3| Penjelasan Abas

1678 Words
Aruna berdiri di belakang sofa dengan tangan memegang gagang sapu. Matanya terpancang pada belakang kepala Hansel, bersiap untuk memukul pria itu jika dia berani macam-macam. “Lo nggak mau duduk?” tanya Hansel menoleh ke belakang di mana Aruna berada.  “Nggak perlu,” jawab Aruna singkat.  Hansel menghela napas dalam lalu kembali fokus dengan ponsel di tangannya, sebisa mungkin dia mengabaikan Aruna yang masih dalam mode waspada.  Setelah tahu bahwa pria mengerikan yang berada di dalam kosnya adalah Hansel Archad, Aruna malah menjadi semakin gelisah dan panik. Jika pria yang berada di kosnya adalah maling, Aruna hanya tinggal berteriak ‘Tolong, ada maling!’ dan selesai. Namun, pria ini adalah Hansel Archad. Aktor terkenal yang sedang terkena skandal pelecehan. Bagaimana cara Aruna berteriak meminta tolong coba? Masak Aruna harus berteriak ‘Tolong, ada Hansel Archad di kostnya’? Bisa-bisa Aruna hanya akan ditertawakan. Karena secara logika kan tidak mungkin Hansel berada di sini.                   “Hanya sekadar informasi, kalau kepala gue sampai bocor, Abas tahu kalau lo pelakunya,” kata Hansel tanpa menoleh ke arah Aruna.  “Gue rasa orang-orang akan paham kenapa kepala lo sampai bocor,” balas Aruna menatap sengit ke arah Hansel.  Tiba-tiba Hansel menoleh ke belakang, menatap Aruna dengan kerutan di dahi. “Memangnya untuk alasan apa kepala gue sampai harus bocor?” Aruna menatap Hansel dengan tidak percaya. Bagaimana bisa Hansel menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu? “Untuk banyak sekali alasan lah!” jawab Aruna keki. “Pertama, lo tiba-tiba masuk ke kos ini tanpa izin. Kedua, demi Tuhan ini kos cewek! Dan ketiga lo itu Hansel Archad, aktor yang sedang kena skandal pelecehan! Kira-kira sendiri ketiga alasan itu sudah cukup apa belum buat lo kena pukul sampai kepala lo bocor,” cerocos Aruna makin kesal. “Kalau belum cukup, gue masih bisa ngasih sejuta tambahan alasan lagi.” Aruna melototkan mata, mencoba mengintimidasi Hansel.   Hansel mendengus. Lalu pria itu bangkit dari posisi duduknya.  “Mau apa lo?” tanya Aruna agak panik seraya mengacungkan gagang sapu ke arah Hansel. “Abas udah sampai,” jawab Hansel cuek sambil berjalan meninggalkan Aruna menuju ruang tamu. Mata Aruna terpancang pada punggung Hansel yang semakin menjauhinya. Dan untuk sesaat Aruna dapat bernapas lega. “Meong.” Aruna menunduk, menatap kucing oranye yang saat ini berada di bawahnya. Kucing itu tampak sibuk menjilati kaki bagian depannya. Aruna menatap kucing itu tidak percaya. “Lo ke mana aja, sih? Lo nggak lihat ada maniak di kost ini? Bisa-bisanya lo pergi nggak bantuin gue tadi,” kata Aruna mengomeli kucing itu.  Kucing itu membalas omelan Aruna dengan eongan lalu dia pergi meninggalkan Aruna menuju ke arah kardus yang berada di samping sofa lalu masuk ke sana.  Bisa-bisanya, keluh Aruna dalam hati sambil geleng-geleng kepala. Tak lama kemudian Hansel kembali ke ruang tengah dengan seorang pria berjalan di belakangnya. Aruna kembali menatap Hansel dengan waspada. “Ini, perempuan gila yang lo maksud?” tanya pria yang bernama Abas itu.  Aruna menatap pria itu dengan kaget. “Nggak sopan!” katanya kesal. Pria itu buru-buru meminta maaf kepada Aruna. “Maaf, bukan maksud gue ngatain lo,” ucapnya terdengar menyesal. “Omong-omong, wajah lo nggak asing,” tambahnya menatap Aruna dengan seksama. Aruna mendenguskan tawa dengan tidak percaya. “Basi banget,” katanya mencemooh. “Nggak mempan ngajak kenalan dengan cara seperti itu.” Pria itu terkekeh. “Ah, gue bukan sedang merayu lo,” ucapnya. “Tapi, gue beneran pernah lihat lo,” katanya dengan ekspresi wajah mengingat-ingat. “Ah, gue ingat! Lo cewek yang ikut acara uji nyali itu bukan?” Aruna agak terkejut ketika pria itu mengatakan hal tersebut. Karena, tebakannya memang benar. Aruna pernah mengikuti acara uji nyali. “Acara uji nyali?” tanya Hansel menatap manajernya dengan ekspresi bingung. “Iya, berhasil lho dia,” jawab manajernya seraya menganggukkan kepala. “Mama gue heboh waktu tahu salah satu anak kost ini ikut acara itu.” Kini Aruna bingung sendiri harus bangga akan pencapaiannya masuk televisi karena ikut uji nyali atau harus malu karena ada yang mengenalinya karena hal tersebut. “Acara uji nyali yang ada setan-setannya itu?” tanya Hansel lagi yang membuat manajernya mengangguk. Kini Hansel menatap Aruna dengan tatapan tak percaya. “Gue beneran nggak nyangka.” Hansel geleng-geleng kepala.  “Dapat duit tahu!” kata Aruna mencoba membela diri.  “Kalau nggak salah lima juta kan?” ucap manager Hansel yang membuat Aruna mengangguk. “Hanya demi lima juta lo rela ikut acara itu?” “Nggak semua orang itu kaya kayak lo,” ucap Aruna kesal karena merasa diremehkan. “Bukan gitu,” balas Hansel. “Maksud gue, emang lo nggak takut?” Aruna menatap Hansel dengan ekspresi ngeri. “Lebih menakutkan ketika ketemu maniak kayak lo di sini daripada ketemu setan,” cemoohnya. “Gue bukan maniakk!” Aruna mendenguskan tawa, meledek Hansel. “Udah..., udah,” kata pria yang bersama dengan Hansel, seolah sedang melerai mereka berdua. “Omong-omong, gue Abas, manager Hansel sekaligus anak pemilik kos ini,” katanya memperkenalkan diri. “Lo beneran anak Bu Mustika?” tanya Aruna tidak yakin. Abas menganggukkan kepala. “Iya, benar. Gue anaknya Bu Mustika, pemilik kost ini,” jawabnya terdengar meyakinkan. “Nama bokap lo siapa?” tanya Aruna mencoba memastikan. “Hadrian.” “Nama adik cowok lo siapa?”  “Aron,” jawab Abas menatap Aruna dengan ekspresi bingung. “Adik cewek lo?” “Agni,” jawab Abas lagi.  “Ya Tuhan,” keluh Hansel. “Beri dia kartu keluarga lo, Bas,” tambahnya. Aruna melirik ke arah Hansel dengan tatapan sebal. “Gue hanya mau memastikan saja kalau dia benar-benar anak Bu Mustika,” katanya. Hansel hanya memutar bola mata dengan bosan. Tidak begitu peduli dengan ucapan Aruna. “Mungkin sebaiknya kita berbicara sambil duduk,” kata Abas memberi saran. Hansel langsung berjalan ke arah sofa yang berada di ruang tengah lalu duduk di sana. Abas melakukan hal yang sama. Kedua pria itu menatap Aruna, seolah menunggunya untuk ikut duduk bersama dengan mereka berdua. Dengan helaan napas dalam akhirnya Aruna berjalan ke kursi tunggal yang berada di sana lalu duduk dengan kikuk. Sapu yang berada di tangannya masih ia pegang erat-erat.  “Lo mau bersih-bersih jam segini?” tanya Abas menunjuk sapu di tangan Aruna. “Itu adalah alat yang akan dia gunakan untuk mukul gue,” sahut Hansel. “Oh,” balas Abas mengangguk mengerti.  “Jadi, kapan dia pergi dari sini?” tanya Aruna menunjuk Hansel dengan dagunya.  “Soal itu … kayaknya Hansel nggak bisa melakukannya,” kata Abas terdengar menyesal. “Karena saat ini dia sedang dalam incaran awak media.” “Ini kos cewek!” kata Aruna kesal. “Kalau mau ngumpetin dia ya jangan di sini.” “Gue juga ogah berada di sini,” balas Hansel. Abas menepuk pelan pundak Hansel, seakan menyuruhnya untuk diam. Hansel hanya mendengus lalu membuang muka ke arah lain. “Gue beneran nggak tahu kalau ada lo di sini, karena Mama bilang kost ini sedang kosong karena para penghuninya sedang pulang kampung. Jadi, gue minta izin ke Mama agar Hansel bisa tinggal di sini sementara. Dan tampaknya gue tetep nggak bisa mindahin Hansel ke tempat lain untuk sekarang.” “Jadi, maksud lo, dia akan tetap tinggal di sini meskipun ada gue?” tanya Aruna tidak percaya. Abas menganggukkan kepala. “Dengan sangat terpaksa sepertinya memang harus seperti itu,” katanya. Aruna menatap Abas dan Hansel dengan ekspresi datar. Dirinya sudah terlalu kesal dan marah karena keberadaan Hansel yang tiba-tiba.  “Gue harus protes ke mana agar dia bisa pergi dari sini?” tanyanya. “Wartawan? Netizen? Atau akun gosip Bibirmonyooong?” tambahnya. “Gue mohon jangan lakukan itu,” kata Abas cepat-cepat. “Kalau ada tempat lain, pasti udah gue bawa dia ke sana. Rumah orang tua Hansel sering dikerubutin sama wartawan, begitu juga dengan rumahnya. Alamat hotel tempat dia menginap pun entah bagaimana bocor yang bikin wartawan nyamperin ke sana. Dan ini adalah satu-satunya tempat yang bisa dia tuju.” “Nggak lagi kalau gue bilang ke wartawan,” sahut Aruna tersenyum lebar, berniat mengancam. Enak saja dia bicara seperti itu. Memangnya mentang-mentang dia Hansel, si aktor terkenal, jadi bisa seenaknya saja? Dia pikir Aruna peduli apa jika Hansel tidak punya tempat lain untuk dituju selain tempat ini? Aruna kan hanya ingin tinggal di kost ini dengan nyaman dan aman. Aruna mana mau harus satu atap dengan cowok macam Hansel yang sudah seenaknya saja melecehkan perempuan.  “Lo akan gue bayar,” kata Abas segera.  “Jangan hambur-hamburin uang gue buat dia,” sahut Hansel seakan tidak terima. “Lo diam aja dan biarin gue beresin masalah lo,” tukas Abas seraya menoleh ke arah Hansel. “Please,” tambahnya terdengar agar lebih sedikit sopan. Lalu, Abas kembali menatap ke arah Aruna. “Jadi, bagaimana? Gue akan bayar lo dengan uang yang banyak asal lo bersedia untuk tidak membocorkan keberadaan Hansel di sini.” Aruna diam sejenak. Menimbang-nimbang ucapan Abas.      “Lo mau bayar berapa?” tanya Aruna dengan kernyitan di dahi. Meskipun gengsi, tapi Aruna juga penasaran dengan jumlah uang yang akan diberikan oleh Abas hanya untuk sekadar tutup mulut.     “Dua puluh juta,” kata Abas.     Aruna menutup mulutnya yang tiba-tiba terbuka karena kaget dengan sebelah tangannya yang tidak memegang sapu. Dua puluh juta bukanlah uang yang sedikit. Aruna saja harus ditinggal sendirian di ruangan angker hanya untuk mendapatkan uang lima juta.      Abas tersenyum senang, seakan mengetahui bahwa triknya berhasil. “Bagaimana?” tanyanya.     Aruna menurunkan tangannya. Ia berdeham. “Entahlah,” katanya pura-pura tidak tertarik.      “Dan gratis uang kos selama satu tahun,” tambah Abas tanpa pikir panjang.     “Oke,” balas Aruna segera. “Gue oke dengan uang dua puluh juta dan gratis uang kos selama satu tahun.” Aruna tersenyum lebar ke arah Abas.     Hansel berdecak. “Dasar mata duitan,” katanya.     Aruna tidak tersinggung dengan ucapan Hansel itu karena dirinya pun mengakui bahwa ia memang mata duitan. Selain itu, Aruna pun merasa dirinya tidak punya malu. Bisa-bisanya ia tergoda begitu saja dengan uang yang banyak itu? Astaga, Aruna benar-benar akan mengutuk dirinya sendiri jadi kodok!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD