"Padahal aku sengaja nelpon Baby supaya kamu enggak tahu. Ternyata anak itu masih aja ngasih tahu kamu." Rona mendesah berat mendengar ucapan lirih Andita yang baru saja terbangun dari tidur efek obat tidurnya. "Kamu masih belum bisa pindah? Uang kamu belum cukup buat ngontrak? Kan aku udah bilang, kalau kamu memang butuh, kamu bisa--" "Udah kok. Uangnya udah ada, udah bisa pindah. Makanya belakangan ini sepulang kerja, aku selalu cari kontrakan yang bagus, yang murah dan nyaman buat aku sama Andini. Tapi karena masalah itu, aku jadi sering telat pulang, akhirnya aku enggak tahu kalau selama ini wanita itu selalu mendesak Andini buat bujuk aku supaya nikah sama cowok yang dia pilih. Kamu masih ingat kan, cowok yang waktu itu?" Kepala Rona mengangguk. Bagaimana mungkin dia lupa pada ora

