Tiga hari sudah berlalu. Raja dan Kanaya masih dalam suasana yang tak mengenakan. Terutama Kanaya, wanita itu terus saja diam meski Raja berusaha memperbaiki hubungan. "Lo kenapa murung, Ja?" Raja menoleh, sahabatnya yang sejak pagi sibuk karena Cafe cukup ramai, akhirnya memiliki waktu untuk duduk bersamanya. "Pusing gue, Ki," jawab Raja. "Bener kata lo, nikah itu bikin pusing." Luki tertawa. "Ya, tapi pusing nikmat," kata Luki. Raja berdecak. "Nikmat apaan, lo si enak, nikah karena cinta, lah gue, cinta kagak, jadi bingung apa yang mau diperjuangkan, baik dari gue sama Kanaya," ujar Raja. "Dia masih marah sama lo soal obat perangsang itu?" tanya Luki. Raja menghela napasnya. "Awalnya kayak udah melunak, tapi udah tiga hari ini dia gak mau ngomong sama gue," jawabnya. "Kok b

