PART 1

988 Words
Swan Albano Malam ini seperti biasa, aku melangkahkan kaki menuju tempat ternyaman yang hampir lima tahun ini memberiku kemewahan. Tak banyak yang bisa aku lakukan dalam hal bergaya, karena pada dasarnya aku tidak bisa terlalu berlebihan dalam menghias diri. Sapaan demi sapaan aku lewatkan dengan tampang biasa saja, ketika para wanita polos itu meneriaki namaku. Bagiku itu semua sudah terlalu biasa, karena pada dasarnya kami tak jauh berbeda. Mereka menjual mulut bagian bawahnya pada p****************g yang mampir ke bar ini, sedangkan aku? Tentu saja kedua bibirku inilah yang selalu kugunakan untuk menikmati hidup. Aku menikmati setiap lelehan lendir hangat dari para wanita maniak seks dan hanya dengan mendengar lengkuhan mereka, tingkat kepuasan tertinggi dalam diriku pun terbalaskan begitu saja, tanpa perlu mereka membantuku meluapkan gejolak di bagian bawah tubuhku yang mengeras. Aku hanya perlu membuka seluruh kain yang melekat di tubuhku, membuka layar lima belas inci yang kubeli atas kerja kerasku mengolah lendir dan kesepuluh jari jemari kesayanganku ini, sudah cukup membawaku melayang melintasi berbagai fatamorgana. Apa kau merasa aneh? Tentu saja selama ini aku pun demikian. Tak pernah sedikitpun aku berhenti memainkan batang coklatku, terlebih ketika aku selesai bekerja, karena memang hal tersebut sangat sukar untuk kuhentikan. Sayangnya tiga hari lalu semua intuisiku tentang wanita benar-benar salah sasaran, ketika pergolakan batin sedang menguasai diriku. Bagaimana tidak? Di saat semua wanita itu sibuk histeris menikmati sentuhan lidahku? Dia bahkan tak sedikitpun bersuara di sana. Entah ia manusia atau sejenis monster dari negara api. Aku bahkan mengira dia adalah seorang wanita bisu, jadi aku pun terus saja memainkan lidah dan bibirku dengan maksud agar ia cepat mencapai pelepasannya. Akan tetapi aku merasa begitu ceroboh saat itu, sampai-sampai ia berhasil membalikkan keadaan di antara kedua tanganku yang sedang terborgol. Ia mengendalikan kejantananaku, "s**t!" Aku begitu bergelora meraih pelepasanku saat ia bergoyang di atas tubuhku dan, "Arghhh..." hal tersebut benar-benar tidak dapat ditolerir lagi. "b******k! Jangan menghalangi jalanku, Bicth!" ujarku mendorong seorang wanita jalang di depanku.  Akan tetapi wanita itu berbalik dan meneriakiku, "Hei, di mana matamu? Aku bukan b***h sepertimu, Gigolo b******k! Belum lima menit saja sudah keluar. Cih! Dasar menjijikan! Menyingkirlah! Aku muak melihat wajahmu!" Dan aku sungguh terkejut dengan kata-katanya. Isi kepalaku cepat berpikir mengenai apa yang sejak tadi terlintas di benakku, "What? Apa katanya? Be..lum lima me..nit? Dari mana dia mengetahui peristiwa malam itu? b******k! Dia--" "Mau kemana, Darling? Aku sudah membookingmu, hemmm..." Namun kalimatku terhenti, akibat seorang wanita maniak seks yang kukenal dengan nama Bilbina Smith itu kini sudah berada tepat di depanku dan aku yakin, ia pasti sudah tak bisa menahan hasratnya. Bilbina bahkan menyuruh dua orang bodyguardnya mendekat ke arahku, jadi aku lebih memilih untuk mengangkat tanganku, agar tubuhku tidak terkena pukulan dari kedua lelaki ini. "Oh, sial! Perempuan gila! Kenapa dia harus datang sekarang? Bagaimana ini?" Batinku kebingungan melihat ke arah Bilbina yang tersenyum sinis, "Perempuan itu? Ya, dia pasti wanita yang malam itu menyetubuhiku! Aku harus mengejarnya. Harus!" Lalu kembali berkata-kata. "Bawa dia, tunggu apalagi?!" Bilbina berlalu dariku lebih dulu setelah memerintah. Benar saja, kini dua pria kekar ini tengah mengiringku masuk ke dalam kamar dan tentunya aku sudah kehilangan jejak perempuan itu lagi. Oh, my God! Aku tahu aku tak pernah meminta apapun darimu, tapi tak bisakah sekali ini saja aku terlepas dari jeratan Bilbina?! Bukankah di luar sana masih banyak pria yang lebih liar dariku? Mengapa harus aku? PLAK "Apa yang kau pikirkan, Bodoh?! Cepat puaskan aku!" teriak Bilbina mulai melucuti satu demi satu pakaiannya. "Yes, Mom." Maka pasrah dengan keadaan adalah pilihanku yang tepat menurutku. Mau tak mau aku pun harus melakukan apa yang Bilbina perintahkan, karena ia adalah pemilik dari bar tempatku bekerja. Suami brengseknya itulah yang telah membawaku kemari, hingga aku begitu menikmati hidupku di tempat ini, dan kini aku juga yang harus menuntaskan hasrat seksualnya. Sebenarnya aku tak keberatan jika Bilbina memintaku terus melayaninya hingga wajahku harus bermandikan lelehan lendir hangatnya. Hanya saja malam ini, tak bisakah aku pergi sebentar saja? "Swan, ayo berbaring! Apa kau ingin Berto dan Jack kembali menghajarmu?" Bilbina menegurku dengan begitu berapi-api. Seperti seekor anjing kecil, aku mengangguk dan menyanggupinya, "Baik, Mam!" Sepersekian detik kemudian wajahku pun sudah dihimpit oleh dua paha gempal milik Bilbina Smith dan sedetik kemudian, "Ough, Swannn...! Terus, Swannn...! Terus mainkan lidahmu ituuu..." Bilbina sudah menggila hingga kesepuluh jari jemarinya pun sibuk menyugarkan rambutku secara kasar, tak terkendali. Sedangkan aku? Tentu saja aku akan tetap melakukan tugasku agar ia secepatnya mendapatkan pelepasan dan pergi meninggalkanku. Pikiranku terbagi pada kejadian di mana kejantananku dilumat habis oleh mulut maut perempuan itu dan tak dapat dipungkiri, aku kembali ingin bercinta dengan mulut dan lidahnya. "Swannn... Ough, yesss...! Faster, Baby!  Faster! I wanna-- Ough, yeachhh...!" pekik nikmat Bilbina, merusak berbagai khayalan manisku. Akan tetapi aku cukup menikmati ketika harus menghisap habis lendir hangatnya itu sekali lagi dengan harapan setelah ini wanita sialan itu akan berhenti bergerak, namun sialnya hal tersebut tak kunjung aku dapatkan, "Swan, lagiii... Swan, oughhh... Aku ingin lidahmu bergerak sekali la-- Achhh..." "f**k! Ukhuk ukhukkk...!" Karena ternyata nyonya sialan ini terus saja bergoyang di wajahku dan memaksa hingga aku tersedak lendir hangatnya. Seperti seolah tak peduli denganku yang sangat kesulitan bernapas, Bilbina terus saja bergerak kesetanan. Aku pun pasrah ketika ia terus menggerakkan kedua paha gempalnya dan ya, mau bagaimana lagi? Inilah hidup yang aku jalani. Sudah lima tahun berlalu dan aku tak mungkin kembali ke Moscow untuk bertemu dengan Margaret Stochorts. Itu sama saja seperti aku terlepas dari sarang harimau betina, lalu begitu saja dilahap habis oleh singa betina pula. Mama tak ada bedanya dengan Nyonya Bilbina dan kuyakin, aku pasti akan menjadi santapannya, bahkan mungkin melebihi dari apa yang Bilbina perbuat. Lagi pula rencanaku mencari perempuan itu mungkin tak akan kesampaian, karena aku harus menjadi b***k seks mama di Moscow.  Aku berharap cepat menemukannya, dan akan kubuat dia bertekuk lutut di depan wajahku dengan lelehan lendir seperti Bilbina sialan ini. Aku tak terima ia melanggar perjanjian dan menyetubuhiku tanpa izin, karena yang harusnya dipuaskan itu adalah dia! Si wanita aneh malam itu, bukan aku! ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD