Pagi kembali menjelang dengan mentari yang sudah siap menyinari bumi. Pagi yang begitu dinanti–nanti oleh kedua pria tampan sejak kemarin. Pasalnya hari ini mereka mulai menjalani rencana ataupun misi mereka bersama. Apa sebenarnya yang mereka rencanakan? Sebuah rencana gila, konyol dan sedikit tidak masuk akal yang dicetuskan oleh Reyhan dan langsung disetujui oleh saudara kembarnya. Mereka berdua merencanakan untuk bertukar posisi demi bisa mendekati sang gadis pujaan hati yang sudah berhasil menarik perhatiannya.
Reyhan. Pria tampan bertubuh tinggi sudah rapih dengan kaos lengan sesiku berwarna maroon dan jeans hitam, Ia menyemprotkan parfume ke tubuhnya lalu menyambar ponsel dan kunci mobil kemudian berjalan keluar kamar.
Di kamar lain, saudara kembarnya yang tak kalah tampan dan tinggi badannya yang sama sedang mematutkan dirinya di depan cermin sambil sesekali merapihkan rambutnya dengan jari. Tubuhnya sudah berbalut polo shirt berwarna putih dengan blue jeans yang menutupi kakinya. Setelah merasa selesai, Ia tersenyum menatap dirinya kemudian keluar kamar bersamaan dengan Reyhan yang juga baru keluar kamar. Reyhan menatap saudara kembarnya dengan senyuman diwajahnya lalu mengedikkan bahu yang langsung dibalas berupa kekehan dari Keyhan.
Di ruang makan, sang ayah, bunda dan adik semata wayangnya sudah duduk dikursinya masing–masing. Mereka tengah menikmati sarapannya pagi ini. Si kembar menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya di sana. Keyhan di sebelah adiknya dan Reyhan di sebelah bundanya. Menu sarapan pagi ini adalah roti panggang buatan sang bunda ditemani dengan segelas s**u.
“Kamu kenapa Ya? Ngeliatin abang kayak gitu” tanya Keyhan saat menyadari adik cantiknya tengah menatap dirinya dan Reyhan bergantian dengan alis bertautan
“Abang tau abang ganteng Ya, biasa aja ngeliatinnya sampe gak berkedip gitu” sambung Reyhan tersenyum lalu menggigit rotinya
Aya yang mendengar ucapan kedua abangnya langsung berpura-pura seperti ingin muntah “Pede banget” Ia memutar bola matanya jengah bersamaan dengan deringan ponsel yang berasal dari dalam tas hitam milik Aya yang digantungkan dikursinya
Gadis cantik itu meletakkan rotinya di piring kemudian sedikit memiringkan tubuhnya membuka resleting tasnya. Ia merogoh tasnya mencari ponselnya, setelah benda tipis tersebut berada ditangan, dahinya langsung mengernyit membaca sebuah nama si penelpon. Tanpa pikir panjang lagi Ia menggeser ikon berwarna merah lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.
“Dari siapa sayang kok direject?” tanya bundanya saat Aya sudah membalikkan tubuhnya ke depan seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga
Aya menatap semua anggota keluarganya satu per satu yang rupanya sejak tadi tengah menatap penasaran ke arahnya “Temen bun. Paling juga ngajakin berangkat bareng, aku males makanya aku reject” Ia kembali menikmati sarapannya
“Whoaaa sok jual mahal banget kamu dek, ada yang ngajakin berangkat bareng ditolak”seru Reyhan heboh
“Udah berapa cowok yang kamu tolak ajakan berangkat barengnya?” sambar Keyhan
“Tak terhitung” jawab Aya singkat sambil mengibaskan rambutnya ke belakang membuat ayah dan bundanya tersenyum simpul
“Ckckck, adek abang jadi primadona sekolah rupanya” ujar Keyhan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
“Ya dong. Siapa dulu ayahnya” Rean berucap bangga yang langsung membuat semua orang yang ada di meja makan menoleh ke arahnya kemudian memutar bola matanya jengah
“Ayah narsis” seru mereka bersamaan kemudian terkekeh bersama
Setelah dirasa sarapan paginya cukup Keyhan bangkit dari duduknya dan langsung berpamitan dengan kedua orang tuanya. Melihat itu pun Reyhan langsung melakukan hal yang sama kemudian berjalan cepat menyusul saudara kembarnya merangkul bahu Keyhan akrab.
Di garasi mobil, Reyhan memanggil Keyhan kemudian langsung melempar kunci mobil ke arahnya dan ditangkap cepat oleh Keyhan. Ia pun melakukan hal yang sama, melempar kunci mobilnya ke arah Reyhan yang ditangkap santai olehnya. Urusan mobil sudah, saat ini mereka tengah bertukaran tas. Karena mereka akan bermain dengan cara yang cantik maka semuanya pun harus dipersiapkan dengan sangat baik. Keyhan menyerahkan tasnya dan Reyhan pun menyerahkan tas miliknya. Dan setelah itu mereka sama–sama masuk ke dalam mobil yang diparkir bersisi–sisian. Reyhan mengambil kacamata hitam lalu mengenakannya dan menoleh ke arah Keyhan dengan tangan yang sudah ada disetir. Tak mau kalah saing Keyhan pun menyambar kacamata hitam pula dan langsung menenggerkan dihidung mancungnya lalu menoleh membalas senyuman Reyhan.
“Good luck brother!” teriak Keyhan
Reyhan terkekeh geli “Yeah! Good luck my bro!” kemudian mereka terkekeh bersama sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil mereka. Keyhan lebih dulu keluar dari garasi mobil yang tak lama langsung disusul oleh Reyhan.
Si kembar dengan ketampanannya yang nyaris sempurna ditambah dengan kekompakan yang selalu mereka jalin. Ide gila dan konyol memang terkadang selalu tercetus diantara mereka. Dan ide seperti ini bukan yang pertama kalinya mereka jalani, sewaktu SMA dulu Keyhan pernah ikut eskul futsal dan ketika sedang ada turnamen Ia tidak bisa main karena kakinya terkilir maka Ia langsung meminta Reyhan untuk menggantikan posisinya dan dirinya yang sedang terkilir harus menggantikan Reyhan di sekolah. Mempunyai wajah yang nyaris identik membuat semua orang cukup kesulitan membedakan mereka berdua apalagi bagi orang–orang yang tidak pernah bertemu dengan kedua–duanya secara langsung. Dan ditambah lagi saat semasa sekolah, mereka memang tidak pernah satu sekolah dan tidak ada yang mengetahui pula kalau ternyata mereka itu kembar. Tetapi jika diperhatikan lebih teliti lagi mereka berdua memiliki perbedaan yang jarang diketahui orang lain. Dan perbedaan tersebut ditemukan oleh bundanya.
Keyhan sudah sampai di kampus yang selama ini menjadi kampus saudara kembarnya, Ia memarkirkan mobil di parkiran kemudian berjalan memasuki bagian dalam kampus. Suasana kampus yang terasa begitu asing baginya, Ia belum pernah ke sni sebelumnya paling hanya melewati saja dan tidak pernah masuk sampai ke dalam. Ia berdiri di depan lift menunggu lift datang sambil mengedarkan pandangan matanya ke segala penjuru.
Kelas gue hari ini dimulai jam delapan. Ada di ruangan A.5.4 lantai lima, gue selalu duduk di barisan paling belakang
Kata–kata Reyhan tadi terngiang–ngiang di telinganya, Ia memencet tombol lima begitu sudah masuk ke dalam lift. Tak lama berselang kakinya sudah melangkah keluar di lantai lima, Ia berjalan ke arah kiri dengan mata yang mencari ruangan bernomor 5.4. Sebuah ruangan kelas di dekat pojok bertuliskan A.5.4 di bagian atas pintunya, Ia memegang handle pintu kemudian membukanya perlahan. Kepalanya disembulkan sedikit untuk mengetahui suasana di dalam kelas. Begitu pintu dibuka semua mata para mahasiswa yang sudah ada di dalam kelas langsung menoleh ke arahnya. Ia tersenyum kikuk sebelum akhirnya melangkah masuk dan mengambil posisi di barisan belakang. Keyhan meletakkan tasnya di atas meja kursi kampus lalu sedikit melihat sekelilingnya, melihat wajah-wajah baru para mahasiswa.
Jadi gini muka–muka mahasiswi kedokteran, cantik. Tapi kenapa sampe sekarang si Reyhan ng-jomblo terus padahal temennya cantik–cantik gini.
Gila! Itu buku apaan? tebel banget. Kayaknya selama gue kuliah bisnis, buku kuliah gue gak ada yang setebel itu
Keyhan tersadar dari lamunannya saat terdengar suara pintu yang dibuka. Seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah sedikit memutih berjalan memasuki kelas dengan membawa sebuah tas yang ditentengnya. Di belakang pria yang sepertinya seorang dosen itu terlihat seorang pria muda yang sudah dikenal Keyhan sebagai teman dekat saudara kembarnya. Riyo.
“Huhh tepat waktu banget gue dateng” Riyo menghela nafasnya setelah Ia duduk di sebelah Keyhan
Pria itu menoleh sambil tersenyum kemudian membuka tas dan mengeluarkan buku kuliahnya.
“Udah dari tadi lo?” tanya Riyo menyenggol tangan Keyhan
“Iyalah, gue gitu” jawabnya sombong
“Tumben amat. Biasanya juga lo paling males kalo kelasnya Pak Brian” Riyo membuka tasnya
Mata Keyhan membulat sebentar kemudian Ia terkekeh memaksa “Mood gue lagi bagus hari ini makanya dateng cepet” ucapnya bersamaan dengan pintu kelasnya yang kembali terbuka. Keyhan menoleh dan terpaku saat melihat siapa yang memasuki kelas. Seorang gadis cantik dengan rok selutut berwarna putih dan dipadukan dengan blouse hitamnya. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai indah dengan sebuah flat shoes berwarna hitam yang membungkus kaki putihnya.
Beautiful~
“Siapa tuh? Cantik bener” ucap Keyhan menoleh ke arah Riyo
Riyo yang sedang mengeluarkan bukunya dari dalam tas menghentikan gerakan tangannya kemudian menoleh menatap Keyhan dengan dahi mengernyit “Lo gak amnesia kan Rey? Itu si Lola—anak salah satu Dekan kampus ini dan juga pacarnya salah satu dosen di kampus ini”
“Anak dekan? Pacarnya dosen? Njirr”
Riyo semakin bingung dengan sikap sahabatnya pagi ini, Ia menempelkan punggung tangannya di dahi Keyhan yang langsung membuat Keyhan menjauhkan tangan Riyo dari dahinya “Sakit lo. Jelas-jelas gue tau berita itu dari lo sekarang lo yang malah seolah-olah baru tau”
Sial. Hari pertama aja gue udah nglakuin kesalahan begini.
“Lupa gue, manusiawi kan gue lupa” ujarnya kemudian menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan mata yang masih memandang ke arah gadis yang bernama Lola tersebut
Cantik sih. Tapi udah di taken dosen duluan. Gak lah ya, gue bukan tipe perusak hubungan orang. Lagian Rania jauh lebih cantik dari si Lola. Rania, I’m coming darling~
“Beneran sakit jiwa nih anak senyam-senyum sendiri” ucap Riyo saat melihat Keyhan yang tengah senyam senyum sendiri. Keyhan pun langsung menormalkan wajahnya kembali.
Sementara itu di kampus lain, Reyhan keluar dari mobilnya dan berjalan menyusuri lorong panjang mencari lift di kampus ini. Sama seperti Keyhan, Ia juga merasa asing dengan semua orang dan lingkungan kampus tersebut. Begitu sudah menemukan lift, Ia memencet tombol anak panah ke atas sambil sesekali melirik jam tangannya.
Kuliah gue dimulai jam delapan. Ruang B.7.1 lantai tujuh dan gue duduk di samping Bima.
Begitu terdengar suara dentingan kecil dari lift dan pintunya terbuka, Ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Terdapat beberapa mahasiswa perempuan dan satu pria yang dikenal Reyhan. Bima. Pria itu mengenakan kemeja biru dan langsung tersenyum ketika melihat Reyhan masuk ke dalam. “Baru dateng lo?” Ia menepuk bahu Reyhan
Pria itu mengangguk dengan senyuman diwajahnya.
“Tugas bu Donna udah belom Key?”
Reyhan menoleh ke arah Bima “Hah? Tugas?” matanya membulat. Ia bingung harus menjawab apa mengingat Keyhan tidak bilang apapun mengenai tugas pagi tadi.
Mana gue tau tugasnya udah apa belom. Ngerti juga gak!
Kemudian Ia merasakan ponsel di dalam sakunya bergetar, Ia langsung merogoh sakunya. Terdapat satu pesan masuk dari saudara kembarnya yang langsung membuat Reyhan sedikit bernafas lega. “Udah lah. Emangnya lo!” katanya bangga sambil memasukkan kembali ponselnya ke saku
Lift sudah membawanya ke lantai tujuh, mereka bersama–sama berjalan menuju kelas. Beruntung Reyhan bertemu dengan Bima hingga Ia tak perlu repot–repot lagi mencari ruang kelasnya. “Hey ladies! Good morning!” seru Bima saat memasuki kelas yang sudah hampir penuh itu sambil melambai–lambaikan tangan. Bukannya mendapat jawaban dari temannya, Ia malah mendapat sorakan dari teman–temannya itu membuat Bima mencebikkan bibirnya kesal. Sementara Reyhan hanya tersenyum lebar melihat pemandangan seperti ini, Ia jarang sekali seperti ini di kelasnya saat kuliah. Kelasnya selalu terkesan serius dan jarang sekali ada candaan seperti ini.
Reyhan mengedarkan pandangan matanya ke segala penjuru ruang kelas. Memperhatikan para mahasiswa perempuan yang sedang asyik bergosip ria dipagi hari.
Omongannya bisnis banget. Beda sama kelas gue yang sebenernya, kalo gak ngomongin penyakit ya kadang obat
“Keyhan! ... Keyhan!”
Reyhan terlonjak kaget saat ada salah satu mahasiswa yang memanggil namanya. Belum merasa terbiasa dipanggil dengan nama saudara kembarnya itu. s**t! Gue lupa kalo gue lagi nyamar jadi Keyhan.
“Iya kenapa?” tanyanya menatap mahasiswa yang berdiri dihadapannya
“Tugas lo mana? mau dikumpulin gak?” katanya sambil menunjukkan tumpukan tugas ditangannya
Pria itu langsung membuka tasnya, mencari tugas yang katanya sudah ada di dalam tas. Ia mengambil sebuah jilid-an lembaran–lembaran kertas dengan ketikan yang rapih diantara buku–bukunya. “Nih” Ia menyerahkan tugasnya pada mahasiswa tersebut yang kemudian langsung pergi keluar kelas.
***
Kayra berlari sebelum pintu lift tertutup tapi sayang sebelum Ia sampai pintu liftnya sudah tertutup. Ia memencet tombol lift berkali–kali berharap pintunya dapat terbuka tetapi usahanya sia–sia. Sekeras dan sebanyak apapun Ia memencet tombol lift, pintu lift tidak akan terbuka. Matanya melirik jam tangan dipergelangan tangannya. Sisa dua menit lagi. Buru–buru Ia langsung melangkahkan kakinya menuju tangga dan dengan sangat terpaksa Ia harus menaiki tangga sampai ke lantai empat sebelum mata kuliah pertamanya hari ini dimulai.
Gadis itu mengatur nafasnya yang ngos–ngosan akibat olahraga pagi yang tak terduga. Ia berjalan dengan gontai menuju kelasnya namun ketika melihat jam tangannya, Ia langsung berlari kembali. Sedikit mengatur nafasnya lagi Ia memegang handle pintu sebelum akhirnya membuka pintu dan sedikit mengintip ke dalam. Semua mata langsung tertuju padanya. “Boleh masuk gak?” Ia berucap tanpa bersuara sambil menatap Gina yang juga sedang menatapnya
Gina mengangkat kedua bahunya kemudian menggelengkan kepala, matanya sesekali melirik ke arah dosen yang sedang menerangkan materi di depan kelas.
“Telat dua puluh menit. Sesuai perjanjian bagi mahasiswa yang telat tidak akan diperbolehkan mengikuti kuliah” tiba–tiba terdengar suara sang dosen dari dalam yang menyadari kehadiran mahasiswanya
Kayra langsung membuka pintu kelasnya lebar–lebar “Ibu please, izinin saya ikut kelas ya. Saya kan baru kali ini telat, ya bu ya? Janji bu gak telat lagi” rayunya dengan alis yang saling bertautan, Ia mengatupkan kedua telapak tangan di depan wajahnya dengan kedua kakinya yang sedikit digerak–gerakkan. Ia tidak peduli lagi dengan semua mata yang sudah mengarah padanya. Ada yang berbisik–bisik, menahan tawa bahkan ada yang sudah tertawa menatap lucu Kayra
“Gak ada toleransi Kayra. Kamu sudah telat dua puluh menit. Mendingan kamu tunggu di luar, saya gak terima mahasiswa yang telat. Tutup kembali pintunya”
Wajah cantik Kayra sudah berubah menjadi cemberut, Ia membalikkan badannya dengan satu tangannya yang menutup pintu. Begitu pintu sudah ditutup Ia menghentakkan kakinya kesal bersamaan dengan bibirnya yang juga dicebikkan.
Sebetulnya jadwal kuliah Kayra hari ini dimulai dari jam delapan pagi tetapi berhubung dosen di mata kuliah pertamanya sedang keluar kota maka kelasnya diliburkan dan baru akan dilanjut untuk mata kuliah yang kedua pukul sepuluh pagi. Tapi sayangnya tidur Kayra yang dilanjutkan pagi tadi kebablasan karena semalam terlalu lama menonton drama korea. Ia baru bangun pukul sembilan dan berangkat setengah jam setelahnya. Alhasil inilah yang didapatkannya akibat ketagihan menonton drama korea, telat ngampus.
Langkah kakinya membawa dirinya menuju kantin kampus karena suara teriakan cacing–cacing di perutnya sudah terdengar sejak tadi mengingat dirinya juga yang tidak sempat makan sebelum berangkat. Ia meletakkan tas di kursi sampingnya, memesan sepiring gado–gado beserta lontong yang ditemani dengan es lemon tea. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tas, mengecek satu per satu akun media sosialnya. Tidak ada yang menarik perhatiannya, semua pesan yang masuk hanya dari online shop yang menawarkan barang dagangan mereka. Operator yang selalu rajin mengiriminya pesan setiap hari dan juga dari pesan broadcast yang isinya sangat tidak jelas.
Ia merebahkan kepalanya di atas meja menghadap ke arah kanan. Sungguh sial nasibnya hari ini, diusir dari kelas mata kuliah yang begitu penting di semesternya saat ini. Ini semua gara–gara drama korea sialan itu. Gak cukup bikin gue baper ternyata bikin gue telat juga, rutuknya dalam hati dengan mata yang terpejam.
“Kayra” tiba–tiba Reyhan sudah muncul dihadapannya, Ia duduk di sebelah Kayra dengan kepala yang juga di rebahkan menyamping menghadapnya
Mendengar suara yang tak asing lagi gadis itu membuka mata “Ngapain lo disini?” dahinya sudah berkerut dan alisnya menyatu dengan kepala yang sudah diangkat. Tidak ada raut wajah aneh dan curiga diwajah Kayra ketika menatap pria di depannya ini, Ia tetap beranggapan kalau pria tersebut adalah Keyhan, sosok pria yang dianggapnya sebagai seorang kakak sekaligus sahabat.
Mau ketemu lo lah Ra. Dari tadi gue udah gak sabar mau ketemu lo
“Ini tempat umum kali, semua orang bebas kesini” tangan Reyhan menuntun kepala gadis itu untuk direbahkan lagi dan dengan sangat mudahnya Kayra langsung menurut
“Kamu kenapa sih mukanya bete gitu?” tanya Reyhan
Mata Kayra langsung membulat begitu mendengar Reyhan memanggilnya dengan sebutan ‘kamu’ “Gak usah pake kamu kamu-an begitu Keyhan! Geli tau gak!” Ia mengangkat kepalanya
Tangan Reyhan terulur menuntun kepala Kayra untuk direbahkan kembali dan ajaibnya Kayra langsung menurut. Sambil tersenyum lebar Reyhan menatap Kayra yang tampak cantik hari ini “Loh bukannya kita itu pacaran kan ... ya walaupun pura–pura” ada nada tidak rela saat Ia mengatakan kata terakhirnya
“Tapi kan lagi gak ada Dito disini”
“Kalo kita pura–pura pacaran cuma di depan Dito aja bisa jadi dia curiga lagi sama kita. Bisa aja kan dia nyewa mata–mata buat nguntit kita” Reyhan memang sudah mengetahui soal pacaran pura–pura Kayra dan Keyhan. Ia dengan senang hati akan menjalankan akting pacar pura–pura itu dengan Kayra walaupun dirinya harus mengaku sebagai Keyhan. Dan soal Dito, Ia juga sudah mengetahui semuanya
Kayra menatap sinis ke arah Reyhan “Lo lebay banget! ... Makasih bu” ucapnya bersamaan dengan ibu kantin yang mengantarkan pesanan gado–gadonya. Kayra mengangkat kepalanya yang juga diikuti oleh Reyhan
Reyhan terkekeh geli melihat wajah Kayra yang menurutnya begitu menggemaskan “So, kita akan pura–pura pacaran setiap saat kan? gak harus di depan Dito aja kan? Supaya lebih ng-yakinin si Dito Ra” Ia merangkul bahu Kayra
“Terserah lo, gue laper!” gadis itu mulai menyantap gado–gadonya dan menghiraukan rangkulan Reyhan karena jika disingkirkan Ia juga sudah tahu kalau pria itu akan tetap merangkulnya lagi dan lagi, jadi lebih baik mendiamkannya saja
Melihat Kayra yang makan begitu lahap dan wajah galaknya saat dirinya sesekali menatap Reyhan membuat pria tampan itu tidak dapat menahan tawanya. Kayra benar–benar sangat menggemaskan dan berhasil merebut hatinya. “Pelan–pelan makannya, belepotan nih” Ia mengelap sudut bibir Kayra dengan tissue
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Kayra terpaku menatap Reyhan. Pandangan mata mereka terkunci selama beberapa menit. Menurutnya, ini kali pertamanya Keyhan bersikap seperti itu padanya. Selama ini tiap kali Kayra makan belepotan, Keyhan hanya akan langsung menyodorkan tissue dan membiarkan Kayra mengelapnya sendiri tetapi kali ini berbeda dan sukses membuat jantung Kayra langsung berdegup kencang. “Gue bisa sendiri” buru–buru Ia mengambil tissue ditangan Reyhan dan mengelap sudut bibirnya lalu menyeruput minumannya dan tak lupa juga melepaskan tangan Reyhan dibahunya
Reyhan hanya tersenyum melihat perubahan pada Kayra. Jelas sekali kalau gadis di depannya ini terlihat salah tingkah hanya karena perbuatan sekecil itu.
***
Selesai mata kuliah pertama Rania langsung keluar kelasnya dengan terburu–buru, Ia sudah kebelet ingin ke toilet. Begitu selesai Ia langsung naik lift untuk turun menuju ke perpustakaan kampus. Belum sempat kakinya sampai di perpustakaan yang hanya tinggal sedikit lagi ada yang menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke tangga darurat. Rania berusaha melepaskan cengkraman tangannya itu tetapi semakin Ia meronta, cengkramannya semakin kuat dan membuat tangannya sakit.
“Lepasin Leo!!” bentaknya ketika mereka sudah berada di tangga darurat yang sepi
Pria bertubuh tinggi itu menatap lurus mata Rania tanpa menghiraukan gadis di depannya yang sedang meringis kesakitan akibat cengkraman tangannya itu “Aku akan jelasin semuanya”
PLAAKKK!!
Rania menampar pipi kanan Leo dengan tangan kirinya, menatap tajam pria di depannya, tak ada lagi tatapan cinta seperti biasanya semuanya berubah menjadi tatapan yang penuh dengan kebencian dan rasa jijik “Mau jelasin apa?! Lo mau jelasin kalo ciuman yang lo lakuin sama cewek kemaren itu gak sengaja, iya?! Atau lo mau jelasin kalo ciuman lo yang kemarin itu paksaan dari si cewek, iya?! Sangat jelas kalo lo menikmati ciuman itu!”
“Tapi gue cinta sama lo Ran”
Gadis itu memalingkan wajahnya dengan tawa mengejek bersamaan dengan air mata yang jatuh ke pipinya namun buru–buru disekanya dengan kasar “Jangan pernah bilang cinta ke gue dengan mulut buaya lo itu!! Jijik gue dengernya!! sampai kapan pun gue gak pernah percaya sama semua omongan lo!! dan sekarang, semuanya selesai. Kita udah gak ada hubungan apapun lagi! jadi gue minta sama lo, jangan pernah ganggu gue lagi !!!” nada suara Rania makin meninggi sambil menghempaskan tangan Leo yang masih ada di pergelangan tangannya
Baru selangkah Rania melangkahkan kakinya, Leo sudah menarik tangannya lagi kali ini lebih keras. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga punggungnya terbentur tembok, kedua tangannya memegangi kedua tangan Rania dan mengukung tubuhnya. Wajah Leo makin mendekat ke wajah gadis itu, Rania terus menerus meronta tetapi kekuatan pria ini jauh lebih besar “Lepasin guee!!” Ia berteriak sambil menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menghindari ciuman pria itu yang siap mendarat di wajahnya.
***
“Cukup sekian kuliah hari ini, selamat siang” ucap dosen tersebut lalu pergi meninggalkan ruang kelas
Keyhan memasukkan semua bukunya ke dalam tas kemudian mengecek sebentar ponselnya sambil bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Ia mengabaikan beberapa chat yang masuk ke dalam media sosialnya, menekan tombol tiga yang kemudian langsung tersambung ke nomor saudara kembarnya.
Tut tut tut ...
Tak ada jawaban dari Reyhan. Entah apa yang sedang dilakukan saudara kembarnya itu hingga tidak menjawab telepon darinya. Sedang bersama dengan Kayra mungkin. Keyhan mendesah kesal. Ia pun kembali menekan tombol tiga kemudian menempelkan ponselnya ke telinga.
“Angkat teleponnya somprett” gumamnya sendiri
Keyhan kembali mendesah kesal saat teleponnya tak kunjung mendapat jawaban dari Reyhan. Ia pun membuka salah satu aplikasi media sosialnya, mengirimkan sebuah pesan untuk saudara kembarnya.
To : Reyhan
Angkat tlpon gue woy!
Kelas Rania dimna?
Rania ada dimana kalo jam sgini?
Bales woy!!
Pria tampan itu terus memandangi ponselnya menunggu balasan pesan dari Reyhan tapi apalah daya saudara kembarnya yang tampan itu tetap tidak membalas pesannya. Terlalu sibuk dengan kegiatannya bersama Kayra.
“Kemana sih nih anak?! Awas lo Rey!” ucapnya sebal sambil menatap kesal ponselnya
Tepukan di bahu kanannya mengalihkan tatapan Keyhan dari ponselnya. Ia mengangkat wajahnya yang langsung bertatapan dengan Riyo yang tengah cengar-cengir menatapnya. “Kenapa sih lo Rey? muka lo bingung gitu kayak anak ayam kehilangan induk” Ia terkekeh
Keyhan ikut terkekeh lalu menonjok pelan bahu Riyo “Bisa aja lo” Ia tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya “Yo, lo tau Rania dimana?”
Riyo sedikit memundurkan wajahnya bersamaan dengan alis yang terangkat mendengar pertanyaan Keyhan barusan. Agak kaget dengan pertanyaan Keyhan barusan. “Lu pikir gue emaknya tau dimana Rania? Telepon aja sih, kayak tinggal di zaman purba aja lo” Ia terkekeh
Keyhan menepuk dahinya sendiri. Kenapa Ia tidak kepikiran seperti itu sejak tadi? Padahal sekarang Ia juga sudah menyimpan nomor Rania yang didapatkannya dari Reyhan. Kenapa tidak menelponnya saja sejak tadi? Kalau Ia sudah menghubunginya sejak tadi mungkin saat ini Ia sudah bersama dengan gadis itu.
Tanpa banyak pikir lagi Ia langsung membuka kunci layar ponselnya mencari kontak nama ‘Rania-ku’ yang sudah disimpannya sejak semalam.
“Eh, lo temennya Rania kan? Rania mana? Dicariin nih sama si Reyhan” tiba-tiba saja terdengar suara Riyo yang rupanya sedang berbicara dengan salah satu teman Rania yang tak sengaja melintas di depan mereka. Keyhan yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya langsung mengangkat wajahnya menatap gadis berbaju biru tersebut, menunggu jawaban dari si gadis.
“Mungkin udah ke perpus kali, tadi sih bilangnya mau ke sana balikin buku”
Riyo mengangguk mengerti “Thanks” kemudian membiarkan gadis itu pergi, Ia menoleh ke arah Keyhan “Dia di per—“ Ia melongo saat tidak mendapati Keyhan di sampingnya. Ia pun menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok temannya itu tetapi tetap tidak menemukan Keyhan. Cepat sekali pria tampan itu pergi.
“Sial tuh anak, gue ditinggal”
Setelah mendengar jawaban gadis yang ternyata temannya Rania, Keyhan langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan Riyo. Ia berjalan cepat menuju lift namun sayang lift masih berada di lantai paling atas, akan sangat lama jika Ia menunggu lift itu turun. Ia pun langsung membalikkan badannya berjalan cepat menuju anak tangga darurat.
Keyhan menuruni anak tangga sampai ke lantai dua karena setahu dirinya perpustakaan berada di lantai dua. Tepat di tangga lantai tiga, indera pendengarannya mendengar sebuah teriakan suara perempuan. Ia mengernyitkan dahinya bingung tetapi kakinya terus menuntunnya menuruni anak tangga. Betapa kagetnya Keyhan saat melihat seorang pria yang sedang mengukung seorang gadis yang terus meronta–ronta terhimpit tembok. Keyhan sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat siapa gadis itu. Jantungnya langsung berdegup cepat, darahnya langsung mendidih detik itu juga saat melihat Rania yang ada dikukungan pria sialan itu dan terus menerus menolehkan kepalanya menghindari ciuman darinya.
Tanpa pikir panjang lagi Keyhan langsung menuruni tangga cepat. Kemudian menarik baju bagian belakang Leo dan melemparkan puluhan tinju ke wajahnya sampai akhirnya pria itu jatuh tersungkur dengan punggungnya yang terbentur pegangan besi tangga. Keyhan menoleh ke arah Rania yang sudah menangis, Ia memegang tangan gadis itu lalu menariknya ke belakang tubuhnya.
“Siapa lo? Gak usah ikut campur urusan gue!” bentak Leo sambil menyentuh sudut bibirnya yang berdarah
“Mulai sekarang gue akan ikut campur sama semua urusan Rania. Kalo lo berurusan sama Rania itu artinya lo juga berurusan sama gue!” Keyhan menatap Leo dengan tatapan tajamnya
Leo tertawa meremehkan dengan wajahnya yang sudah babak belur “Atas hak apa lo bicara begitu? lo siapa nya Rania, hah?”
Keyhan mendekati Leo, satu tangannya yang bebas menarik kerah baju Leo dengan pandangan matanya yang tajam “Gue pacarnya Rania! Gue sayang sama dia. Sekali lagi gue liat lo ganggu dia, gue jamin lo akan mendapat yang lebih parah dari ini!” ucapnya tepat di depan wajah Leo kemudian menghempaskan kencang begitu saja tubuh pria itu dan pergi meninggalkannya sambil mengenggam erat tangan Rania
Masih terus menggenggam tangan gadis itu, Keyhan membawanya ke taman kampus yang terlihat rindang dengan banyak pepohonan di sana. “Rey” panggilan Rania membuat Keyhan menghentikan langkahnya kemudian membalikkan tubuhnya, matanya menatap lurus manik mata Rania seakan bertanya ‘kenapa’.
“Sakit” Rania melirik ke arah pergelangan tangannya yang dipegang Keyhan. Pria tampan itu mengikuti arah pandang Rania kemudian langsung melepaskannya
“Sorry Ran”
Gadis itu tersenyum tipis kemudian duduk di kursi taman yang kebetulan ada didekat mereka, Ia mengelus pergelangan tangannya yang sedikit membiru akibat cengkraman kuat Leo tadi. Keyhan menghampirinya dan duduk disampingnya. “Lo gak pa-pa Ran?”
Rania mengangkat wajahnya berusaha tersenyum sambil mengerjap–ngerjapkan matanya menahan air mata agar tidak luber ke pipinya “I’m fine”
“Kalo mau nangis, nangis aja Ran. Gak usah malu sama gue, gue tau kok gimana perasaan lo sekarang”
“Apa pantes gue nangisin pria b******k kayak dia? Air mata gue terlalu berharga Rey”
Keyhan tersenyum “Ya lo bener. Air mata lo terlalu berharga cuma buat nangisin cowok bejad macem dia”
Rania ikut tersenyum kemudian kembali memandangi pergelangan tangannya.
“Dia pacar lo?” tanya Keyhan dengan pandangan lurus ke depan
Gadis di sampingnya mengangkat wajahnya ikut memandang lurus ke depan “Bukan tapi mantan”
“Apa yang bikin lo putus sama dia?” Ia menoleh menatap Rania
Rania balas menatapnya “Apa harus gue cerita sekarang?”
“Astaga, sorry sorry. Gue kelewat kepo kayaknya, lo gak mesti cerita sekarang. Gue ngerti kok” Ia tersenyum. Senyuman yang mampu membuat Rania terpesona untuk seperkian detik.
Hening beberapa saat sebelum akhirnya, “Oh ya Ran soal yang tadi itu—“
“Gue paham kok Rey. Gw gak marah malah gue berterimakasih banget lo udah nolongin gue. Kalo gak ada lo tadi, gue gak tau deh gimana jadinya gue” Ia memotong pembicaraan Keyhan
“Tapi soal perasaan gue tadi itu, gue serius Ran. Gue suka sama lo Rania” jantung Keyhan berdetak dua kali lebih cepat saat mengatakannya
Mulut sialan! Bisa–bisanya gue ngomong begitu disaat keadaannya masih begini. Dan ini masih sangat awal untuk mengungkapkan perasaan.
Rania membeku mendengar pernyataan Keyhan, Ia menatap lurus mata Keyhan yang menyiratkan kejujuran dan ketulusan sampai akhirnya Ia memutuskan kontak mata mereka lalu tertawa kecil “Becanda aja deh lo Rey” Ia memalingkan wajahnya walaupun dalam hati jantungnya berdetak tak karuan kemudian melirik jam tangannya “Gue mesti pulang sekarang kayaknya, gue duluan. Sekali lagi makasih ya” Rania bangkit dari duduknya dan mulai berjalan meninggalkan taman kampus
Udah terlanjur. Gak mungkin gue mundur. Ah masa bodo!
Keyhan bangkit dari duduknya dan sedikit berlari mengejar Rania. Ia menarik satu tangan gadis itu lalu berdiri di hadapannya.
“Gue serius Ran, ya gue tahu mungkin saatnya gak tepat buat gue bilang ini tapi gue serius sama ucapan gue, gue suka sama lo. Tapi gue juga gak akan minta lo buat balas perasaan gue secepatnya karena gue tahu lo gak ada perasaan apapun sama gue ... Kita jalani aja dulu seperti sekarang, biarin semuanya mengalir. Cepat atau lambat gue yakin perasaan lo akan berubah ke gue” Keyhan memegang kedua bahu Rania
Senyuman manis menjadi jawaban Rania atas ucapan panjang Keyhan. Matanya lurus menatap manik mata Keyhan dan secara perlahan Ia menyingkirkan tangan Keyhan dari kedua bahunya masih dengan menatapnya sambil tersenyum “Gue mesti balik sekarang. Thanks Rey” Ia melanjutkan langkahnya dengan debaran jantung di atas normal. Tidak dapat dipungkiri olehnya seperti ada letupan-letupan rasa bahagia saat Ia mendengar ungkapan perasaan dari Keyhan tetapi Ia juga tidak bisa memberikan kepastian langsung pada pria tampan itu mengingat perasaannya sekarang sedang sangat kacau.
Keyhan menatap punggung gadis itu sampai akhirnya hilang tidak terlihat lagi. Ia mengusap wajahnya lalu menghela nafas dengan kedua tangan berada di pinggang. Beginikah rasanya ditolak? Seumur hidupnya baru kali ini Keyhan ditolak oleh seorang perempuan padahal biasanya banyak perempuan yang berlomba-lomba ingin menjadi kekasihnya dan Ia yang menolak perempuan-perempuan tersebut. Tetapi tidak dengan Rania? Gadis itu menolaknya. Tunggu menolak? Bukankah tadi Rania tidak mengatakan tidak dan tidak mengatakan iya juga kan. Apa itu artinya Rania baru saja menggantungnya? Ya bisa saja, gadis itu tengah menggantung nasib percintaannya.
***
Siang berganti menjadi sore, matahari mulai bergerak kembali ke peraduannya. Seorang gadis cantik dengan rambut sepunggung terlihat tengah asik bermain dengan kelinci peliharaannya di halaman belakang rumahnya. Ia menggendong kelinci berwarna abu-abu yang berukuran cukup besar sambil memberinya wortel. Sejak kecil Ia memang sangat menyukai kelinci dan meminta pada ayahnya untuk membelikannya kelinci. Saat kecil dulu Ia pernah memiliki sepasang kelinci yang diberi nama buble dan puple namun sayang sepasang kelinci tersebut mati yang langsung membuat Aya—si gadis cantik itu menangis tersedu-sedu.
Dan beberapa bulan yang lalu kedua abangnya membelikannya sepasang kelinci lagi yang diberi nama Ncup dan Ncep. Jelas nama itu bukan Aya yang memberikannya, sudah pasti itu ulah kedua abangnya. Ncup nama yang diberikan Keyhan dan Ncep nama yang diberikan Reyhan. Walaupun sempat protes dengan nama kedua kelincinya itu tetapi pada akhirnya Aya bisa menerimanya.
“Oke, sekarang Ncup dan Ncep sudah kenyang. Silahkan tidur kelinci-kelinci ku yang manis... tumbuh yang gembul ya sayang” Ia kembali memasukkan kelinci-kelincinya ke dalam kandang
Setelahnya Ia kembali masuk ke dalam rumahnya dengan sebelumnya mencuci tangannya terlebih dulu. “Bunda belum pulang bi?” tanyanya pada Bi Nah yang berada di dapur
“Belum non”
Aya mengelap tangannya pada handuk kecil yang tergantung kemudian melangkah menuju ruang tengah. Ia menyambar remote TV lalu menekan tombol power seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ya beginilah dirinya saat ditinggal oleh bundanya. Bosan. Tadi siang bunda cantiknya itu pergi ke restoran karena ada sesuatu yang ingin diurusnya, bilangnya hanya sebentar tetapi sampai sore begini belum pulang juga.
Gadis cantik itu menyambar bantal sofa dan meletakkan di pangkuannya. Setengah jam Ia serius menonton tayangan di TV tiba-tiba saja Ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba saja datang dan langsung merebahkan kepalanya diatas bantal yang masih berada diatas pahanya. “Astaga!” ucapnya terlonjak kaget lalu menundukkan kepalanya melihat siapa gerangan yang telah mengejutkannya itu
Keyhan menyengir saat melihat adiknya terlonjak kaget dan mendelikkan mata ke arahnya sambil mencebikkan bibirnya sebal. Ia pun kembali menatap ke layar TV membiarkan abangnya berbaring diatas pahanya, hal seperti ini memang sudah sangat biasa bagi mereka. Bahkan terkadang Reyhan ikut pula merebahkan kepalanya di paha adiknya, Keyhan di paha sebelah kiri dan Reyhan di paha sebelah kanan. Dan jika itu sudah terjadi Aya dengan sengaja akan meletakkan bantal di atas kepala kedua abangnya.
“Kenapa bang muka kusut gitu?” tanya Aya saat menoleh sekilas ke arah abangnya. Wajah Keyhan memang terlihat kusut tidak terlihat ceria seperti biasanya. Mungkin karena kejadian saat bersama Rania tadi yang membuatnya menjadi kusut begini
“Bunda mana?” bukannya menjawab Ia malah melontarkan pertanyaan lagi
“Belum pulang dari resto, paling bareng ayah pulangnya”
Ia tidak menanggapi lagi jawaban adiknya dikarenakan ponsel yang berada di saku celananya bergetar tanda ada sebuah pesan masuk. Ia mengernyitkan dahi saat melihat sebuah pesan masuk yang tertera di layar ponselnya.
From : Reyhan
Tlepon gue lg. Nnti gue angkat tlepon lo
Rupanya saudara kembarnya itu baru membalas pesannya yang sudah Ia kirimkan sejak tadi. Bahkan Ia lupa kalau Ia mengirim pesan pada saudara kembarnya tadi.
Bersamaan dengan itu terlihat Reyhan yang baru masuk ke rumahnya. Ia berjalan sambil memainkan ponselnya tidak menyadari ada dua saudaranya yang sedang berada di ruang tengah. Keyhan menyambar bantal sofa lalu melempar ke arah Reyhan dan,
BUGH! Tepat sasaran. Bantal tersebut mengenai kepala saudara kembarnya.
“Telaatt. Gue udah di rumah lo baru bales chat gue. Telat! Gue keburu digantung sama Rania” ujar Keyhan dengan nada sedih saat mengucapkan kalimat terakhirnya
Reyhan yang sudah membalikkan badannya tertawa sambil melangkah ke arah sofa lalu mendudukkan tubuhya di sofa seberang Keyhan dan Aya. Ia meletakkan tas di sebelahnya “Sorry tadi hp gue di tas dan disilent juga” Ia terkekeh melihat wajah lucu Keyhan yang sedang kesal padanya
“Bodo. Gak peduli gue” Keyhan membalikkan badannya memunggungi Reyhan
Suara tawa Reyhan menggelegar melihat Keyhan yang marah padanya. Aya pun tidak dapat menahan tawanya, Ia ikut tertawa kencang melihat tingkah abangnya.
“Assalamualaikum, bunda pulang” tiba-tiba terdengar suara bundanya yang langsung menghentikan tawa Reyhan dan Aya. Ia menolehkan kepalanya melihat bunda beserta ayahnya yang jalan beriringan menuju sofa.
“Waduh anak bunda lagi kumpul nih. Lagi pada ngapain sih?” Kazna sudah duduk di sebelah Reyhan
Aya menatap Reyhan sambil menahan senyumnya kemudian melirik ke arah Keyhan yang sepertinya sedang berpura-pura tidur.
“Loh, Keyhan kenapa? Sakit?” tanya Rean bingung saat melihat Keyhan yang berbaring miring di sofa
“Key kamu kenapa? Sakit? Kepalamu pusing?” tanya Kazna mulai khawatir
“Gak bun. Cuma ngantuk aja” Ia bangkit dari tidurnya, menyambar tasnya dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua
Kedua orang tuanya menatapnya bingung “Abangmu kenapa sih?” tanya Rean menatap Aya dan Reyhan bergantian tetapi mereka berdua hanya mengedikkan bahunya.
“Udah ah aku mau ke kamar, mau mandi” Reyhan bangkit dan menuju kamarnya diikuti Aya di belakangnya
Rean masih menatap Reyhan dan Aya yang menaiki anak tangga sambil sesekali cekikikan bersama “Mereka kenapa sih bun? yang satu galau banget, yang duanya lagi seneng banget cekikikan gitu”
“Biasa lah Mas. Anak muda, kayak gak pernah muda aja” Kazna beranjak dari duduknya menuju ke kamarnya
“Loh aku kok ditinggalin sih bun. Yank ...” Rean ikut beranjak dari duduknya menyusul istrinya ke kamar