bc

In Between

book_age16+
2.7K
FOLLOW
28.9K
READ
love-triangle
contract marriage
fated
friends to lovers
arranged marriage
twisted
sweet
humorous
lighthearted
first love
like
intro-logo
Blurb

Valerie Genneth menganggap menyetujui pertunangan dan menikahi teman kecilnya—Pedro Viscout, adalah keputusan yang tepat.

Hingga Gosse Armour yang sekaligus abang iparnya mengacaukan semua, karena tanpa sengaja membangkitkan lagi gairah terlarang dari Valerie untuk lelaki tinggi itu.

Akankah Valerie mempertahankan pernikahannya? Atau untuk sekali seumur hidup, dia akan memilih menggapai impiannya tentang Gosse?

Cerita keduaku setelah Second Chance (Tamat). Temukan aku di ** @tulisan_bee. Terima kasih dan selamat membaca~

chap-preview
Free preview
Bagian 1 – Prolog
“Bagai merindukan bulan, aku tenggelam dalam kesunyian. Kedatanganmu yang kuanggap nirwarna, ternyata hanya sekelebat kisah tak nyata yang membawa segenggam luka.” ~Valerie Genneth. *** [Caffe de Nusse, Heidelberg, Germany] “Aku akan mengunjungi keluarga besarmu akhir minggu nanti, Val.” Suara lelaki itu menggema pelan, mendayu merdu dan menelusup masuk ke dalam telinga Valerie. Suara dengan kalimat yang sempat membuat Valerie melebarkan manik kehijauannya, lantas mengangkat kepala dari piring datar yang berisi potongan kentang di atasnya. Tidak hanya kepalanya yang terangkat, tetapi gerakan tangan perempuan itu yang tadinya sedang memegangi sebilah garpu pun berhenti, sebagai respon atas apa yang dia dengar baru saja. Butuh dua detik, hingga Valerie mengeluarkan suara yang ternyata hanya berupa satu deheman kecil. “Kau akan... ke rumah kami?” tanyanya setengah terbata. Setiap kata yang terlontar memiliki jeda, meski ia masih dapat menguasai itu dengan baik. Irisnya menatap lurus pada lelaki yang duduk tepat di hadapannya itu, mendapati bahwa sang lawan bicara kini tampak mengaduk pelan minumannya yang masih tersisa setengah gelas. “Begitulah,” Gosse berkata pelan. Tidak membalas tatapan perempuan yang terpaut beberapa tahun di bawahnya itu, Gosh—sebagaimana dia biasanya dipanggil, memilih untuk menundukkan kepala. “Untuk... apa?” Valerie masih menyimpan rasa penasaran yang mendalam. Rasa lapar yang tadi sempat menyiksa akibat dua kelas yang digabung tanpa jeda, kini menguap entah ke mana. Menyisakan sensasi aneh yang menjalar, dengan debaran pelan di dalam d**a sebab Valerie tidak pernah berharap Gosh akan mengatakan hal demikian. Apakah lelaki itu akhirnya melihatnya? Apakah lelaki itu datang untuk menemuinya akhir pekan nanti? Apakah lelaki itu akhirnya menyadari bahwa dia juga menyimpan rasa yang sama, seperti yang Valerie simpan selama ini? Senyum tipis tersungging begitu saja di sudut bibir Valerie, tepat ketika Gosse membuka suaranya perlahan. “Untuk melamar... Versa.” Senyum yang belum sepenuhnya mengembang itu kini menghilang, benar-benar lenyap setelah Valerie mendengar dengan jelas satu nama yang mengudara antara dia dan Gosse. Tiba-tiba saja Valerie merasa lidahnya kelu, dengan kening yang entah bagaimana telah membentuk dua kerutan. Tetapi sejauh mana pun Valerie memaksa otaknya berpikir, rasanya ini tidak benar. “Versa?” Valerie mengulangi nama yang disebutkan Gosse tadi. “Maksudmu, Versaline? Kakakku?” Setelah berusaha sebisa mungkin menghindari tatapan Valerie sejak tadi, kali ini Gosse menyerah. Tangannya yang sedari tadi sibuk menggoyang pipet di gelasnya pun terhenti seketika, disusul dengan kepala lelaki itu yang terangkat pelan. Pelan sekali. Membiarkan kedua pasang mata mereka bertemu tatap, Gosse mengangguk samar. Anggukan yang lelaki itu tidak sadari, kini menggores luka di hati terdalam Valerie. “Benar,” katanya meluruskan. “Aku akan menikahi Versaline, kakakmu.” Bak dihantam batu besar di pundak dan tubuhnya, Valerie merasa getaran hebat yang tiba-tiba saja datang dan menyergap. Rasanya seperti sesak napas, seolah setiap oksigen yang berada di udara kini enggan dihirup oleh sang perempuan muda. Dadanya berkecamuk, dengan debaran yang tidak menentu. Perlahan tapi pasti, Valerie merasa tubuhnya seakan ingin ambruk, dengan kesadaran yang tidak bisa dia tahan untuk pergi menghilang. Hingga perempuan itu tidak menyadari kini tatapannya mulai kosong, dengan pikiran yang telah melayang entah ke mana. Sampai lambaian tangan Gosse di hadapan perempuan itu menyadarkannya untuk tetap sadar. “Val?” Valerie tersentak. “Apa maksudmu, Gosh?” cerca Valerie dengan nada suara yang naik tanpa ia bisa kendalikan. “Apa maksudmu dengan menikahi kakakku, hah?” Valerie pikir, Gosse mengerti apa yang dia rasakan. Valerie pikir, bersama lelaki inilah dia akan berakhir dalam untaian cinta nantinya. Valerie pikir, Gosse tidak akan mematahkan hatinya seperti lelaki yang lain. Tetapi lihatlah bagaimana lelaki itu ternyata melakukan hal serupa, bahkan tepat di depan wajahnya. Pukulan telak yang tidak hanya menggores hati Valerie, tetapi juga mengangkat separuh dari rasa kepercayaan dirinya akan diri sendiri. Dia hilang. “Seperti yang kau dengar, Val,” Gosse berujar membalas. Seakan mereka sedang berada pada frekuensi yang berbeda, lelaki itu tampak begitu tenang. “Aku dijodohkan dengan putri tertua keluarga Genneth,” sambungnya lagi. “Dan tentu saja, aku tidak bisa menolak hal itu. Meski belum pernah bertemu dengannya, tetapi aku tahu putri keluarga Genneth pastilah mengagumkan, sama sepertimu.” Valerie menelan ludah dengan susah payah, berupaya untuk tetap menjaga ekspresi wajahnya yang pastilah menyiratkan semuanya dengan jelas. Rasa kecewa, rasa takut, rasa sedih dan terluka—yang terpancar begitu nyata. “Kenapa begitu mudah bagimu untuk menerima itu?” lirih Valerie dengan tenaga tersisa. Bahu perempuan itu melorot seiring dengan tatapan matanya yang meredup. “Kau tahu aku... aku....” Gosse memandang gadis muda itu dengan tatapan lekat. Meski Valerie menghindari tatapannya, tetapi tidak membuat Gosse melakukan hal yang sama. “Kau kenapa, Val?” tanya Gosse, seakan tidak terjadi apa-apa. Apakah memang setiap pria tidak peka untuk perubahan yang terjadi pada lawan bicara mereka? Valerie masih menunduk, meremas jemarinya di bawah pangkuan. Bernapas saja sudah sulit untuknya saat ini, ditambah lagi dengan Gosse yang bertanya hal seperti itu padanya. Apakah lelaki itu tidak mengerti apa yang Valerie rasakan untuknya? Apakah lelaki itu tidak menyadari bahwa Valerie menyimpan sesuatu yang lebih daripada hubungan senior-junior di klub memanah? Bukan lelaki itu.... “Katakan padaku tentang kakakmu, Val,” pinta lelaki itu dengan begitu santainya. Seolah-olah tidak ada yang merasa terluka, seolah-olah pembahasan tentang orang lain selain mereka berdua adalah hal yang lazim. Padahal biasanya, mereka tidak membahas mengenai perempuan lain jika sedang berdua. Tidak siapa pun, termasuk Versaline Genneth, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak kandung Valerie. Belum mendapatkan jawaban, Gosse memilih untuk mengangkat sebelah tangan guna menggapai kepala Valerie yang masih tertunduk. Jika Valerie sedang berupaya untuk menahan diri agar tetap berada di sana, maka Gosse berpikir bahwa perempuan muda itu hanyalah terlalu kaget akan apa yang dia ucapkan baru saja. Bagaimanapun, mereka akan menjadi ipar, bukan? Mengelus rambut Valerie dengan gerakan lembut, Gosse sempat tersenyum tipis dan bersuara kemudian. “Tenanglah,” katanya dengan nada suara yang tak kalah lembut dengan usapannya. “Bukankah dengan pernikahan ini kita bisa menjadi kerabat? Aku menyukaimu, Val. Kau gadis yang tangguh, dan kurasa begitu juga kakakmu. Apa aku benar?” Semakin banyak kata yang terlontar dari bibir Gosse, maka semakin dalam keinginan Valerie untuk menutup rapat hatinya. Ternyata, Gosse hanyalah khayalan semata—yang tidak akan pernah menjadi nyata. Kebersamaan mereka yang dimulai dari klub memanah itu memang hanya akan berakhir dengan luka, persis seperti saat ini. Tepat saat ini. Menyingkirkan sapuan tangan Gosse di kepalanya, Valerie mengangkat kepala dengan sisa-sisa tenaga. Dalam hati ia bersyukur dia bertahan dengan sangat baik, bahkan hingga manik hijaunya kembali bertemu dengan manik Gosse. Manik yang Valerie sukai dari seluruh manik di dunia. Menarik napas dalam-dalam, Valerie meneguhkan hati dan berharap agar suaranya tidak sama sekali berubah. “Versa adalah kakak yang baik,” ucap perempuan itu. “Seperti aku yang katamu adalah seorang gadis tangguh, maka dia lebih tangguh dariku.” Gosse tampak tersenyum samar, mendengarkan seksama apa yang kini disampaikan Valerie. Bersandar di tempat duduknya dengan nyaman, lelaki itu benar menyimak. “Dia juga memiliki segalanya dibanding aku,” sambung Valerie lagi. Terdengar seperti gerutuan pada dirinya sendiri, tetapi memang seperti itulah yang terjadi. Versaline Genneth, selalu memiliki semua hal yang Valerie inginkan. “Kau juga memiliki itu, Val,” Gosse menyela. “Lihat, kau adalah gadis yang akan menjadi wanita menawan suatu saat nanti.” Tepat saat itulah, Valerie menyadari satu hal penting yang mungkin terlewatkan olehnya. Fakta bahwa kebersamaan mereka selama ini tidak berarti apa-apa bagi Gosse, padahal menjadi waktu yang amat berharga untuk sisi Valerie. Setiap waktu yang dia lewati bersama lelaki itu selalu menyisakan bekas yang dapat diulangnya dengan rekaman di kepala, tetapi itu sama sekali tidak berlaku untuk Gosse. Terlebih, kini lelaki itu akan menjadi iparnya cepat atau lama. Menggeleng, Valerie tersenyum hambar. “Kau mengambil keputusan yang benar, Gosh,” ucapnya setengah bergumam. “Menikahi kakakku pasti akan membuatmu bahagia.” Untuk yang terakhir kalinya, Valerie berharap agar Gosse menyadari sesuatu yang ia siratkan untuk lelaki itu. Tatapan sendunya seharusnya sudah cukup untuk menyadarkan Gosse bahwa ada yang tidak beres di antara percakapan mereka, tetapi lagi-lagi Valerie harus menelan pil pahit sendirian. Sebab yang diberikan Gosse padanya adalah senyuman lebar, disusul anggukan yakin. “Terima kasih, Val,” ucap lelaki itu. Sama sekali tidak merasa ada yang salah, ataupun beban. “Aku akan menjadi abang ipar yang baik untukmu, aku berjanji.” Dan begitu kalimat Gosse itu selesai mengudara, Valerie tahu dia telah tenggelam terlalu dalam pada pusara keputusasaan. Tidak ada celah, tidak ada ruang baginya. Sebab sejatinya Gosse, tidak pernah memandangnya sebagai seorang wanita. ~Bersambung  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.9K
bc

The CEO's Little Wife

read
629.8K
bc

Revenge

read
17.8K
bc

After That Night

read
9.0K
bc

BELENGGU

read
65.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.4K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook