Resmi Bercerai

1123 Words

Beberapa waktu kemudian Ayara duduk di sudut kamar, helaan nafasnya berat, tapi tak lagi dipenuhi isak. Air mata yang dulu mudah tumpah, kini hanya tersimpan dalam sorot matanya, tenang tapi sangat dalam. Ayara yang dulu pernah mempercayai cinta dengan sepenuh jiwa. Ia membangun rumah tangga dengan cinta, kasih sayang, doa dan kesetiaan. Kini telah hancur karena sebuah pengkhianatan. Tidak ada pondasi yang cukup kuat ketika pengkhianatan mengetuk pintu. Suaminya, lelaki yang dulu ia sebut belahan jiwa, telah memilih jalan lain, jalan bersama perempuan lain. Hari saat surat cerai itu ditandatangani, Ayara tak menangis. Bukan karena tak sakit, tapi karena ia sudah menangisi semuanya jauh sebelum itu. Yang ia rasakan kini bukan lagi kehilangan, tapi kehampaan yang asing. Seperti bayanga

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD