Part 3

1177 Words
Sesampainya di taman komplek, Nayla mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Ia tersenyum saat melihat keberadaan seorang laki-laki yang dikenalnya tengah duduk di salah satu bangku taman. “Kevin!” Laki-laki bernama Kevin itu pun menoleh saat ada yang memanggil namanya. “Nayla,” gumamnya. Nayla pun berlari kecil menghampiri Kevin. “Hai, Vin,” sapa Nayla sambil tersenyum. “Hai,” balas Kevin dengan malas. “Lagi ngapain, Vin?” tanya Nayla basa-basi. “Lo ‘kan punya mata, liat gue lagi ngapain!” Pertanyaan Nayla dijawab ketus oleh Kevin. Nayla cemberut mendengar jawaban Kevin. Sebenarnya bukan kali pertama Kevin bersikap ketus seperti itu, tetapi Nayla tidak pernah peduli. Karena Nayla menyukai Kevin sejak pertama kali ia masuk SMA. Sudah beberapa kali Nayla menyatakan perasaannya kepada Kevin, namun sangat disayangkan Kevin selalu menolak pernyataan cintanya. Berkali-kali ditolak oleh Kevin tidak membuat Nayla menyerah begitu saja, justru dia semakin gencar mendekati Kevin dan berusaha mengambil hatinya. Tiba-tiba ponsel milik Kevin berbunyi sangat nyaring, memecahkan keheningan di antara mereka berdua. “Halo?” “.....” “Apa?! Kenapa Kakak baru memberitahuku sekarang!” omel Kevin. “.....” “Oke Kak, sekarang aku ke sana.” Pip Kevin menoleh ke arah Nayla. “Nay, gue pulang dulu ya, bye.” Kevin berpamitan kepada Nayla. “Bye,” balas Nayla sembari melambaikan tangannya. Terlihat sangat jelas sekali, jika Kevin sangat bersemangat sekali setelah menerima panggilan dari kakaknya. Dan itu semua membuat Nayla penasaran, apa yang menjadi penyebab Kevin bersemangat seperti itu. **** Kevin yang sudah sampai di rumah megah keluarga Lee pun mengomeli kakaknya yang telat memberikan informasi kepadanya mengenai kepulangan Aeri. “Kakak kenapa baru memberitahuku sekarang—” “Sudah jangan banyak bicara, lebih baik sekarang kita masuk ke dalam,” pangkas Kayla sambil menarik lengan adiknya. “Aduh, pelan-pelan, Kak.” Reyhan menoleh saat mendengar keributan yang ditimbulkan oleh Kayla dan Kevin. “Kalian sudah sampai? Ayo duduk sini.” Reyhan menepuk sofa di sampingnya. Kayla dan Kevin pun menghampiri Reyhan, tak lupa mereka mencium tangan Reyhan. “Kenapa, Vin?” Reyhan memperhatikan Kevin yang sejak tadi menekuk wajahnya. “Enggak apa-apa, Grandpa,” jawab Kevin sambil memperlihatkan senyum paksanya. Tak lama kemudian muncul Irena dari arah dapur. “Ternyata kalian sudah sampai. Ayo, yang lainnya sudah menunggu di meja makan.” “Ayo Aunty, cacing-cacing di perutku sudah demo minta diisi,” ujar Kevin sambil mengelus perutnya. “Jaga sikapmu, Vin!” omel Kayla. “Awss... sakit, Kak,” ucap Kevin mengelus lengannya yang barusan dicubit oleh kakaknya. “Astaga, kalian ini. Kay, kenapa kamu masih sungkan sama kami. Kalian ‘kan sudah kuanggap sebagai anak dan cucuku,” ujar Reyhan. Memang benar apa yang dikatakan oleh Reyhan, dia sudah menganggap Kayla sebagai putrinya dan Kevin sudah dia anggap sebagai cucunya karena usia Kevin dan Aeri tidak berbeda jauh. “Maaf, Pa,” jawab Kayla sambil menundukkan kepalanya. “Kevin!” Mereka pun menoleh dan mendapati Aeri yang tengah berdiri di atas tangga. “Aeri...” lirih Kevin. Pandangan keduanya saling bertemu. Ada rasa rindu yang terpancar dari kedua netra mereka. Aeri pun dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga. “Hati-hati, Ri! Nanti kamu jatuh!” Reyhan memperingati cucunya. Setelah sampai di bawah, Aeri langsung memeluk erat tubuh kekar Kevin. “Le-lepaskan, Ri,” ucap Kevin terbata-bata. Aeri pun melepaskan pelukannya. “Kevin enggak rindu ya, sama Aeri,” ujar Aeri yang kini matanya sudah berkaca-kaca. “Bukan begitu maksudku, Ri. Barusan pelukanmu sangat erat dan membuatku terasa sesak,” jelas Kevin yang sudah panik saat melihat mata Aeri berkaca-kaca. “Benarkah? Kevin enggak bohong ‘kan?” Kevin menganggukkan kepalanya. Aeri tersenyum, lalu ia kembali memeluk Kevin. Kayla, Reyhan, dan Irena pun tersenyum melihat interaksi manis keduanya. “Ekhemm ...” Reyhan berdeham. Sepertinya setelah ini ia harus membicarakan kepada Hana dan Kayla mengenai perjodohan mereka. Aeri dan Kevin pun melepaskan pelukannya. Keduanya terlihat salah tingkah. “Ayo, kasihan yang lainnya sudah menunggu di ruang makan,” ujar Reyhan. Mereka pun pergi ke ruang makan. Aeri dan Kevin saling merangkul. Keduanya tidak melunturkan senyumannya. Mereka makan malam dengan tenang, dan sesekali mereka mengobrol untuk memecahkan keheningan di ruang makan tersebut. “Kay, nanti kamu kamar Kakak, ya,” bisik Hana yang dibalas anggukkan kepala oleh Kayla. “Ri, Senin besok kamu sudah bisa masuk sekolah. Grandpa sudah mendaftarkan kamu ke WGS.” Aeri menoleh ke arah Reyhan. “Bukannya itu sekolah milik Daddy?” “Iya, sekolah itu milik Sean. Grandpa sengaja mendaftarkanmu ke sana agar ada yang memantaumu,” jawab Reyhan. Aeri menatap kesal ke arah Reyhan, tidak di LA atau di Indonesia kehidupannya selalu dipantau. Ia kesal karena jika ia dipantau, ia tidak bisa bebas melakukan apa pun. “Aku bukan anak kecil yang harus dipantau Grandpa!” “Siapa yang bilang kamu anak kecil? Grandpa ‘kan tidak menyebutmu anak kecil.” Reyhan malah menggoda cucunya. Semua yang ada di sana pun tersenyum melihat Aeri yang cemberut gara-gara ulah Reyhan. **** Setelah acara makan malam selesai, mereka pun menjalani aktivitas mereka masing-masing. Ada yang menonton TV di ruang keluarga seperti apa yang dilakukan oleh Juna dan Irena. Ada pula yang mengobrol di taman belakang, seperti Aeri dan Kevin. Ada juga yang masuk ke kamarnya masing-masing seperti Mitha dan Reyhan. “Kay, bagaimana kabar mereka?” tanya Hana. Sekarang mereka ada di kamar Hana. “Sejauh ini mereka baik-baik saja. Bu Rita masih terus berusaha memisahkan mereka,” jawab Kayla. Hana menyuruh Kayla untuk memata-matai keluarga mantan suaminya, kurang lebih sudah tujuh tahun Hana memberikan tugas itu kepada Kayla. “Ternyata mami Rita masih belum menyerah. Lalu bagaimana dengan saham kita di PCY Group?” Hana beralih menanyakan masalah sahamnya di PCY Group—perusahaan yang saat ini tengah dipimpin oleh Chandra—mantan suaminya. “Saham kita di PCY Group 35%. Aku berhasil membeli 9% saham dari pak Tanto minggu lalu. Sisanya milik pak Haris dan pak Chandra. Jadi saham kita paling besar di PCY Group,” jelas Kayla. “Bagus, Kay. Lalu bagaimana dengan wanita itu? Apakah dia masih berhubungan dengan Alvian?” tanya Hana. “Iya. Wanita itu masih berhubungan dengan pak Alvian,” jawab Kayla. Hana berdecih. “Dasar tidak tahu diuntung!” Kembalinya Hana ke Jakarta bukan semata-mata karena menggantikan jabatan ayahnya di Solera Group. Alasan kuat Hana kembali ke Jakarta tentu saja untuk membalaskan dendamnya kepada Chandra dan juga Jihan. Hana masih tidak terima hidup mereka bahagia setelah apa yang mereka perbuat pada dirinya dan juga putrinya. Bahkan sampai saat ini Hana masih merasa sakit hati kepada Chandra, karena lebih memilih wanita itu dibandingkan dirinya yang sudah menemani Chandra kurang lebih lima belas tahun lamanya, terhitung sejak mereka masih mengenyam pendidikan di menengah atas. Dan setelah perceraiannya dengan Chandra, ia sempat mengalami depresi dan juga Aeri mengalami trauma. Untung saja ia bertemu dengan Sean di LA, depresinya pun mulai sembuh dan hidupnya kembali dengan normal seperti sedia kala. Namun tetap saja, ia bersumpah akan membuat hidup Chandra dan Jihan menderita seperti apa yang mereka perbuat pada dirinya dan juga putrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD