Two

1233 Words
   Cahaya pagi menelisik masuk melalui tirai jendela sebuah kamar hotel bernuansa abu-abu itu. Geliat halus dari pemilik mata yang tertutup, menandakan jika ia mulai terjaga dalam tidurnya. Mata yang semula tertutup bergerak terbuka, dengan tubuh yang masih lemas untuk ia gerakan. Mata cantik itu kembali mengerjap, sebelum ingatan yang terjadi tadi malam membuat dirinya bangun seketika.             "Astaga, dimana gue?!" Kata Alana pada dirinya sendiri. Matanya kembali berputar, dan ternyata ia masih di tempat yang sama. Dan yang paling membuatnya bingung, bagaimana bisa tubuhnya sudah berpindah tempat dari sofa ke kasur besar ini. Dering ponsel milik Alana terdengar di atas nakas, dan secepat kilat Alana angkat.             "Akhirnya lo angkat juga, ALANA!!" teriak asistennya, membuat Alana menjauhkan ponsel dari telinganya. "Lo, sekarang dimana?!!" Alana menghela nafas panjang, "Nat, gue sepertinya…" "Raffi," Suara Alana tertelan dengan kedatangan wanita paruh baya yang tiba-tiba memasuki kamarnya, bukan tapi kamar pria asing yang tadi malam membantunya. Alana terdiam menghiraukan segala teriakan Natya di ujung sana, karena sekarang Alana seperti tertangkap basa sedang melakukan kesalahan di depan seorang ibu. "Kenapa, Ma?" Tanya seorang pria lagi yang juga memasuki kamarnya, pada wanita paruh baya yang tampak terkejut mendapati Alana yang masih diam terpaku di atas tempat tidur.  Tangan Alana lemas, dan tak menghiraukan teriakan Natya yang menanyakan dimana dirinya berada sekarang. Yang ada, jantung Alana sudah ketakutan setengah mati ditatap tajam oleh wanita di depannya ini. "Kamu, siapa?" suara tajam dari pria muda itu penuh ketidak sukaan mengarah pada Alana. Alana akan menjawab, ketika suara seseorang kembali terdengar. "Kamu sudah bangun?" Tanya Raffi, pria yang tanpa tahu jika sekarang sudah menjadi pusat perhatian. "Raffi!!" Suara keras wanita paruh baya itulah yang akhirnya menyadarkan Raffi, jika ada Mama dan adik lelakinya yang menatap murka padanya. "Mama?" "Cepat pakai baju, mu!" titah wanita paruh baya yang melihat putra sulungnya hanya berbalut handuk putih tanpa baju. "Lalu kamu, nona. Silahkan cuci muka, dan kita akan berbicara setelah ini!" Lanjut Mama Raffi, lalu meninggalkan dua manusia yang masih diam terkejut akibat peristiwa yang baru saja terjadi. "Sebaiknya kita harus cepat menyusul Mama saya." Setelah mengatakan itu, Raffi berbalik ke dalam kamar mandi. Disinilah mereka berempat, duduk di sebuah ruangan yang masih bertempat di hotel yang sama. Alana duduk dengan gusar, matanya tak henti-hentinya melirik pada Raffi yang tampak tenang dengan kopi hitamnya. Sedangkan Alana, sudah salah tingkah ditatap penuh penilaian oleh wanita paruh baya di depannya. "Kamu Alana model itu, kan?" pertanyaan yang langsung dilontarkan wanita paruh baya itu pada Alana. Raffi meletakkan cangkir kopinya, dan mulai mengamati, benar-benar mengamati wanita yang dikatakan oleh Mamanya tadi. Kepala Alana mengangguk membenarkan, "Iya, Tante." Dan barulah Raffi sadar, jika wanita yang tadi malam tertidur di sofanya itu adalah seorang model sekaligus selebritis ibu kota. Mama Raffi menghela nafas panjang, sebelum kembali berkata. "Lalu, kapan kalian akan menikah?" "Apa?" "Apa?" kata Raffi bersamaan dengan keterkejutan Alana. "Maksud Mama, apa?" lanjut Raffi tidak mengerti. Tiga lembar surat kabar Ibu kota, dilemparkan wanita paruh baya itu pada Raffi. Mata Raffi menyipit membaca judul dari surat kabar yang menyantumkan namanya dengan wanita di sampingnya. Alana Atmaja terlihat bersama dengan pemilik Hotel berbintang di Jakarta Raffi Soeteja. Judul itu mampu membuat jantung Alana berdetak tak karuan, apalagi ketika beberapa foto dimana Raffi sedang menariknya keluar dari lift tadi malam terpampang jelas di surat kabar tersebut. Raffi melipat surat kabar itu kasar, lalu meletakkannya di atas meja. "Mama tenang saja, itu hanya gosip murahan. Dan Raffi pastikan akan menghilang dua jam lagi." "Terlambat." Jawab Mama Raffi cepat. "Semua siara televisi, dan berita online sudah membenarkan hal itu. Jadi, sebelum nama kalian berdua tercemar, kalian akan menikah hari ini juga." Putus Mama Raffi sepihak, membuat Alana menggeleng tak percaya. "Tapi Tante, Ini semua tidak benar. Kami orang asing yang tidak saling mengenal." Sanggah Alana. Sungguh mimpi apa dirinya tadi malam hingga harus menikah dengan orang asing di sampingnya ini. Lagian, gossip murahan seperti ini bisa hilang dua atau tiga hari kemudian. "Tidak mengenal, tapi tidur di kamar hotel yang sama, Alana?!" Tangkis Mama Raffi, membuat Alana diam membisu. "Baiklah, kami akan menikah." Ucap Raffi. "Apa?" ucap Alana tak percaya. Raffi tidak memperhatikan keterkejutan Alana, matanya tetap tertuju pada Mamanya yang tersenyum penuh kemenangan. "Kami perlu bicara berdua, Ma. Raffi, duluan." Setelah mengatakan itu, Raffi menarik tangan Alana untuk mengikuti langkahnya keluar dari ruangan itu. Alana memberontak melepaskan genggaman tangan Raffi pada lengannya. Sungguh ia murka saat ini. "Apa maksud semua ini!!" kata Alana marah. Nafasnya naik turun, menandakan emosinya benar-benar tersulut karena pria kurang ajar di depannya ini. "Kita akan menikah." Ucap Raffi tenang, tidak peduli jika Alana terlihat ingin menamparnya saat ini juga. "TIDAK!! Aku tidak mau menikah dengan, mu!"   Alana menyugar rambutnya kasar, ''Aku harus melakukan konferensi pers sekarang juga, sebelum berita ini membesar menjadi gosip murahan.''   Seperti mendapatkan angin segar, Alana langsung bergerak  melewati Raffi yang tampak diam sejak tadi. Namun, tangan besar itu kembali menahannya. Membuat Alana menghentikan langkahnya, dan menatap Raffi tak suka. ''Terlambat, semua gosip itu mengarah ke fakta Alana Meisya Atmaja.''  Mata Alana melebar tak percaya, ''Kamu tahu siapa aku?'' Raffi tak menjawab, dan kembali bertanya. ''Jadi kamu menerima tawaran untuk menikah dengan saya?''  Alana kembali mendengus sebal mendengarnya. Menikah? Hell! Siapa sebenarnya pria ini, hingga berani mengajaknya menikah seperti menawarinya sebuah permen seratus rupiah.  Apakah Alana terlihat murahan, hingga dengan mudahnya pria asing ini mengajaknya menikah begitu saja. Apakah pria ini tidak tahu jika Alana mampu hidup sendiri tanpa bergantung pada orang tuanya yang juga terbilang kaya dengan nama Atmaja di belakangnya. Dan pria ini menawarinya menikah seenak jidatnya saja.  ''Kamu pikir, kamu siapa?'' Tanya Alana meremehkan. Tetapi senyumnya luntur tatkala pria itu menatap tajam tepat pada manik matanya. ''Raffi Soeteja, pasti kamu mengenalnya dengan baik.'' Mendengar nama itu disebut, barulah kesadaran siapa pria ini terkuak dalam benaknya. Jadi pria ini pemilik hotel yang ia tempati sekarang? Raffi Soeteja anak pengusaha perhotelan terkemuka itu. ''Kau, kau pemilik hotel ini? oh Ya Tuhan ini hotel mu?!!''  Alana baru teringat bahwa hotel ini adalah salah satu milik ST hotel. Berarti dalam kata lain, pria ini kaya dan bisa menyogok para wartawan itu untuk menghapus berita murahan itu, batin Alana. Senyum Alana terbit untuk pertama kalinya pagi ini. ''Kamu bisa menyuruh seseorang untuk menutup atau menghapus berita murahan itu. Atau kamu bisa menyuruh seseorang untuk membuat gosip murahan untuk mengalihkan berita ini.''  Kata Alana entah pikiran darimana itu. Tetapi yang terpenting sekarang, gosip itu harus hilang sebelum karirnya benar-benar hancur lebur. ''Terlambat.'' Jawab Raffi, Alana menatap bingung maksud pria itu. Lalu pria itu berdeham sebentar sebelum menjawab. ''Apakah kamu tidak dengar apa yang dikatakan Mama saya tadi, Alana? Jika berita itu tidak bisa hilang begitu saja, apalagi keluarga kami sudah mengonfrimasi tentang kebenaran berita tersebut. Dalam artian lain, kita akan menikah seperti apa yang dikatakan Mama saya tadi.'' ''APA?!'' teriak Alana tak percaya, pria itu hanya mengangguk tenang. ''Dan hari ini saya akan menemui kedua orang tuamu untuk lamaran resminya.'' Katanya kemudian. Alana masih syok dan tidak percaya dengan apa yang yang dia katakan. Amarah yang menyurut tadi kembali menguasai Alana. ''Aku tidak mau!'' tolak Alana keras, ''Aku tidak mau menikah denganmu!''  ''Kita akan menikah, kamu mau atau tidak kita akan tetap menikah! Jika tidak, bukan saja karirmu yang hancur. Tetapi, nama baik keluargamu juga ikut hancur!'' kata Raffi tak terbantahkan, dan berlalu pergi meninggalkan Alana yang akan kembali murka padanya. ''Menikah? Lelucon macam apa ini!!'' teriak wanita itu marah. Wajah cantiknya memerah menandakan dia benar-benar marah luar biasa. Langkah Raffi kembali terhenti, dan berbalik menatap Alana dengan aura dingin yang membuat hati Alana menciut seketika ''Kamu suka atau tidak, kita akan menikah!!'' Kata Raffi tegas penuh intimidasi andalannya. ''Sialan, gue gak mau b******k!'' ''Jaga ucapan kamu, Alana! Persiapkan dirimu, kita akan menikah hari ini juga!'' Kata Raffi tak terbantahkan, sebelum benar-benar pergi meninggalkan Alana yang terdiam membisu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD