"Sang Widi Wasa ...!” teriak Kadek Satya sambil meraba jok. “Astaghfirullah ...!” teriak Arifin tak kalah syok dengan temannya. Mereka melotot ke arah jok yang kosong. Sedangkan, Gayatri dalam posisi duduk dengan dua mata terpejam dengan kedua bibir komat-kamit baca mantra. “Sang ireng jeneng muksa pangreksan, sang ening meneng jati rasane, lakune ora katon, pangrasane manusia.” Terdengar bisikan di telinga Gayatri bersama terpaan angin. Aroma cendana membuai indera penciuman wanita berambut ikal ini. Seketika angan Gayatri hendak melayang, tetapi tersadar kembali oleh sinar hijau keemasan yang muncul dari organ intim. Mata batin Kadek Satya melihat hal tersebut, memicu keris yang bersemanyam dalam tubuhnya bersinar. Benda pusaka berukir beraura biru keemasan tampak lekat pada d**a Ka

