Three

1927 Words
* * ''Saya nikahkan putri kandung saya Alana Meisya Atmaja binti Surya Atmaja dengan maskawin seperangkat alat sholat dan logam mulia dibayar TUNAI.'' ''Saya terima nikahnya Alana Meisya Atmaja binti Surya Atmaja dengan mas kawin tersebut dibayar TUNAI.''  Suara Papi Alana dan jawaban mantap dari Raffi, membuat rasa muak dan sesak menyelimuti d**a Alana. Ingin rasanya Alana berteriak dan membatalkan pernikahn ini, tetapi apa daya ketika orang tuanya setuju dengan ide gila pria Soeteja itu. Alana melirik Raffi yang tampak khidmat dalam mengamini doa yang dibacakan seorang paruh baya. Sedangkan dua keluarga besar, dari keluarga Soeteja dan Atmaja terlihat sama bahagianya dan itu terlihat jelas dengan senyum yang terbit menghiasi wajah mereka. Sedangkan Alana sendiri, jangan tanyakan apakah ia bahagia. Karena demi apapun Alana ingin menghilang saat ini juga. Pernikahan macam apa ini, tidak saling mengenal hingga membuat hati mereka dapat disatukan dalam pernikahan. Apalagi semua ini gara-gara gosip murahan yang entah bagaimana bisa membuat kedua orang tuanya dan Raffi sangat setuju untuk menikahkan mereka berdua, saat ini juga. Alana kembali menghela nafas panjang. Kepalanya menunduk, dan meringis pedih ketika melihat apa yang sedang ia gunakan sekarang. Tidak ada kebaya atau gaun putih impianya, yang ada hanya abaya putih yang entah bagaimana bisa diberikan Raffi begitu saja pada Alana. Sedangkan Raffi, pria itu menggunakan kemeja putih dengan celana bahan hitam jangan lupakan kopiah hitam yang membuat Alana bingung pria itu dapatkan dari mana. Yang jelas bagi Alana, pernikahan mereka seperti pernikahan diam-diam seperti seorang selingkuhan. Apakah seperti ini pernikahannya seumur hidupnya. Memikirkan itu, membuat Alana semakin menekuk wajahnya. ''Dicium dulu tangan suaminya, Mbak.'' Suara penghulu di depan mereka, menarik lamunan Alana.   Alana diam enggan mengikuti titah penghulu padanya. Biarkan saja ia dianggap kurang ajar di hari pertamanya menjadi seorang istri. Karena demi apapun, Alana tidak setuju dengan pernikahan ini. ''Ayo Lan, dicium dulu tangan Raffi.'' Itu suara Mami Alana, yang sekarang sudah berdiri di belakangnya dengan tangan yang memegang tangan Alana untuk menyambut tangan Raffi yang menggantung di depannya. Kepala Alana menggeleng kecil, seolah menegaskan ia tidak mau melakukannya. Tetapi tatapan tajam Raffi dan sebuah senyum keibuan dari Maminya, membuat tubuh Alana bergerak kaku untuk mencium tangan besar milik suaminya. Sebuah tanda jika ia sudah milik pria asing di depannya ini. Dengan sebagai sebuah simbol, bahwa bakti dan hidupnya sudah berpindah tangan pada pria yang tadi menyebut namanya dalam nama akad pernikahan. ''Alhamdulillah, makasih ya sayang.'' Seru Mama Raffi memeluk Alana penuh kasih sayang. Walaupun terpaksa, hati Alana menghangat menerima pelukan Mama mertuanya itu.  ''Yang sabar ya menghadapi anak sulung Mama itu.'' Bisik Mama Raffi lagi, sebelum melepaskan pelukannya dari Alana. Alana hanya mampu tersenyum palsu tanpa menjawab sebuah keinginan yang Alana sendiri tidak bisa untuk menepatinya. Arah pandang Alana mengarah pada Raffi, yang juga tersenyum dengan memeluk Papinya yang juga membisikkan sesuatu yang entah apa, tetapi mampu membuat Raffi mengangguk mantap penuh keyakinan. Alana tidak mau menebaknya, karena pikiran dan hatinya masih bingung dengan takdir yang baru saja terjadi dalam hidupnya. ''Baiklah, sepertinya kita harus melakukan konferensi press dulu.'' Ucapan Raffi itu kembali menyentak lamunan Alana. ''Tidak.'' Tolak Alana tegas. Sudah cukup dirinya dipaksa begini dan begitu. Sekarang yang Alana inginkan, hidupnya bisa kembali tenang seperti kemarin-kemarin. Semua keluarga menatap Alana bingung, apalagi Raffi yang sudah menghujam Alana dengan tatapan dingin andalanya. Tetapi untuk kali ini, Alana sudah tak terpengaruh. Yang ada ia semakin berani membalas tatapan suaminya. ''Alana ingin pernikahan ini tidak diketahui oleh pihak manapun.'' Kata Alana tanpa bantahan. ''Tapi Lan,'' Mami Alana menyela tidak setuju. Tetapi Alana tidak peduli dan kembali meneruskan ucapannya. ''Alana tidak ingin pernikahan ini menjadi sorotan dunia luar. Jadi Alana mohon, biarkan kami melakukan pernikahan ini dengan cara kami sendiri, tanpa adanya berita apapun yang akan menimbulkan pemberitaan yang tidak mengenakan.'' ''Tetapi akan sama saja, Alana. Berita pernikahan jika tidak diberitahukan akan menimbulkan gosip yang tidak baik.'' Papi Alana berbicara, seoalah tak setuju dengan pendapat putri satu-satunya itu. ''Betul apa kata Papimu, sayang. Kalian butuh resepsi pernikahan untuk memberitahukan pada semua orang jika kamu sekarang sudah menikah dengan Raffi.'' Tambah Mama Raffi membuat Alana frustasi. Tatapan Alana jatuh pada Raffi yang sejak tadi diam tanpa menanggapi. Untuk kali ini saja, tatapan Alana melembut seolah menyuruh sang suami untuk berada dipihaknya. Raffi menghela nafas panjang, ''Raffi rasa biarkan kami yang memutuskan, Ma. Lagipula, Raffi dan Alana juga perlu berdiskusi untuk pemberitaan yang menyangkut kami berdua.'' Kata Raffi tenang, membuat Alana mengangguk setuju. ''Tetapi bagaimana dengan resepsi, dan pemberitaan kalian yang sudah menikah, Raffi!'' geram Mama Raffi tidak setuju dengan keputusan sepihak putranya. "Nanti ya, Ma. Untuk seminggu ke depan, Raffi akan membawa Alana ke Bali untuk urusan bisnis." Kata Raffi, yang membuat Alana terkejut mendengarnya. ''Maksud, kamu?'' Tanya Alana tidak mengerti. ''Kamu akan ikut dengan saya ke Bali seminggu ke depan.'' Ucap Raffi tegas tanpa bisa dibantah lagi oleh Alana. ***             Raffi memasuki kamar hotelnya dengan tangan membuka jas hitam yang membuatnya gerah sejak tadi. Bagaimana tidak gerah, ketika dirinya baru saja mengawali usianya yang ke 33 tahun dengan menikahi wanita asing tanpa ia mengenalnya terlebih dahulu. Apalagi ketika Raffi mengetahui jika wanita itu seorang model, yang demi apapun bukan kategori wanita yang akan ia jadikan istri serta Ibu dari anak-anaknya.             Tapi, bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur, pernikahan sudah terjadi beberapa menit lalu. Dan sialnya Raffi sudah bersumpah kepada Ayah sang perempuan untuk menjadi suami yang tahu artinya bertanggung jawab pada Alana, yang namanya ia ucapkan atas nama pernikahan dengan Tuhan menjadi saksinya.             Raffi kembali menghela nafas panjang, mengeluarkan segala amarah dan gundah dalam dadanya. Mengingat semua ini bermula dari adik kandungnya, yang dengan bodohnya membawa Mamanya yang sudah merongrong meminta mantu padanya, berkunjung di kamar hotelnya tanpa melihat terlebih apa yang terjadi pada dirinya saat itu.             ''Huh, ingatkan gue untuk menghajar itu pria bodoh itu nanti.'' Gerutu Raffi dengan mengusap wajahnya lelah. ''Sepertinya kita perlu membuat sebuah perjanjian.'' Kata Alana tiba-tiba, yang membuat Raffi sedikit terkejut dengan kehadiran wanita yang saat ini sudah menyandang nama keluarganya itu. Alis hitam Raffi terangkat sebelah, seolah tidak mengerti maksud dari wanita berambut panjang di depannya ini. ''Perjanjian apa maksudmu, Alana?'' ''Perjanjian pernikahan, kotrak pernikahan tepatnya.'' Ujar Alana santai. Membuat tubuh Raffi langsung menegang, dengan tatapan yang berubah dingin. Alana menyerahkan dua lembar kertas putih yang berisi tulisannya, yang diambil langsung oleh Raffi. ''Kamu bisa menambahkan perjanjian yang kamu inginkan, tanpa menghapus pasal yang sudah aku buat.'' Raffi diam dan mulai membaca lembaran kertas yang sudah ditulis oleh istrinya, dengan judul kontrak pernikahan. Terdapat lima pasal yang dibuat oleh Alana, dengan batas waktu pernikahan selama enam bulan. Ck, wanita ini punya nyali juga ternyata, batin Raffi. ''Saya menolak!'' Kata Raffi dingin tanpa emosi. Tetapi dari tatapannya, Alana tahu jika pria di depannya itu sedang menahan emosi untuk tidak menerkamnya. ''Kenapa?'' Tanya Alana menyembunyikan nyalinya yang mulai menciut karena aura menakutkan suami seharinya itu. Alana mengangkat dagunya, siap menantang. Tetapi Raffi dengan santai, menyengkram kontrak di kertas putih itu, dan memasukkannya ke gelas yang berisi air putih lalu dibuangnya ke dalam tempat sampah. Alana tercengang, bagaimana bisa pria itu melakukan hal itu dengan santainya. ''Raffi!!'' Raffi menoleh, dan menghujam Alana dengan tatapan mematikan. ''Kamu tahu, Alana. Saya sudah membuat kotrak pernikahan saya dengan Tuhan. Jadi jika kamu tidak setuju, silahkan mengajukan protesmu pada Tuhanku.'' Alana diam membisu mendapat jawaban yang demi apapun Alana juga bingung untuk membalasnya. Tuhan, kenapa pria ini berbicara Tuhan dalam perjanjian ini.             ''Tapi, aku terpaksa menikah denganmu. Dan juga, ini bukan pernikahan yang aku inginkan!'' Alana masih keras kepala, dan tidak peduli jika Raffi sudah muak dengan sifat keras kepala istrinya ini. Raffi tidak menjawab, dan berjalan menuju pintu keluar. ''RAFFI!!'' teriak Alana kembali, membuat Raffi menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya menghadap Alana. ''Dengarkan baik-baik Alana Soeteja. Tidak ada kontrak dalam pernikahan ini. Dan jangan pernah berfikir untuk bercerai atau apapun itu. Karena sekali kamu masuk dalam hidup saya, saya tak akan melepaskan, kamu!'' Tegas Raffi tak terbantahkan. Biarkan jika Raffi dianggap egois atau apapun oleh wanita yang sekarang menatap penuh emosi padanya. Karena Raffi memiliki prinsip yang sejak dulu dipegang teguh oleh keluarganya. Yaitu, menikah hanya sekali seumur hidup dengan siapapun orangnya. Jadi, jangan harap jika Raffi akan melunak dan membiarkan wanita itu mempermainkan pernikahan ini. Melihat Alana yang diam saja, Raffi kembali melanjutkan. ''Persiapkan dirimu, kita akan berangkat ke Bali nanti malam.'' Lanjut Raffi, sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Alana. ''Dasar b******k!!'' ucap Alana, dengan air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya. *** Alana akhirnya pergi menuju kamar yang tadi malam ia dan Natya tempati. Terlihat Natya yang berjalan mondar-mandir  dengan ponsel di telinganya, dan ketika mendengar pintu kamar terbuka, wanita berkacamata itu langsung menghambur memeluk Alana. ''God, akhirnya lo kembali.'' Kata Natya setelah melepaskan pelukannya pada tubuh sahabatnya itu.  ''Lo, kemana aja sih. Sumpah gue bingung nyariin lo, apalagi ponsel lo mati lagi.'' Lanjut Natya. ''Jangan tanya dulu, gue lagi bingung'' Kata Alana sebal, wajahnya tampak frustasi. Natya mengangguk mengerti, karena gosip murahan itu benar-benar membuat Natya yang bekerja sebagai manager Alana saja frustasi, apalagi Alana sebagai pihak tersangka. ''Tapi, lo baik-baik aja kan, Lan?'' ''No, lo pasti tahu dengan berita bohongan itu kan?'' Natya mengangguk, karena ia pun terkejut luar biasa jika artisnya ini yang tadi malam masih memiliki status single, beberapa jam kemudian diberitakan memiliki hubungan gelap dengan pengusaha hotel berbintang. ''Iya juga sih, dan sepertinya hampir semua gosip di tv menayangkan itu deh, Lan. Gue gak bisa klarifikasi berita itu, karena lo belum cerita ke  gue. Jadi ya gitu, gue diem aja tapi kalau emang itu gak bener kita buat konferensi press aja gimana?'' usul Natya membuat pundak Alana merosot seketika. Kakinya ia tekuk dan kepalanya ia benamkan diantara lututnya. ''Gue udah nikah, Nat.'' Lirih Alana yang masih didengar jelas oleh Natya. Natya tertawa mendengar lelucon artisnya itu. ''Kalo bercanda bagusin dikit dong, Lan. Okey jika lo pacaran sama dia, gue bisa membenarkan berita itu.'' ''Gue udah nikah, jadi istri dari pria b******k itu pagi tadi!!'' Jelas Alana berurai air mata sambil menatap Natya yang terlihat syok luar biasa. ''Apaa?!!'' Alana menghela nafas berat, ''Iya karena kecerobohan dan kesialan gue tadi malam, gue harus dinikahkan paksa tadi pagi. Ya Tuhan, ini seperti mimpi buruk buat gue, Natya.'' Kata Alana mengerang frustasi sambil mengacak rambut panjangnya menjadi tak beraturan. ''Bagaimana, bisa? Oh, jangan bilang lo gak bisa pulang tadi malem karena kejebak wartawan bersama tu pengusaha.'' Kata Natya dan Alana mengangguki jika itu benar. Natya menepuk jidatnya, ''Ya ampun, tapi lo bisa klarifikasi atau nelfon gue jika berita itu gak bener, bukan malah nikahin pria itu, Alana!!'' ''Gue terjebak di kamar hotel dan paginya ya gitu gue dan dia tertangkap Mamanya tidur seranjang. Gue gak tahu bagaimana bisa, tetapi karena itu gue langsung dinikahin oleh nyokapnya pagi tadi.'' Cerita Alana sebal bukan main jika mengingat peristiwa terkelam dalam hidupnya. ''Dan Lo tahu, Nat. Gue berusaha menolak, tetapi sialnya orang tua dia kolega orang tua gue. Ya udah gue terpaksa dinikahin saat itu juga. Kebayang gak sih lo, gue kayak dinikahkan siri diam-diam dari istri pertama.'' Rancau Alana dan membuat Natya yang tadinya tegang mendengar cerita ajaib Alana, menjadi terkikik geli. ''Hahaha.'' Tawa Natya meledak membuat Alana semakin mengerucut sebal. ''Diem gak! nyebelin banget sih, gue kesusahan malah ketawa!'' dumel Alana. ''Iya, lo ngomong dinikahin akibat selingkuh dari istri pertama, kayag sinetron lo aja, Lan.'' Ujar Natya masih terkekeh geli, membuat Alana melemparkan bantal kearah Natya. ''Udah ah, lo pokoknya tunda semua jadwal gue seminggu kedepan. Gue mau cuti seminggu, sumpek gue.'' Kata Alana, membuat Natya menghentikan tawanya dan menatap wajah Alana penuh curiga. ''Lo mau bulan madu?'' goda Natya.  Natya kampret!! "Lo pingin gue pecat!!" Natya menggeleng dengan tangan memeluk pundak Alana. "Jangan dipecat dong, La. Gue kan masih butuh duwit dari lo buat belanja-belanja. Lagian wajar dong, habis nikah bulan madu." ''Udah ah, sana pergi gue mau tidur! Pokoknya seminggu ini gue cuti!!'' usir Alana pada Natya yang sudah tertawa menggelegar meninggalkannya sendiri. Bulan madu?? Hello bukan bulan madu, tapi kabur dari pria b******k itu sepertinya lebih bagus!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD