BAB 2

837 Words
Carolyne akhirnya yakin jika mahasiswa baru itu adalah Betrand teman kecilnya. Carolyne tengah di taman memikirkan bagaimana bisa Betrand berubah menjadi pria yang selalu memainkan wanita. "Apa yang kau lakukan di sini sendirian, Sayang?" tanya Allerd. “Aku hanya menghirup udara segar saja." "Kamu masih ada mata kuliah?" "Sudah tidak ada." “Lantas kenapa belum pulang?" "Aku suntuk di rumah kalau pulangnya cepat," jawab Carolyne. "Kamu mau jalan-jalan?" tanya Allerd. “Hem … tidak hari ini, ya, Lerd." **** Carolyne di antar oleh Allerd menggunakan sepeda motor, Betrand melihat hal itu dan menatap Carolyne yang sedang merangkulkan tangannya di pinggang Allerd. Terlihat begitu mesra. "Bagaimana bisa kamu melupakanku, Car?" batin Betrand. Seorang wanita datang melilitkan tangannya di leher belakang Betrand yang sedang duduk di depan kampus. "Hai, Honey, bukankah kau membutuhkanku malam ini?" bisik wanita itu membuat Betrand sedikit bergidik. "Ke hotel ini saja," ujar Betrand sembari memberikan alamat hotel kepada wanita yang di sampingnya. "Baiklah, Honey. Aku akan memakai pakaian paling seksi dan transparan malam ini," bisik wanita itu sembari mengecup pipi Bertrand. Betrand masuk kedalam mobil sport miliknya dan mulai mengemudikannya. Sesaat kemudian ponselnya berdering dan telpon itu dari Dovio sahabatnya. "Helo, Dov?" "Kamu dimana?" tanya Dovio di seberang telfon. "Aku baru keluar dari kampus. Ada apa?" "Aku butuh teman sore ini," tutur Dovio. "Aku juga butuh teman. Tunggu aku di bar, aku akan segera kesana." Sampai di bar, banyak wanita melihat ke arah Betrand, mereka terpukau melihat ketampanan Betrand yang sudah melebihi batas kata orang. Betrand mengedarkan pandangan, mencari sahabatnya, dan melihat Dovio sedang minum di meja bundar paling pojok. "Ada apa denganmu, Kawan?" tanya Betrand. "Tidak kenapa-napa. I just want to drink." "Hari ini aku sangat lelah, Kawan. A lelah pikiran dan lelah hati juga," ujar Betrand sembari menuang minuman di gelas berleher tinggi yang sudah di siapkan "Hei, Honey. Kamu membutuhkanku?" bisik seorang wanita dengan mini dress berwarna hitam. Betrand lalu melepas genggaman wanita itu di bahunya. "Tidak malam ini, ya," "Lelah kenapa? Bukannya hari ini hari pertamamu kuliah di New York?" tanya Dovio. "Aku bertemu Carolyne." "Carolyne? What? Carolyne? Cinta pertamamu?" "Ekspresimu biasa saja." "Lantas bagaimana? You say hello? Pasti sekarang kalian sudah bertemu, bukan?" "Aku memilih pura-pura tak mengenalinya," jawab Betrand. "Alasannya?" "Dia sudah memiliki kekasih." Betrand meneguk wisky. "Hei, Kawan, mereka baru pacaran belum menikah, ‘kan? Masih ada kesempatan." "Tapi … aku sangat membencinya." "Karena dia sudah memiliki kekasih?" "Bukan hanya itu." "Terus?" "Aku dulu sempat berniat menemuinya, namun yang ku lihat dia sudah punya pacar, dan setelah itu beberapa bulan berlalu aku kembali menemuinya lagi dan dia sudah punya pacar yang berbeda dengan waktu itu, dia seperti wanita yang berbeda juga, sudah tak seperti Carolyne yang ku kenal." "Dia cantik, Kawan. Kalian sudah berpisah selama 11 tahun, aku mungkin dia tak punya pacar selama 11 tahun itu." "Kenyataannya berbeda, bukan? Kenyataan yang ku lihat dan yang dia tulis Di diary-nya," ucap Betrand agak frustasi. "Come on, Kawan. Sebelas tahun sudah berlalu, tidak ada yang tak akan berubah jika selama itu. Sekarang kamu hanya punya dua pilihan, melupakannya atau membuatnya kembali ke sisimu."  Dovio menyuruh bartender untuk mengisi gelasnya. Betrand sangat frustasi mengingat Carolyne sudah memiliki seorang kekasih. Perkataan Dovio ada benarnya juga. **** Esok paginya di kampus. Betrand sudah bertekad melupakan sosok Carolyne yang sudah menjadi penghalang konsentrasi nya selama ini. Carolyne kini tengah di perpustakaan, namun ia tak sengaja melihat Betrand sedang berciuman dengan wanita berbeda dari kemarin, di balik rak buku. Carolyne melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Ini sudah lima kali ia melihat Betrand berciuman dengan wanita yang berbeda. Carolyne lalu berbalik dan memilih pergi. "Dia sudah berubah. Sekarang dia menjadi lelaki b******k," gumam Carolyne kesal. "Siapa yang b******k?" tanya Allerd karena melihat kekesalan di wajah kekasihnya. "Oh … kamu? Tidak ada kok. Tidak ada yang brengsek." Carolyne menggaruk tengkuknya. "Terus tadi?" "Itu hanya terbawa suasana saja, karena baca novel ini," jawab Carolyne agak gugup.. "Oh … karena novel ini? Ya sudah kita makan siang di kantin," kata Allerd sembari mengalungkan tangan kiri nya ke pinggang ramping Carolyne. Betrand melihat hal itu dan mencoba tak perduli.. **** Betrand saat ini sedang berkumpul dengan teman-teman kampusnya. Mereka membicarakan tentang wanita yang sering di pakai Betrand setiap harinya. "Jadi … kalian masih meragukanku?" tanya Betrand kepada ke 2 temannya. Porden dan juga Cowerd. "Bagaimana kalau kita mulai taruhan lagi?" tanya Cowerd. "Kali ini taruhannya apa? Kalian harus siap kalah." "Ada satu wanita yang terkenal menjadi idola di kampus ini, dia sangat cantik, dia juga wanita yang tidak akan pernah tertarik dengan pria sepertimu. Apa kamu bisa menggaetnya?" "Siapa?" "Carolyne Jenz Gardels.” Mendengar nama Carolyne, Bertrand sejenak terdiam. "Carolyne? Dia sudah punya kekasih. Itu tidak mungkin." "Itulah tantangannya. Jika kamu bisa menggaetnya, kita berdua bakal ngakuin usahamu. Kamu ‘kan kaya, sudah pasti Carolyne kemungkinan mau, mengingat bahwa dia dari keluarga yang sederhana." Porden menyikut Betrand. Tidak mungkin Betrand melakukan itu, karena ia tahu, Carolyne bukan wanita matrealistis. "Baiklah. Setuju." Betrand terdiam sejenak. Meskipun akan sangat sulit, namun semua bisa di atasinya hanya dengan uang seperti biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD