Bab 89 - Budi Pekerti Lebih Berharga Daripada Emas

2399 Words

“Pagi, Kek.” Vania menghampiri Wihesa yang tengah menulis kaligrafi di taman belakang. Silaunya cahaya mentari menerpa wajah Vania sehingga netranya menyipit. Wihesa hanya meliriknya sekilas, kemudian kembali menyibukkan dirinya dengan kegiatannya. Melihat reaksi dingin dari kakek mertuanya tersebut, Vania tahu jika pria tua itu telah terhasut dengan ucapan Nesya yang menjelek-jelekkan dirinya di belakang tadi. Meskipun Rasmi mengatakan bahwa Wihesa berpihak padanya, tetapi Vania tahu jika hal itu diperlihatkan hanya karena Wihesa tidak suka dengan sikap Nesya yang sengaja mengadu domba hubungan mereka. Vania merasa kakek mertuanya itu pastilah ikut meragukan dirinya. “Tulisan Kakek bagus banget,” puji Vania yang mencoba membuka pembicaraan di antara mereka. Meskipun ia tidak memahami

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD