Awal yang buruk
Dengan bersenandung kecil Bila merogoh saku bajunya dan mengeluarkan benda kecil yang ada gagangnya. Dengan wajah yang berbinar ia mulai membuka bungkus itu dan menyobeknya. Terpampanglah benda berbentuk telapak kaki yang ada gagangnya berwarna merah merona. Seperti melambai lambai ingin segera di jamah. Baru saja Bila akan memasukkan permen hot hot pop itu ke dalam mulutnya tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol lengannya.
"Anjir!"
Seru Bila lantang. Dia melihat permen kesukaanya itu terjun bebas ke bawah. Dengan cepat ia membalikkan badan ingin melihat siapa biang kerok yang membuat permennya terjatuh.
"Kalo jalan lihat-lihat dong, Om. Tuh permen saya jadi jatuh!"
Bila meratapi nasib permen yang seharusnya masuk kedalam mulutnya, bukan malah masuk kedalam got. Ya, meskipun permen tersebut harganya cuma lima ratus rupiah. Tapi kan untuk mendapatkannya harus membelinya dengan uang.
Orang yang Bila ajak bicara itu menoleh ke arah gadis itu dan menatapnya dengan mengernyitkan dahi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Bila menatap lelaki yang berada di hadapannya ini dengan lamat-lamat, laki-laki itu memang masih muda, tampan bin ganteng. Alisnya yang tebal bagai ulat bulu, mata hitam dengan pandangan teduh, hidung mancung seperti prosotan anak TK dan bibir sewarna delima yang menandakan tidak pernah tersentuh nikotin.
Ahhh Bila tidak kuat melihat bibirnya yang cipok-able itu. Postur tubuhnya tinggi. Dan Bila hanya sebatas dagunya saja. Dadanya juga bidang. Lengannya begitu kekar, membuat siapa saja yang melihat pasti akan terpesona.
Bila berfikir pasti orang itu kakak dari murid yang ada di sekolah ini. Sebab dia baru melihatnya kali ini.
"Eh." Bila tersadar dari khayalannya.
Berdehem sekali agar lelaki itu tidak curiga bahwa diam-diam dia mengamati. Gadis itu memasang sok judesnya.
"Mumpung saya lagi baik hati nih! Ganti permen hot-hot pop saya dengan uang sepuluh ribu." Tangan Bila terulur dan menengadah. Dalam hati ia tersenyum licik. Dengan uang sepuluh ribu tersebut ,pasti ia akan dapat permen kesukaannya itu banyak. Wah, bisa untuk stok beberapa hari kedepan.
Orang yang di ajak bicara itu semakin mengerutkan keningnya dalam, tidak mengerti apa maksud bocah kecil di hadapannya ini. Permen? Permen apa yang di maksud? Apa bocah ini berniat memalaknya?
"Maaf, ya, Dek. Saya tidak pernah punya ponakan seperti kamu. Dan saya sibuk, masih banyak urusan!" Lelaki itu sudah akan berlalu dari sana, tapi seruan Bila membuat ia mengurungkan niatnya.
"Pokoknya Om harus ganti rugi! Masak gak tanggung jawab sih," ujar Bila ngotot tidak terima.
Enak saja mau kabur. Tidak akan mungkin bisa. Karena Bila akan mengejarnya sampai kemana pun.
"Om nggak kasihan apa sama anak kecil kayak saya? Saya di kasih uang saku itu pas-pasan, Om. Itu permen berharga buat saya, bisa ngilangin stres kalo di kelas."
Berbalik badan, lelaki itu tersenyum mengejek," Jadi kamu sadar kalau kamu masih anak kecil? Pantesan tinggi kamu cuma-."
Bila menatap laki-laki itu galak. Jujur saja ia sangat tidak suka jika ada yang mengatai tinggi badannya yang masih dalam masa pertumbuhan.
"Nggak usah ngatain tinggi badan saya deh, Om! Cepetan ganti rugi!"
Laki-laki itu menatap Bila jengah. Bisa stres lama-lama di dekat bocah ini. Ia merogoh saku celananya dengan kasar. Kemudian meletakkan sesuatu ke telapak tangan Bila.
"Done."
Setelah menyerahkan benda kecil itu. Lawan bicara Bila tersebut melenggang pergi. Sementara Bila masih melongo di tempat. Lalu ia menatap benda kecil yang ada di tangannya itu.
'Modus' begitulah kira-kira kata yang tertulis di kemasan permen kiss yang di berikan laki-laki tadi.
Wah bener-bener ngajak ribut nih orang. Ganteng sih tapi pelit masak permen hot-hot pop nya yang harga lima ratusan di ganti rugi dengan permen kiss yang harganya lima ratus dapat tiga. Itu kan tidak adil namanya. Ingatkan nanti kalau bertemu dengan orang ini lagi ia akan tetap meminta ganti rugi.