Chapter 3

1429 Words
Gadis bersurai hitam legam senada dengan iris hitamnya, wajahnya yang terpahat layaknya titisan Dewi Yunani dan tubuhnya yang terlihat sangat sexy itu kini tengah berjalan dengan angkuhnya memasuki gedung perkantoran yang sangat megah. Heavenia Verleon / Ivy, siapa yang tidak mengenal kecantikan dan juga kecerdasan yang dimilikinya. Ivy disambut dengan hangat oleh para pegawai kantor di tempatnya kini ia berada, Ivy tersenyum hangat sambil melambaikan tangannya sedikit menyapa para karyawan yang tengah berlalu lalang untuk mencari makan siang. "Selamat siang, Nona Ivy," sapa mereka semua. "Sudah kukatakan untuk memanggilku Ivy," rengek Ivy seperti anak kecil, dan tingkahnya itu membuat para karyawan tersenyum seraya tertawa kecil melihat keluguan sang Nona adik dari CEO di mana mereka bekerja. "Maafkan kami Nona, kami tidak bisa melanggar peraturan. Jika Tuan Zerfist mendengarnya kami akan dipecat," jawab salah satu dari mereka sambil menahan tawa kecil. "Baiklah, aku akan pergi menemuinya dulu. Have a nice day, Everyone," jawab Ivy sambil tersenyum ramah, dan mereka kembali tertawa kecil melihat keceriaan Nona muda mereka. Ivy memasuki benda kotak persegi dengan pintu berlapis emas itu yang terhubung langsung ke ruangan CEO. Ivy menekan tombol lantai paling atas dan benda kotak persegi itu meluncur dengan cepatnya dan hanya memerlukan waktu 5 detik untuk sampai di lantai teratas. Ting Terdengar tanda jika besi kotak persegi itu telah sampai di lantai paling atas, Ivy melangkahkan kaki jenjangnya dengan lembut tanpa mengeluarkan suara. Dilihatnya salah satu sekretaris Zerfist tengah menyambutnya dengan wajah sumringah. Jangan salah, Zerfist memiliki 4 sekretaris untuk membantu pekerjaannya. "Selamat siang, Nona Ivy. Tuan Zerfist sudah menunggu Anda," sapa sekretaris cantik itu, Ivy kembali memamerkan senyum ramahnya lalu mengangguk. Diketuknya pintu ruangan Zerfist, lalu sekretaris cantik bernametag Isabella itu mempersilakan Ivy masuk. Ivy memasuki ruangan luas itu dan mendapati Zerfist yang tengah duduk di belakang meja kerjanya sambil memainkan wine di gelas kristal di tangannya. "Terlalu siang untuk mabuk, Kakak, " ucap Ivy dengan senyum ramahnya. Zerfist tidak menjawab, tatapan tajamnya kini hanya tertuju pada wajah cantik sang adik. Zerfist meletakkan gelas kristal itu lalu mendekati Ivy dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas saat lelaki tampan itu sudah berada di hadapan Ivy. Ivy yang hanya setinggi dagunya itu menaikkan satu alisnya dengan senyum remeh menghiasi wajah cantiknya, Zerfist terkekeh melihat tingkah Ivy yang terkesan berani menatapnya. Zerfist mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga sang adik. "Ikat rambutmu jika kau tidak mau aku terkam saat ini juga," bisiknya lalu menjauhkan wajahnya dari Ivy, Zerfist sangat sulit mengendalikan diri jika sudah berada di dekat Ivy. Ivy hanya terkekeh lalu mengikat rambut hitam panjangnya tinggi-tinggi, dan kini ia terlihat semakin sexy dengai pakaian dress biru muda yang mengekspos leher jenjangnya dan pakaiannya hanya setinggi lutut dengan heels yang tidak terlalu tinggi. "s**t! Kau membuatku terangsang. Aku tidak ingin tahu kau harus bersamaku hari ini, Ivy," ucap Zerfist saat membalikkan tubuhnya dan mendapati Ivy semakin terlihat sexy di matanya. Ivy mendekat lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Zerfist, mengecup bibir lelaki tampan itu singkat sambil berbisik. "Cepat katakan apa yang harus aku kerjakan sebelum aku membuatmu seperti Spade," bisikan Ivy terdengar sangat sexy di telinga Zerfist. Zerfist menjauhkan tubuhnya dari Ivy agar ia dapat lebih berkonsentrasi, Zerfist kembali duduk ke kursi miliknya sambil meletakkan beberapa dokumen di atas meja kerjanya. Ivy yang mengerti itu langsung saja duduk di pangkuan Zerfist sambil membaca dokumen di hadapannya. Zerfist menutup matanya menahan gairah yang ia pendam saat memangku Ivy, aroma lavender bercampur green tea tercium di penciuman Zerfist. Zerfist langsung saja menciumi leher jenjang Ivy dengan lembut, tanpa merasa terganggu Ivy terus memeriksa dokumen yang ia tengah pelajari saat ini. Ivy mengernyitkan dahinya saat menemukan sesuatu yang janggal, saat Ivy ingin bertanya Zerfist langsung saja meremas p******a Ivy dengan sedikit kencang. "Berhenti atau kau ingin aku mematahkan tanganmu?!" ancam ivy dan sukses membuat Zerfist terkekeh. "Baiklah, maafkan aku, My Dear." jawab Zerfist, Ivy hanya memutar bola matanya jengah. "Ini lihatlah, ada beberapa kata yang ambigu dalam isi kontrak itu. Aku yakin kau memahaminya hanya saja kau tidak membacanya." Ivy menunjukkan salah satu dokumen di tangannya. Zerfist memperhatikan rangkaian kata yang menurut Ivy ambigu dan Zerfist kini memahaminya. Perusahaan berlian itu telah menipunya yang kini ia harus merugi sekitar 10 juta US dollar. Zerfist meletakkan berkas itu di atas meja dan kembali memandang Ivy. "Apa ada lagi?" "Sejauh yang k****a hanya itu yang menjanggal dan membuat kita rugi, kau harus berhati-hati dalam mendatangani sebuah kontrak, Kakak. Atau posisimu akan digeser oleh Spade." Ivy memperingati, Zerfist tersenyum miring. "Jadi kau mengkhawatirkanku?" tanya Zerfist. "Tidak, aku hanya menyarankan, jika Spade melangkahimu pun aku tidak peduli," jawab Ivy langsung beranjak dari pangkuan Zerfist. Tetapi Zerfist tidak membiarkan Ivy untuk pergi begitu saja, Zerfist menarik lengan Ivy hingga gadis itu kembali terduduk di pangkuan Zerfist. Kembali Zerfist berbisik di telinga Ivy. "Aku ingin melakukannya sekarang," bisik Zerfist lalu menjilat telinga Ivy. "Ugh ... tapi aku memiliki urusan lainnya." Ivy mencoba melepaskan pelukan Zerfist. "Aku akan memberikanmu waktu libur selama 10 hari, jika kita melakukannya sekarang." Zerfist kembali beraksi dengan memberikan iming-iming. "Benarkah? Baiklah cepat lakukan!" jawab Ivy yang kini bersemangat setelah mendengar kata 'liburan'. Zerfist tersenyum miring, lelaki tampan itu langsung saja membalikkan tubuh Ivy dan mencium bibir ranum Ivy dengan ganas. Diremasnya d**a Ivy hingga membuat gadis itu mendesah. Tidak membutuhkan waktu lama, Zerfist langsung saja menurunkan dalaman Ivy yang berwarna hitam dan melemparnya ke bawah. Dengan bibir mereka yang masih saling bertautan, Zerfist langsung saja memasukkan dua jarinya ke dalam liang milik Ivy. Zerfist mulai menggerakkan tangannya maju mundur hingga membuat Ivy melepaskan tautan bibir mereka dan kembali mendesah. "Ahh ... Zerfist ... lebih cepat!" desah Ivy yang kini melengkungkan tubuhnya. Zerfist tidak menyia-nyiakan momen itu, Zerfist langsung saja membuka pakaian Ivy dengan satu tangan. Matanya menajam saat melihat apa yang dilihatnya. "s**t! Kau tidak memakai bra? Aku akan menghukummu, Gadis Kecil," umpat Zerfist yang langsung saja menghisap d**a Ivy dengan gemas. "Ahh ... Zerfist." Ivy kembali mendesah hampir berteriak karena Zerfist memainkan tangannya dalam liang miliknya, Ivy mencengkram pinggiran meja di belakangnya. Dengan cepat Zerfist melepaskan celana panjangnya dan menampilkan kejantanannya yang sudah mengeras. Saat Ivy hampir saja o*****e, Zerfist menghentikan aktivitasnya lalu mengeluarkan kedua jarinya. "Seperti biasa kau selalu siap jika ingin kumasuki," ucap Zerfist yang langsung saja menancapkan kejantanannya miliknya ke dalam liang milik Ivy. "Ahh … ini ... terasa penuh," ucap Ivy mendesah merasakan kenikmatan. Zerfist langsung saja menggerakkan pinggulnya saat Ivy masih berada di pangkuannya. "Ahh ... Zerfist ... lebih cepat," desahan Ivy menghiasi ruangan besar itu. "Ya, terus panggil namaku, My Dear," jawab Zerfist sambil mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga akhirnya mereka mencapai puncak bersama, Ivy menyandarkan tubuhnya di tubuh Zerfist. Zerfist yang masih bertenaga kini membawa Ivy ke dalam kamar pribadinya di dalam ruangan kerjanya. Kembali, Zerfist memaju mundurkan pinggulnya untuk mencari pelepasan selanjutnya. Ivy kembali mendesah nikmat dengan mencengkram tangan Zerfist, meski sudah sering dimasuki kewanitaan Ivy masih saja selalu sempit dan memanjakan kejantanan miliknya. Hingga akhirnya mereka melakukan beronde-ronde kegiatan percintaan panas itu dan juga dengan berbagai gaya hingga membuat Ivy mendapatkan kepuasan miliknya. Mereka berdua jatuh bersama di atas ranjang dengan Zerfist memeluk tubuh Ivy dari belakang. "Aku mencintaimu, Ivy. Aku benar-benar mencintaimu," bisik Zerfist di telinga Ivy. Ivy yang mendengar itu hanya diam tidak menanggapi, Ivy melepaskan pelukan Zerfist begitu saja lalu mengambil pakaiannya yang berada di ruang kerja Zerfist dan memakainya. Setelahnya cukup rapi dan saat menoleh ke belakang ia mendapati Zerfist yang kini juga sudah rapi dengan pakaian kerjanya. "Aku akan pulang," ucap Ivy lalu kembali menggerai surai indahnya, Zerfist hanya mengangguk lalu menarik tubuh Ivy dan kembali mengecup kening gadis itu. "Aku mencintaimu," ucapnya lagi, Ivy hanya tersenyum manis lalu meninggalkan ruangan Zerfist. Sepanjang perjalanannya menuruni gedung pencakar langit itu ia kembali tersenyum ramah pada semua karyawan, hingga akhirnya ia keluar gedung dan mendapati mobilnya sudah terparkir di sana. Ivy mengernyit lalu tiba-tiba saja ponsel miliknya bergetar, Ivy mengangkat sambungan telepon itu tanpa melihat siapa yang tengah menghubunginya. "Ivy, aku tidak bisa menjemputmu jadi aku kirimkan mobil milikmu ke kantor," ucap seseorang di seberang. "Baiklah, Spade, terima kasih," jawab Ivy lalu menutup sambungan telepon itu begitu saja, baginya tidak terlalu penting ia akan dijemput atau pulang sendiri. Ivy melangkahkan kakinya mendekati mobil sport miliknya, seseorang mendekat dan memberikan Ivy kunci mobil miliknya. Ivy tersenyum dan berterima kasih, gadis itu kembali melangkahkan kakinya memasuki mobil sport miliknya dan meninggalkan gedung pencakar langit itu dengan kecepatan sedang. Hingga ia melewati perempatan yang kini lampu lalu lintas menandakan bahwa ia harus melajukan mobilnya. Ivy melajukan mobilnya, tetapi sebuah mobil dari arah kiri dengan cepat menabrak mobil miliknya. Braaakk Sreeekkk Tiiiiinnnn ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD