bc

TsundeRona

book_age18+
559
FOLLOW
3.2K
READ
friends to lovers
aloof
dare to love and hate
drama
sweet
bxg
campus
office/work place
friendship
office lady
like
intro-logo
Blurb

Bagi Aruna, mengejar dan membuat Rona jatuh cinta adalah tujuan hidupnya.

Namun bagi Rona, yang menjadi tujuan hidupnya adalah berpura-pura untuk tidak tahu bahwa Aruna menyukainya dan berusaha tidak menyadarinya sama sekali.

Lalu dengan tujuan hidup yang berkebalikan itu, bisakah mereka bertemu di persimpangan jalan yang sama?

chap-preview
Free preview
1
25 Juni 20×× "Aruna! Kamu ada kuliah pagi, Sayang!" Tangan cantiknya yang sedang mengulas maskara itu terhenti saat mendengar teriakan khas dari Mamanya. "Yes, Ma'am!" balasnya berseru dengan kencang. Lalu ia buru-buru menuntaskan kegiatannya, merapikan kemeja yang ia kenakan, memasukan alat tulis dan beberapa jurnal yang ia butuhkan, kemudian mengenakan flatshoes kesayangannya sebelum akhirnya benar-benar keluar dari teritorinya itu. "Selamat pagi, Keluarga yang paling Aruna cintai!" sapanya riang. Mama dan Papanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, sedangkan Abang satu-satunya yang ia miliki itu justru mendengus kelas-keras. "Bullshit banget keluarga yang paling kamu cintai, Abang minta tolong sama kamu aja kamu lebih milih nolongin Rona daripada Abang," cibirnya. Aruna terkikik sambil menggigit roti bakar miliknya. "Itu beda persoalan dong, Bang. Kalau yang minta tolong Mama sama Rona, jelas aku akan mendahulukan Mama di atas segalanya. Kalau Abang sama Rona, jelas aku pilih Rona dulu dong demi kemaslahatan hidup aku di masa depan," sanggahnya. Angga tertawa mendengar ucapan anak bungsunya itu. Hampir setiap hari Aruna selalu bertindak lucu jika sudah menyangkut soal Rona, anak yang tinggal seorang diri di sebelah rumah mereka. Dan juga, bukan lagi rahasia bagi keluarganya jika Aruna sudah jatuh cinta pada Rona sejak pertama kali melihat pemuda itu. "Gimana Rona mau suka sama kamu kalau kamu hampir tiap hari gonta-ganti pacar? Bukannya dia malah mikir kamu ini cewek engga baik?" tanya Arsha, Abangnya Aruna. Aruna cemberut, mengigit rotinya dengan kesal saat mendengar ucapan Abangnya itu. "Aku kayak gitu kan supaya dia cemburu. Dia itu tahu loh aku suka sama dia, tapi dia engga pernah bilang suka juga sama aku. Dan setiap aku punya pacar, dia bukannya cemburu tapi masih ngasih selamat," keluhnya dengan wajah masam. Arsha tersedak, tapi kemudian calon dokter itu justru tertawa terbahak mendengar keluhan adiknya. "Bukannya itu sinyal yang jelas kalau dia engga suka sama kamu? Harusnya kamu nyerah aja, Dek. Lebih baik kamu seriusin aja hubungan kamu sama salah satu pacar kamu. Berhentilah bikin mereka kayak mainan cuma buat narik perhatian Rona," ujar Arsha memberi nasihat. Aruna mendesah berat, menaruh roti miliknya yang tinggal setengah dan sudah tergigit di mana-mana. Ini masih pagi, seharusnya dirinya masih merasa senang dengan semangat akan bertemu dengan Rona sebentar lagi, namun yang terjadi adalah dirinya harus menerima nasehat dari seorang calon dokter yang jomblo selama masa hidupnya. "Tapi yang dibilangin Abang itu bener loh, Sayang. Kalau kamu terus begitu, yang ada Rona jadi mikir kamu engga serius suka sama dia," sahut Lidia, Mamanya Aruna. Sekarang bahkan ibunya ikut-ikutan membuat semangatnya turun. "Rona tahu kok kalau Aruna beneran suka sama dia, Ma. Tapi ya gitu..." jawabnya lesu. Kemudian hening, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang digunakan oleh Arsha untuk mengangkut nasi goreng di piringnya berpindah ke dalam perut. "Jangan terlalu dipikirin, kamu fokus aja dulu sama skripsi kamu. Rona juga pasti lagi sibuk nyiapin skripsi nya. Lagian kalau jodoh engga akan kemana kok, tenang aja," hibur Bastian, Papa Aruna. Aruna mengangguk, terlihat terpaksa. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan menyambar kotak makan yang sudah disiapkan oleh Mamanya. "Ini buat Rona kan?" tanya Aruna memastikan. Mamanya mengangguk. Sebagai rasa terimakasih, Aruna tersenyum lebar kemudian mencium pipi ibunya. Bahkan Mamanya sudah sebaik ini dan menganggap Rona sebagai menantunya secara resmi, tapi Rona masih saja tidak bereaksi terhadap kebaikan dirinya dan keluarganya. * "Rona! Rona!" teriak Aruna di depan pagar rumah Rona. Beberapa saat kemudian sesosok pria idamannya itu keluar dari dalam rumah dengan mengenakan kaus dan celana jeans serta ransel yang merupakan hadiah dari Aruna satu tahun yang lalu, hadiah ulang tahun pria itu. "Kamu engga bisa lihat bel di sebelah kiri kamu?" tanya Rona sarkas. Aruna menyengir lebar sambil menggeleng. "Yang kelihatan di mata aku cuma Rona doang," balasnya. Seperti biasa, Rona hanya menatap datar gadis cantik di depannya itu kemudian berjalan membuka pagar agar Aruna tidak tampak seperti orang hilang atau peminta sumbangan dengan pose gadis itu yang memegangi pagar sambil menempelkan pipinya. "Nih bekal dari Mama!" Aruna menyodorkan kotak bekal pemberian Mamanya pada Rona yang sudah bersiap menghidupkan mesin motornya. "Makasih," ucap pria itu. Aruna mengangguk, mengambil duduk ri undakan teras kemudian. "Ayo naik!" ajak Rona yang sudah duduk di atas motor. Namun Aruna justru menggeleng, "Kamu makan dulu bekal nya. Kalau di bawa ke kampus, kamu pasti kelupaan lagi buat makan," suruhnya. Beberapa saat Rona hanya terdiam di atas motor miliknya sebelum kemudian dia menurut, turun dari motornya dan duduk di samping Aruna. Tangannya mengeluarkan kembali kotak bekal yang tadi dia masukan dari dalam tasnya. "Aku engga enak sama tante Lidia karena setiap hari harus buatin aku bekal juga," ujar Rona pelan. Aruna memiringkan wajahnya dengan gaya lucu. "Kamu udah dianggap menantu Mama sendiri, jadi engga usah sungkan," balasnya sambil menyengir lebar. Rona melirik sedikit ke arah gadis di sampingnya itu, kemudian memilih tidak menanggapi apapun dan hanya fokus menghabiskan nasi goreng di kotak bekalnya. "Nih minum!" Sebuah botol tumblr sudah berada di depan matanya, lengkap dengan tangan putih dan cantik yang menyodorkannya. "Makasih," ucap Rona. Dia menaruh kotaknya di bawah dan berganti membuka tutup botol untuk meminumnya. "Wuuaahh! Nanti habis ini aku bakal minum dari botol itu juga, jadi secara engga langsung kita ciuman!" seru Aruna semangat. Rona tampak memutar bola matanya malas. "Airnya udah aku habisin, jadi kamu engga bisa minum dari botol ini lagi," ujarnya datar. Tapi Aruna tidak patah semangat, dia langsung merebut botol itu kembali dari tangan Rona. "Kamu salah, aku bisa ngisi airnya lagi terus aku minum. Kan disini masih ada jejak bibir Rona," sanggahnya. Rona mendelik, "m***m!" Aruna terkikik, memasukan botol itu ke dalam tas warna biru miliknya. "Mesumnya cuma sama Rona kok," balasnya santai. Tidak ada jawaban dari Rona, yang ada hanyalah tangan pria itu yang mengembalikan kotak bekal milik Aruna yang kini sudah kosong. "Harusnya kamu telepon pacar kamu buat jemput. Kalau kamu tetap begini, hubungan kamu sama pacar kamu bakalan putus lagi." Ucapan yang terdengar pelan itu, membuat Aruna terdiam. Wajahnya menjadi sendu, merasa kecewa karena Rona seperti sengaja pura-pura tidak tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Itu bukan urusan kamu! Kamu nyetir aja yang bener, biar aku bisa selamat sampai tujuan dan ketemu sama pacar aku!" kesal Aruna. Ia naik dengan tergesa-gesa ke atas motor hingga nyaris terpleset kalau saja Rona tidak memegangi lengannya. "Hati-hati," ujar pria itu. Aruna membuang muka, duduk dengan berpegangan pada besi yang ada di belakang motor. Dirinya yang seharusnya bisa berangkat ke kampus dengan menumpang mobil abangnya yang nyaman dan ber-AC, lebih memilih duduk di boncengan Rona sambil menikam asap kendaran yang membuatnya kadang terbatuk parah dan akhirnya membuat Rona harus mengomel panjang lebar, mengingatkan agar Aruna menggunakan masker setiap berangkat bersamanya. * "Sayang, aku pikir kamu bakal absen hari ini!" Aruna memasang senyum manis, berjalan menghampiri seorang pria dengan rambut cepak dan setelan kemeja yang rapi. Seorang ketua BEM jurusan yang terkenal paling tampan dan paling bisa diandalkan. Andika, pacar Aruna saat ini. "Mata kuliah hari ini penting, aku harus dapat nikah bagus buat bisa lulus tahun ini," jawab Aruna. Dia melirik ke arah tangan Andika yang hinggap di pinggangnya, walaupun wajar tapi Aruna tidak menyukai skinship selain dengan Rona. "Iya, kita udah seharusnya engga main-main sama mata kuliah penting kalau mau lulus tahun ini," setuju Andika. Pria itu menatap Aruna dengan penuh kasih sayang, tangannya berpindah ke arah rambut Aruna dan merapikannya. "Padahal harusnya kamu ijinin aku jemput kamu pakai mobil, jadi rambut kamu engga akan berantakan kayak gini," ujarnya pelan dengan wajah sedih. Aruna meringis samar, tangannya membenarkan sendiri rambut miliknya. "Engga apa-apa, aku bawa sisir kok. Jadi nanti tinggal nyisir sedikit juga rambut aku jadi bagus lagi kayak iklan shampo," selorohnya. Andika tertawa kecil, kini tangannya sudah berubah aksi menjadi merangkul bahu Aruna. "Kamu bisa aja, Sayang. Aku beruntung bisa punya pacar kayak kamu, engga cuma cantik, tapi juga pintar udah gitu lucu lagi," puji Andika. Sebisa mungkin Aruna memasang senyum paling manis sebagai balasan atas pujian yang diberikan oleh pacarnya itu. Andika adalah orang yang ramah dan terkenal dari keluarga yang santun dan berpendidikan tinggi. Namun kekurangan dari lelaki ini adalah, Andika sangat menyukai melakukan skinship bahkan di awal mereka pacaran. "Kalau begitu aku jemput kamu sehabis kelas ya! Kita jadi jalan ke mall kan? Kamu jadi mau nemenin aku beli kado buat adikku kan?" Oh! Aruna nyaris menepuk jidat karena kecerobohannya, hari ini adalah jadwal turnamen futsal Rona, namun dirinya justru membuat janji dengan Andika di waktu yang sama. "Oke deh, nanti pulang kuliah kamu ke kelas aku aja ya," ujar Aruna. Andika tersenyum lebar, pria itu kemudian mendekat dan hendak mencium Aruna saat tiba-tiba Aruna bergerak mundur dan berlari kecil sambil menghadap Andika. "Aku buru-buru! Sampai ketemu nanti ya!" serunya kencang. Kemudian Aruna berbalik badan dan berjalan cepat, menarik nafas lega karena berhasil lepas lagi dari yang satu itu. Aruna membiarkan Andika memegang tangannya, menggandengnya, merangkul pinggang, merangkul bahu, menyentuh rambut atau mengusapnya. Tapi satu hal yang Aruna hindari adalah, dia tidak ingin bibir Andika atau siapapun mendarat di bagian tubuhnya yang manapun. Karena yang boleh melakukan itu padanya tentu saja suaminya kelak. Atau jika memang terdesak, Aruna akan membiarkan Rona yang pertama kali melakukannya. Khusus untuk Rona, ia memberikan diskon. **

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook