terowongan. Harus di simpan di tenda gudang penyimpanan. Yang ajan di atur oleh Olivia. Entah, kenapa Xaveir ingin menyimpannya. Karena merasa senjata itu sangat langka. Tidak banyak orang yang memilikinya. Karena memang fungsinya bukan untuk membunuh, tapi untuk membius hewan buruan yang akan menjadi bahan uji coba. Bukan hewan lagi yang Xavier buru, tapi monter pengigit. Sepertinya Xavier besok akan mencoba keluar dari kota Troxbo. Agar bisa melihat kota lain yang bisa di jadikan tempat penelitian. Mungkin Xaveir akan mengajak Gerland. Xavier tidak mau mengajak Jessica. Karena Jessica di sini punya tanggung jawab. Untuk melindungi kelompoknya. Sedangkan keluar kota Troxbo, pasti membutuhkan waktu selama berhari-hari. Sebetulnya Xavier belum terlalu yakin pada potensi yang di miliki Gerland. Namun, karena kemarin Gerland lolos syarat yang di ajukan oleh Jessica. Dengan mengambil lima sampel kulit Zombie yang berbeda. Itu menandakan kalau Gerland serius ingin bergabung dengan kelompok Jessica. Mungkin Xavier harus memberikan kesempatan pada Gerland. Mereka pasti bisa menjadi partner saat berada di luar terowongan bawah tanah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD