Dare

931 Words
Dari samping gadis lugu ada aroma parfum yang mulai mendekat lalu berubah menjadi hembusan udara. Kala dia, CEO Muda Best.Tv berjalan melewatinya kemudian masuk ke dalam mobil mewah yang perlahan melaju bersama kaca jendela mobil naik lambat menghilangkan pahatan tampan yang kedua kalinya dapat di tangkap kornea mata gadis cupu lamat-lamat. "Hai Mimi Jangan bengong saja.. ayo masuk," Anton menggugah lamunan gadis yang hanyut oleh bau parfum CEO eksentrik. Bagaimana tidak eksentrik, pria yang menjadi pusat perhatian seluruh gedung bertingkat ini. Memiliki rumor yang sangat ganjil, dia belum pernah terlihat dekat dengan perempuan. Beberapa kali sempat terdengar rumor miring bahwa sang CEO keturunan Jerman ini mengabaikan beberapa artis yang sengaja mendekatinya. Rumor itu bukan sekedar isapan jempol. Karena para penggosip yang lebih ahli dari tim infotainment sering duduk bersama ketika makan siang. Mereka sudah layak disebut detektif profesional. Memadu padankan bukti satu dengan bukti yang lainnya. Mereka bergosip seolah sedang memainkan kepingan puzzle narasi yang di susun menggunakan ke-kepoan hakiki dari para karyawan yang suka sekali menggunjingkan atasannya. "kamu tahu? Kemarin Sarah Juwita (artis papan atas dengan paras memukau. seorang model sekaligus pemain film) jelas-jelas datang ke ruangan CEO," bisik Handayani tim marketing online. "Terus?" yang lain mendekat di liputi rasa penasaran. "Kalian penasaran nggak?!" si pembawa gosip menggoda teman-temannya. Sedangkan Mimi yang berada dalam satu meja yang sama, karena di minta seniornya untuk menemani makan siang bersama terpaksa mendengarkan hal-hal yang tidak penting. "Ayolah cepat.. jangan  banyak prolog kamu tu!!". "haha jangan marah.. dengar baik baik (dia merendahkan suaranya, padahal jelas masih sangat terdengar) lalu Sarah Juwita keluar dari pintu ruangan CEO dengan wajah gusar. Sepertinya.. dia.." para perempuan itu senyum sinis penuh makna. "DICUEKIN LAGI!! HAHAHA," kumpulan penggosip berseru serempak. Dulu awalnya Mimi sempat terkejut dengan cara berkomunikasi seperti ini. Kuliah Mimi, lingkungan pergaulan Mimi biasa saja, dia memang gadis biasa-biasa saja yang hidupnya sekedar berangkat kuliah pulang lalu memberikan les privat keliling dari satu tempat ke tempat yang lain. minimal dengan les privat itu dia bisa menambah uang fotocopy dan tak lagi banyak meminta kepada orang tuanya. Dia butuh meringankan beban sang Ayah yang hidup berdua bersama adiknya semenjak ibu meninggal dunia. . . Mobil para tim produksi talk show best TV berhenti di salah satu rumah makan yang tidak jauh dari kantor. Rumah makan ini cukup ramai tapi terkesan eksklusif dengan bilik-bilik yang terlihat asri. Tentu saja para bos dan karyawan duduk di bilik berbeda. Tim talk show bersama Mimi duduk dalam satu bilik berbentuk persegi panjang. Sedangkan kumpulan bos duduk di bilik berhadapan dengan mereka. CEO, produser, sekretaris, seorang ajudan penjaga dan satu perempuan ialah ibu manajer yang juga teman baik CEO sejak masa kuliah di luar negeri. "Haha.." tawa dan canda terdengar riuh di antara laki-laki yang duduk di sekitar mimi. mereka mulai melakukan kegaduha karena terlalu lama  menunggu makanan yang tidak kunjung datang. "Ayo.. kita main Truth or Dare," dia yang paling berisik membuat sebuah permainan yang jelas Mimi hindari, tak berminat ikut-ikutan. "tapi sebelumnya kita kenalan dulu dong sama pacarnya Anton," pria yang lain ikut bersuara. "Bu- bukan.. a-aku bukan pacar siapa-siapa," mendengar ungkapan spontan dan berani dari teman Anton membuat Mimi sempat merinding sendiri. "haha kau harus meminta maaf, lihat Mimi jadi grogi gara-gara ucapan sembaranganmu," Anton malah mengimbanginya dengan sangat santai. "Tenanglah Mimi kita hanya bercanda.  Eh bener namamu Mimi?" si berisik Arga ikut mengganggu Mimi. "Ayo sekarang kita mulai permainan ini, tapi sebelumnya biarkan Mimi berkenalan dulu," pinta laki-laki yang bernama sultan. "Ah kalian sudah tahu siapa aku kan?" Mimi tidak yakin dengan ungkapan para lelaki di sekitarnya. "siapa bilang?? aku nggak kenal, barusan saja Aku tahu namamu.  ayo sekarang berdiri! Perkenalkan dirimu!!" "Harus berdiri? Aku berkenalan sambil duduk saja?" Mimi keberatan. "Ayolah.. biar kita tidak boring," Sultan ikut menyudutkan. Gadis lugu nan cupu ini perlahan bangkit lalu berdiri. Ia memang tidak begitu tinggi, jadi ketika berdiri tidak ada bedanya dengan para tim produksi Talk show yang sedang duduk-duduk santai memperhatikan dirinya. "Hai.. nama saya Arumi. Saya dipanggil Mimi, baru magang 5 bulan, lulusan administrasi perkantoran, saya dari divisi keuangan," gadis itu bicara lambat sekali terlihat jelas bahwa dia sedang dilanda malu. "coba buka kaca matamu," perintah salah satu dari mereka. "Emm.. " gadis ini bingung, terasa dipojokkan. "hehe aku cuman bercanda duduklah ayo kita main, Mimi ikut ya.." Arga tersenyum menyebalkan. "Ah tidak, aku tidak mau ikut.." "ayolah Mimi.. ini permainan sederhana," Arga memaksa. Beberapa kali botol itu diputar oleh mereka dan pada permainan ketiga. Naas, botol nakal  menunjuk ke arah mimi. *** "Sofia.. ayolah bantu aku," Bram menatap Sovfia, manajer yang sekaligus seorang sahabat lama. "No! Bram. Aku tak mau jadi bahan gosip murahan di kantor apalagi bersinggungan dengan cewek-cewek yang mengejar-ngejarmu. Sorry hidupku terlalu berarti untuk masalah tidak penting seperti itu," Sofia menolak mentah-mentah permintaan Bram. Dia tak ingin pergi ke pesta dansa yang bukan dirinya. . . "Ayo Mimi kau pasti bisa.. haha," para tim talk show berhasil mendorong gadis yang ketiban na'as saat bermain Truth or Dare, dia terpaksa memilih Dare. Sungguh sial mereka semua, ketika Mimi memilih Truth (kejujuran) teman-teman Anton meminta gadis cupu itu berkata jujur tentang berapa ukuran  bra yang terpasang di tubuhnya . Mana mungkin mulut gadis ini berani berucap di hadapan para lelaki tentang ukuran Bra-nya. Terpaksa Kini dia berjalan perlahan mendekati bilik milik para atasan. Wajah Gadis itu pucat bukan main. Tapi suara-suara sumbang di sana terus menyemangatinya. "Ayo mimi jangan takut! Lakukan..! Haha." Dan langkah kaki mungil itu semakin dekat, dia berdiri tepat di hadapan seseorang yang menjadi bagian dari permainan 'Dare'. Gadis ini menelan ludahnya berkali-kali ketika beberapa pasang mata menatapnya penuh telisik. Dia tahu mata-mata itu sedang bercerita tentang 'anak kecil aneh ini mau apa?' Suara sumbang di belakang terdiam seketika, saat Mimi akhirnya menggigit bibir bawahnya lalu menatap mata elang manusia berparas model majalah pria dewasa yang sempurna. Sambil berucap penuh getaran ketakutan: "Mr. CEO, Please Love Me!" . . |Ah' Mimi apa yang akan terjadi padamu selanjutnya??|
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD