BAB 1

809 Words
Beberapa tahun kemudian. Carolyne telah dewasa dan menjadi wanita yang sangat cantik, kembali bertemu dengan Betrand di kampus yang sama, Carolyne sangat membenci perubahan sikap Betrand yang menjadi agak brutal dan sering mempermainkan wanita. **** Flashback On. ~ 5 Years Ago ~ Carolyne masih sangat mengingat jelas sosok Betrand, Carolyne merindukan saat-saat dimana semasa kecilnya ia habiskan bersama Betrand yang selalu setia menjaganya, kenangan yang benar benar indah, yang selalu di ingat Carolyne dan menyimpan kenangan itu dalam benaknya. Carolyne memasuki salah satu Universitas di New York, karena kecantikannya Carolyne menjadi idola kampus, wajah cantik dan menawan ia miliki, rambut yang berwarna hitam panjang, kulit yang putih, mata yang agak lebar, dengan tatapan yang teduh, hidung yang begitu mancung, tinggi yang sempurna bak model, bibir yang tipis dan mungil, itulah Carolyne di besarkan dan di ciptakan Tuhan begitu indah. Pertama kali memasuki universitas, Carolyne akhirnya memiliki banyak teman dan dua tahun kemudian, ia sudah mulai melupakan sosok Betrand, meski belum melupakan sosok itu sepenuhnya, namun setidaknya ia bisa membuka hatinya, menatap kedepan dan tak melihat kebelakang Seorang senior di kampus yang juga banyak di idolakan wanita menyukai Carolyne. Senior itu bernama Allerd Horiz, mereka menjalin sebuah hubungan, hubungan yang terbilang serius, kisah cinta mereka terkenal di kampus, di saat itulah Carolyne melupakan sosok Betrand yang di anggapnya adalah cinta pertamanya dan hanya sebatas masa lalu dan masa kecilnya. Di kampus begitu ramai saat ini, mereka mengerumuni sesuatu di sana, namun itu tak membuat Carolyne bergeming dan masih duduk setia menunggu sang dosen yang belum juga datang, sedangkan mata kuliah sudah lewat beberapa menit, Carolyne hanya membaca sebuah karangan sastra sembari menunggu sang dosen. "Kenapa kau berada disini, Car ?" tanya Laurent–sahabat Carolyne– "Memangnya aku harus kemana, Laurent?" "Apa kamu tak berniat melihat kenapa ada keramaian di sana?" "I'm lazy." "Ayolah kita lihat dulu." Laurent menarik lengan sahabatnya. "Jangan memaksaku, Laurent." "Ayo deh," kata Laurent tetap keukeuh menarik lengan sahabatnya dan membawanya di keramaian. "Waoww … handsome," teriak Laurent, histeris. Carolyne melihat ke arah tatapan Laurent, Carolyne melihat sosok yang begitu tampan, tubuh yang ideal, kekar, pokoknya perfect man. Carolyne sempat terpana melihat ketampanan pria yang menjadi pusat perhatian banyak wanita. Tiba-tiba lengan seseorang menariknya dan membawanya agak menjauh dari keramaian. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Allerd –kekasihnya– "Kamu mengejutkanku, aku di paksa Laurent ke sini, lagian tidak ada salahnya, ‘kan?" "Aku tidak suka kamu seperti wanita kehausan pria saja." "What do you mean?" "Aku tak suka melihatmu menatap pria lain sampai segitunya." "Lepaskan aku, Allerd. Kau berlebihan," kata Carolyne sembari menghempaskan tangan Allerd dan melangkah pergi dari hadapan kekasihnya. Carolyne kembali ke ruangan dan dosen sudah berada di kelas saat ini, mahasiswa di jurusan yang sama dengannya sudah berkumpul bagai semut yang mengeremuni gula. "Kau dari mana?" bisik Laurent. "Aku tadi berbincang dengan Allerd, karenamu dia jadi marah," jawab Carolyne. "Marah kenapa dia?" "Melihatku berada di kerumunan." "Allerd saja yang terlalu berlebihan. Berada dikerumunan bukan berarti kamu akan memutuskannya." "Semuanya diam dan fokus," ujar Pretty–Dosen Informatika– "Ada mahasiswa senior yang baru mendaftar di kelas kita untuk sementara waktu, ayo masuk." Pretty mempersilahkan pria tampan itu masuk ke dalam kelas dan memperkenalkan dirinya. "Hai, semuanya, kenalkan nama saya adalah Betrand, saya mahasiswa pindahan dari Las Vegas," ujar Betrand. Mendengar nama itu Carolyne membulatkan matanya penuh karena terkejut. "Apa? Betrand? Betrand temanku? Tapi … itu tidak mungkin, ta-tapi jika ku lihat wajahnya dia memang sangat mirip dengan Betrand yang ku kenal," batin Carolyne, berperang dengan pikirannya sendiri. **** Selesai mata kuliah, Carolyne hendak menghampiri Betrand dan bertanya apakah ia Betrand yang ia kira, rasa keinginan tahunya menjadi besar ketika mahasiswa baru itu terlihat mirip dengan pria yang ia kenal, teman kecilnya. Ketika berjalan mendekati Betrand tiba-tiba pria itu beranjak dari duduknya dan mengalungkan tangan kirinya ke pinggang seorang wanita sembari mencium pipinya mesra. Carolyne terkejut dengan apa yang ia lihat, namun tekadnya sudah bulat untuk menanyakan hal ini kepada Betrand dan memutuskan untuk mengikuti Betrand dari belakang. Langkah kaki Carolyne terhenti dan menutup mulutnya karena terkejut ketika melihat Betrand melumat habis bibir wanita yang bersamanya dan meremas kedua gundukan itu. Carolyne masih menutup mulutnya karena tak ingin terlihat m***m dan menjadi pengintip karena melihat kemesraan orang lain. Betrand dan wanita itu seperti ayam yang saling mematuk dan saling memagut, Carolyne tak sanggup melihatnya dan melangkah pergi dengan memunggungi kemesraan Betrand yang ada di belakangnya. Tanpa sadar, Carolyne menitikkan air mata. "Mengapa juga aku menangis? Belum tentu dia Betrand yang ku rindukan selama ini," ucap Carolyne sembari menyeka air matanya. Betrand memutar bola matanya yang masih di pagut oleh wanita yang ada di hadapannya dan melihat kepergian Carolyne. Sepeninggalan Carolyne, Betrand melepas pagutannya dan membereskan pakaiannya yang agak berantakan. "Kenapa kamu berhenti, Honey?" tanya wanita itu centil dan masih berusaha keras menciumi Betrand, namun Betrand malah menghindarinya dan memberikannya sejumlah uang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD