Kebodohan

1138 Words
"Hah? Haha.. Apa yang kau lakukan?" Bram menyatukan alisnya, dalam benak CEO BestTv hal semacam ini sering kali terjadi terkait pernyataan cinta sepihak yang dia terima, tapi tak pernah satu pun dia dapati ungkapan berani semacam ini keluar dari mulut perempuan yang dandanannya saja belum benar. Di sisi lain pak Yosan, produser talk show for you melirik sekumpulan pemuda yang kehilangan daya berisiknya, mereka mendadak diam tak bersuara: "Mr. Bram, Sorry., saya rasa, saya tahu apa yang terjadi. Ini pasti kelakuan anak-anak saya," produser ini berdiri dan tampaknya menatap bilik sebelah, siap menangkap kenakalan sekelompok pemuda bandel. "Siapa namamu?" tanya Bram, gadis berbalut kacamata ini mengerjap-ngerjap saking kuatnya rasa takut dan grogi terkumpul jadi satu. Bukan menjawab, Mimi malah meminta maaf berulang-ulang kali. "maaf, maafkan saya" berulang kalinya dia melakukan ojigi (membungkukkan badan ala Jepang) dan terhenti ketika kacamatanya terjatuh. Buru-buru Mimi meraih kaca mata bulat, aneh versi orang lain namun sahabat setia versi dirinya. Belum sempat berdiri dengan benar, seorang perempuan dengan paras memukau dilengkapi jemari lentik yang kukuh-kukuhnya saja mengilat warna-warni hasil manikur  pedikur mendekat, mengulurkan bantuan tak terduga. Dia sang ibu manajer, baru bangkit dari tempatnya duduk lalu mendekati gadis lugu ini. "Bram, perhatikan dia!" Mimi mendongak sambil mendekap kacamata ketika tangan kanan Bu Sofia menjentikkan jari telunjuk cantik yang terlapisi pernak pernik perak pada poninya. "what should i see?" tanya Bram menanggapi permintaan Sofia. Tindakan berikutnya yang diusung Sofia ialah membuka poni Mimi, poni itu di singkap ke atas. Lalu, baju longgar Mimi ditarik oleh tangan kanan Sofia. Sang Perempuan berjari lentik mencengkeram bagian belakang baju mimi sehingga tubuh gadis itu terlihat menonjol. Mimi yang terkejut buru-buru menutup dirinya, padahal gadis ini jelas-jelas masih terlapisi Hem. Tampaknya perilaku Mimi kian menyulut rasa penasaran Sofia, perempuan ini memutar tubuh mimi. Lalu menggenggam rambutnya menjadi kucir kuda," lihat dia masih bisa diperbaiki," "Maksudmu?" Bram bertanya-tanya, pria keturunan Jerman itu berupaya memahami polah tingkah sahabatnya. Bram punya sebuah kebiasaan memegangi dagu saat memikirkan sesuatu, dan saat ini hal yang sama dilakukan oleh Bram, sambil mengamati tingkah laku Sofia terhadap gadis di hadapannya. "Anak ini terlihat manis," timbul senyum menyeringai di bibir Sofia, "Dan mudah," lengkapnya menggoda pikiran Bram. Mimik wajah mencurigakan tertangkap pada raut muka Sofia. Apa artinya? Bram mencoba menangkap maksud Sofia, "Apakah yang kau maksud tentang pesta dansa," "Yah.. tentu saja apa lagi., Anak ini tidak akan banyak menuntutmu,"bisik Sofia mendekati Bram dan sengaja membiarkan gadis lugu berdiri kebingungan supaya di amati sang CEO BestTv. Sejalan berikutnya perempuan berjari lentik ini mengikat tubuhnya pada lengan Bram kemudian membisikkan sesuatu, "dia bisa kau manfaatkan untuk menyaingi mantan pacarmu, hehe," perempuan ini terkekeh membayangkan ekspresi mantan pacar Bram nanti. Bram pria tampan, tapi memiliki selera unik dan 'mencengangkan'. Seaktif apa pun perempuan-perempuan muda mengganggunya, Bram tidak akan bergeming apalagi meliriknya sekalipun mereka cantik rupawan. Untung Sofia tahu hal tersebut, jadi dia tidak akan terjebak pada wajah tampan maupun latar belakang Bram yang menggiurkan. "Aku yakin., Gadis itu bisa bikin mata kucing Renata membulat, dan kau bisa berbangga sambil tersenyum cerah," ibu manajer menepuk bahu Bram seiring gerakannya kembali duduk. . Di bilik sebelah sekumpulan pemuda masih kasak-kusuk mengurai rasa khawatir, "Pak Yosan, kenapa Mimi masih di sana?" "mengapa dia diminta berdiri terus?" "Apa akan terjadi sesuatu padanya?" Bergantian tim talk show saling melempar kalimat tanya kepada produsernya. "Mana aku tahu?" Pak Yosan mengangkat bahu sambil meledek tiga anak buahnya yang tertangkap melakukan tindakan bodoh terhadap gadis tidak berdosa. Mimik wajah produser senyam-senyum minta di tabok. "ayolah.. bantu Mimi kembali ke sini. Kalau terjadi sesuatu pada gadis itu, aku yang paling bertanggung jawab. Dia datang ke sini karena permintaanku," Anton celingukan menatap Mimi yang masih berdiri kaku di bilik seberang. "Jika hal buruk menimpa gadis itu, Kalian bertiga harus bertanggung jawab," si PA (produser asisten) tim talk show alias Danil, lelaki introvert yang sejak awal bahkan sejak di mobil memilih tidur ialah pria yang baru saja berkomentar. Bagi yang lain kelakuan Danil, si tukang tidur di sembarang tempat merupakan kewajaran, sehari-hari Danil memang seperti itu. PA stasiun televisi swasta yang juga mengemban tugas berupa program talk show dengan share and rating tinggi memang sangat melelahkan. Daniel paling sering lembur, itu sebabnya dia hobi tidur di setiap kesempatan. Pria introvert dengan segala polah tingkah cuek, resek dan jarang bicara ini adalah tangan kanan produser Yosan. Sayangnya dia bermasalah dalam hal berkomentar, pria dengan gaya rambut manbun yang tertangkap panjang dan sehat atau model rambut dengan cemol di belakang hasil ikatan rambut panjang sebatas bahu serta penataan yang terkesan rapi mudah sekali melempar komentar pedas. "Kenapa kita bertiga? Anton saja kali!" Arga mulai berisik. "Siapa yang mendorongnya ikut game konyol kalian?" kembali si tukang tidur bicara. "Sultan yang paling parah!" Anton mencari teman buat menanggung beban. "Dan kau Arga, kau yang membuat tantangan gila itu., Lalu Anton yang membawa Mimi kemari," agaknya Sultan mencari rekan sepenanggungan. "Tepat sekali. Kalian bertiga harus bertanggung jawab sebagai hukuman!" pak Yosan membumbui pernyataan anak kesayangannya, Danil. Produser Asisten memang bagian utama dalam broadcast, di tambah lagi sepak terjang Danil yang memuaskan membuat omongan sekecil apa pun dari mulut Danil lebih didengar dibanding yang lain. "Dia tidak akan di pecat kan-pak?" Anton khawatir. "Mana aku tahu.. aku bukan CEO," Poduser bermuka bulat ini kadang menjengkelkan, dia malah menyeringai melihat anak-anaknya kebingungan. "Hai.. hai.. tunggu.. lihat.. lihatlah guys!!" Arga menepuk-nepuk meja melihat Mimi di bawa pergi CEO Bram. "Gila., Mau di apa kan anak lugu itu," Sultan meraih jaketnya khawatir. "Pak Yosan berikan kunci mobilmu?!" Anton minta bantuan pak Yosan. Sayang si bos tidak berkenan, muka bulat menyelipkan kunci mobil pada saku celana. "Kenapa harus mobilku? kalian pakai taksi saja," sang produser mengelak. "Serahkan!!"sebab terdesak, berkejaran dengan waktu Anton terpaksa memberanikan diri meraih krah baru pak Yosan kala mendengar kalimat Sultan,"Guys., Ayo cepat! Kita buntuti!" "Aargh., Kalian sungguh menyusahkan," terpaksa si bos yang sering kena apes gara-gara kelakuan anak buahnya ini melempar kunci. Bunyi "klatak" kunci yang mendarat di atas meja belum sempat terdengar utuh, akan tetapi benda berbahan tembaga itu sudah di raih Antit. Pemuda ini tangkas melompat pagar bilik untuk menyusul dua temannya yang pergi lebih dahulu, Sultan dan Arga. Ternyata lari Anton di ikuti lari orang lain, si introvert benar-benar bangun tidur, "kenapa kamu?" maksudnya kenapa kamu ikut kita, tanya Anton. "Aku berminat menonton adegan kekonyolan kalian," jawabnya tanpa dosa ikut masuk mobil rampasan. "Hais' manusia ini! Kau yang setir kalau gitu!" Anton mendesak Danil. Si introvert tak banyak bicara dan bergegas menuju kursi pengemudi. Sekejap berikutnya Danil membuat gerakan berputar kilat. Bunyi decit disertai asap yang timbul dari gesekan ban mobil dengan lantai, sungguh menggetarkan d**a para pria yang jadi penumpangnya. "WOE.. KITA BISA MATI BODOH!!"Arga berteriak heboh. "Bis.. biss.. bismillahirrahmanirrahim ya Allah..," Sultan mengalunkan kalimat doa terpotong-potong. "Kalau kamu masih di alam mimpi biar aku saja yang mengemudi, menyingkirlah!" Ini suara Anton. "Tenanglah., (muka datar meyakinkan) Kita harus mengejar mobil CEO, iya-kan??"Dan ketiga pria yang lain tidak bisa berkata-kata lagi, mereka memilih segera mencari pegangan ketika mobil pak Yosan melesat tanpa kendali dalam pemburuan mencari-cari ke mana mobil CEO pergi membawa Mimi. "Hai.. itu.. itu mobilnya.," "Ke kiri.. ke kiri" "Anjir jangan lupa lampu sen-mu bodoh!!" "Kau mau mati.. INI LAMPU MERAH! Aaaaarrrgh..!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD