Four

1463 Words
* * Ternyata berita kedekatan Alana dengan Raffi Soeteja benar-benar seperti hujan air dari langit hingga membanjiri semua akses media sosial artis cantik itu. Dan parahnya berita pernikahan tadi pagi, sudah tersebar luas. Betapa teknologi sekarang secepat kecepatan cahaya dalam mengirim informasi. Alana masih saja memutar berita online yang ada pada ponsel pintarnya. Ah malangnya nasibmu Alana, ganteng sih, tetapi jika dingin begini siapa yang akan suka. Apalagi tadi dengan seenak jidatnya, pria itu menyeret Alana begitu saja ke Bandara. ''Pasang sabuk pengamanmu.'' Kata pria yang sedari tadi menjadi fokus perhatian Alana. Dan ternyata yang menjadi objek tak merasa sedikitpun. Alana masih diam saja tanpa melakukan perintahnya, membuat pria itu menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Bukannya terusik, Alana semakin menatap berani pada wajah dingin yang sekarang balik menatap tajam iris matanya. ''Kamu terlalu berani untuk membantah saya, Alana.'' Kata Raffi dengan tangan melewati perut Alana yang sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan suaminya itu. Sret Dan terpasanglah sabuk pengamannya dengan baik, membuat Alana sedikit menahan nafas kala tangan pria itu sedikit menyentuh perutnya yang tertutup blouse putihnya. ''Beraninya, kamu!'' desis Alana tajam pada pria yang masih berada di depannya itu. Senyum sinis tercetak jelas di wajah tampannya, dan tanpa diduga Raffi mendekat kesamping telinga Alana yang menegang di tempat. ''Saya suami kamu sekarang, itu faktanya. Jadi jangan terlalu keras kepala untuk menyangkalnya, Alana Soeteja.'' Bisiknya tajam, membuat Alana melotot marah padanya. Wanita itu mencoba mendorong tubuh Raffi yang masih menghimpit tubuhnya di atas kursi pesawat. ''Kamu memaksa ku b******k!'' umpat Alana kesal. ''Tapi sekarang kau adalah istriku sekarang Alana, istri dari seorang Raffi Soeteja. Ingat itu baik-baik.'' Desis Raffi tak kalah tajam. Membuat Alana memberontak tidak terima, dan mengumpat kembali. ''Minggir breng..'' Cup ''b******k!!! beraninya kamu mencium aku!!'' Alana memukul d**a Raffi keras dan akan kembali mengumpat ketika bibir itu sudah berkata kembali ''Jaga ucapanmu Lan, karena saya adalah suamimu sekarang!'' Katanya dingin, sedingin hati Alana yang mendengarnya. ''Aku membencimu.'' *** Hampir satu jam penerbangan dari Jakarta-Bali, sekarang Alana dan Raffi sudah di dalam mobil yang akan mengantarkannya menuju villa milik pria keturunan Soeteja itu. Sudah pukul 12 malam, dan Alana sudah lelah luar biasa. Dan hal itu tampak jelas pada wajah cantiknya. Berbeda dengan Raffi yang sejak tadi masih diam dengan ipad putihnya, tidak terlihat kelelahan sedikitpun. Yang ada, pria itu terlihat semakin serius memandangi layar datar itu. ''Apakah masih lama?'' akhirnya Alana meng-eluarkan suaranya setelah perkataan bencinya pada suaminya tadi. Raffi melirik Alana sejenak, dan kembali pada layar datar itu kembali. ''Sepuluh menit lagi, kita akan sampai.'' Jawab Raffi singkat, membuat Alana ingin mencakar wajah dingin itu sekarang juga. Dan benar seperti yang dikatakan Raffi tadi, sepuluh menit kemudian mereka sampai di sebuah villa yang berada di daerah Nusa Dua yang letaknya di kaki bukit batu kapur, dan jika kita melihat ke bawah terdapat pantai Pandawa yang terkenal itu.  Ternyata suaminya itu kaya juga, batin Alana setelah melihat betapa besar dan bagusnya villa milik Raffi. Bukan bangunan yang terbuat dari tembok bata, tetapi bangunan serba kayu yang bewarna coklat dan terlihat sangat nyaman dan hangat. Apalagi villa ini menghadap langsung ke arah pantai yang mungkin bewarna biru pada siang harinya. Mungkin besok pagi dirinya akan mengelilingi villa ini, batin Alana. ''Ayo, masuk.'' Kata Raffi yang sudah menggeret kopernya berjalan mendekati Alana yang masih menikmati udara segar yang jarang ia dapatkan ketika tinggal di Jakarta. Raffi sudah berada di depan Alana dan memandang wajahnya, hingga membuat Alana tersadar sendiri. Alana melengos dan melihat ke belakang tetapi supir yang mengantarkan dirinya dan Raffi tadi, sudah tak ada dan hanya meninggalkan mobil dan mereka berdua saja. ''Hanya kita berdua?'' Raffi mengangguk mendengar pertanyaan Alana. lalu tangan besarnya sudah menggandeng tangan Alana, tanpa persetujuan wanita itu terlebih dahulu. ''Jangan dilepas.'' Ujar Raffi dingin, ketika Alana mencoba melepaskan genggaman tangannya. ''Tapi,'' ''Kau istriku sekarang Lan, apapun yang akan saya lakukan itu wajar. Jadi jangan membantah dan melakukan tindakan yang membuat saya marah pada kamu.'' Lanjutnya, yang membuat Alana akhirnya diam menurut. Walaupun hatinya menolak, tetapi  bagaimana pun dia sekarang adalah istri dari Raffi Soeteja. Raffi masih menggandeng tangan Alana memasuki villa yang ternyata sangat indah seperti bayangannya. Sederhana sih, hanya sofa hitam yang melingkar di depan tv dengan hiasan perapian di bagian ujung ruangan. Ada dapur kecil beserta kitchen landnya, dan yang membuat Alana terpukau adalah pemandangan di teras yang seperti balkon, mengarah langsung di gelapnya lautan. Raffi benar-benar pitar dalam memilih tempat ini untuk dijadikan villa pribadi. Mengandalkan indahnya laut selatan dan bukit kapur, membuat villa ini terlihat sangat indah. Karena sungguh, Alana langsung jatuh cinta dengan tempat ini. Rasa lelah dan amarah yang sejak tadi bergelung di dadanya, langsung hilang entah kemana. ''Kamar kita di atas, dan itu dapurnya.'' Kata Raffi menunjuk kamar di sebelah tangga dan dapur kecil yang berada di samping Alana. Kepala Alana menoleh, dan mengangguk paham dengan penjelasan suaminya. ''Dan jika kau tak keberatan bisa buatkan saya segelas kopi?'' Kata Raffi dengan tangan menggosok lehernya kaku. ''Minum kopi di malam hari?'' Tanya Alana heran, yang dijawab anggukan oleh Raffi. Hampir jam satu dini hari dan pria ini mau minum kopi? ''Saya mau mandi terlebih dahulu, tak apa kan?'' Kata Raffi kemudian, dan sekarang pria itu tidak bicara sedatar tadi. Walaupun dengan raut yang sama masih dingin.  Ah pria ini, menolakpun percuma jadi tak apalah membuatkan segelas s**u untuknya bukan kopi seperti yang dia inginkan, batin Alana. ''Baiklah, kamu mau makan?'' ''Kau bisa memasak?'' tanya Raffi kembali tanpa menjawab pertanyaan Alana. Membuat wanita itu mendengus seketika. Niatnya berbasa-basi malah ditanggapi serius dengan suaminya ini. ''Menurut, anda?'' Alana memutar matanya malas. ''Baiklah kau bisa membuatkan makanan apapun yang cepat, karena saya cukup lapar malam ini.'' Setelah mengatakan itu, Raffi sudah berbalik dengan menggeret koper meninggalkan Alana sendiri.   Dengan terpaksa dengan tubuh cukup lelah, Alana melangkah menuju dapur guna membuat apapun yang bisa ia buat dengan cepat sekarang. Tak tega juga melihat pria itu kelaparan dengan wajahnya yang tampak kelelahan. Alana membuka kulkas dan ternyata di dalamnya penuh dengan segala jenis makanan, dari sayuran, sosis, telur, daging dan segala snack yang mungkin memang disediakan oleh orang suruhan suaminya itu. ''Baiklah omelette saja sepertinya.'' Gumam Alana pada dirinya sendiri. Wanita itu mulai menggulung rambut panjangnya dan menggulung lengan blouse putihnya hingga kesiku. Dan mulailah Alana menggunakan tangan lincahnya memotong, mengaduk dan  mengolah bahan yang ia keluarkan dari kulkas menjadi sebuah makan malam untuk suaminya. Jangan kira wanita dengan jam terbang tinggi seperti Alana tak bisa memasak. Dan jangan salahkan karena dia termasuk golongan wanita idaman para mertua karena kelincahan tangannya mengolah masakan dengan rasa luar biasa lezat. ''Dimana kopi, saya?'' suara pria mengagetkan Alana dari belakang. Wanita itu menoleh dan mendapati wajah segar suaminya dengan kaos putih polos dengan boxer hitamnya. Berbeda sekali dengan dirinya yang saat ini pasti sudah terlihat kucel dengan bau khas seorang ibu rumah tangga. Alana berbalik dang mengambil segelas s**u cokelat yang sudah ia siapkan untuk suaminya itu. ''s**u?'' ujar Raffi kembali setelah Alana meletakkan segelas s**u cokelat cair yang ditemukannya di dalam kulkas yang sudah dihangatkan terlebih dahulu. ''Yup, tidak ada kopi di malam hari. Dan sebagai gantinya s**u ini saja.'' Jawab Alana, santai tanpa mengindahkan geraman tertahan dari suaminya. ''Tapi saya tidak suka s**u, Alana. Jadi buatkan saya kopi saja.'' Kata Raffi sambil mendorong gelas itu kembali pada Alana, tapi yang ada Alana  menyodorkan sepiring omelette kepada Raffi. ''Tidak ada di kopi di malam hari Tuan, jadi minum air putih saja jika memang kau tak ingin meminum susunya.'' Ujar Alana sabar, tetapi dalam hati dongkol setengah mati. Bagaimana tidak, dia sudah berniat baik membuatkan s**u. Namun ternyata suaminya itu tak mau meminumnya. Raffi mengangguk saja lalu memulai memotong omelette itu dan memasukannya ke dalam mulutnya. Alana masih menunggu reaksi apakah yang akan ia dapat ketika pria yang berstatus suaminya itu perdana memakan masakannya. Wajah Raffi masih datar dengan bibir yang mengunyah pelan seakan ahli dalam menilai masakan. ''Enak.'' Akhirnya setelah dua menit menunggu Raffi menelan makanannya dengan komentar yang baik. Senyum Alana terbit tatkala pujian tentang masakannya kembali terdengar di telingannya. Apalagi yang memuji pria yang masih membuat hatinya dongkol setengah mati seharian ini. ''Baguslah, nikmati makan malam mu." Kata Alana tulus dan meminum s**u cokelat yang tadi ditolak oleh Raffi. ''Kau mau kemana?'' kata Raffi ketika melihat istrinya yang beranjak pergi meninggalkan meja makan. ''Ke kamar, oh iya dimana kamar ku?'' ''Kamar utama.'' ''Kamar utama?'' tanya Alana memastikan, dan Raffi mengangguk kecil dengan masih sibuk menikmati  makanannya yang tinggal setengah. ''Iya kamar kita berdua, jangan pernah berfikir jika kita akan pisah ranjang di usia pernikahan kita yang masih sehari ini.'' Kata Raffi panjang lebar, membuat Alana menghadap penuh dan siap menantang kembali pada suaminya itu. ''Apakah kamu berniat menjadikan pernikahan ini menjadi pernikahan sungguhan, Raffi?'' Tanya Alana tak percaya. Raffi telah menyelesaikan makan malamnya dengan menghapus jejak sisa makanan di mulutnya dengan serbet bersih di samping piringnya. ''Saya sudah mengatakan tadi, jadi belajarlah menerima saya sebagai suamimu. Karena saya akan menerimamu menjadi istri saya.'' Katanya lalu meninggalkan Alana yang masih diam terpaku mendengar ucapan Raffi diluar kemauan hatinya. Menjadi istri sungguhan dari pria seperti dia?? Pernikahan sungguhan, jangan bilang jika dia harus menyerahkan seluruh hidup dan tubuhnya untuk lelaki yang sekarang berstatus suaminya itu. OH My God!! 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD