Chapter 2

1327 Words
Cahaya matahari menyinari wajahku hingga aku terbangun dari tidur lelapku, mengerjapkan mata sesaat membiasakan cahaya terang itu. Kuedarkan mata untuk melihat sekelilingku, dan aku tidak mendapatkan iblis cantik yang semalam menguras tenagaku. Untung saja aku dapat memuaskannya, jika tidak sudah dipastikan aku tidak bisa berjalan hari ini. Kulihat jam di atas nakas dan tertera pukul setengah tujuh pagi, aku bangkit dari ranjang dan berlalu ke kamar mandi. Mendinginkan tubuhku di pancuran air shower yang kini sudah membasahi seluruh tubuhku, kuingat-ingat kembali apa yang sudah terjadi semalam dan sukses membuat juniorku kembali menegang. Matanya, bibirnya, seluruh wajahnya, lehernya, dadanya yang membuat semua lelaki ingin meremas dan mencicipinya, tubuh indahnya, dan yang terakhir yang kembali membuatku b*******h adalah liang kenikmatannya benar-benar membuatku menginginkannya lagi dan lagi. Ivy, gadis itu benar-benar membuatku tergila-gila. Tubuhnya bagaikan magnet yang selalu menarik perhatian semua orang, dan bibirnya bagai morfin yang selalu ingin kuhisap. Katakan aku sudah gila, aku tidak peduli. Salah satu lelaki b***t yang sudah memerkosa adik tirinya sendiri, hingga membuat gadis itu berubah menjadi iblis cantik yang menyeramkan. Aku tahu, Ivy pasti membenci kami. Ya kami, ketiga kakak tirinya yang dengan tega melakukan hal b***t terhadap adik kami sendiri. Dan sialnya, setelah kami melakukan yang kesekian kalinya aku tidak merasakan hal yang sama saat bercinta dengan wanita lain. Jika ia tahu aku bermain dengan wanita lain, Ivy pasti akan menghukumku dengan bercinta dengannya hingga membuatnya puas. Dan yang paling parah dari semua hukuman yang ia berikan, ia sudah pernah mematahkan tangan dan tulang rusukku. Ivy, iblis cantik yang mengerikan. Bagaimana tidak? Kekuatan tubuhnya melebihi kekuatan tubuh seorang pria. Bahkan ia bisa membela diri yang kini kami tahu ia adalah lulusan dari Marine Corps Martial Arts Program, menggunakan teknik ini pada seseorang, pilihan yang tersisa hanyalah orang tersebut mati atau tersiksa. Kung fu, Taekwondo, Karate, Muay thai, Aikido, dan Anggar. Dari mana gadis berusia 19 tahun itu dapat mempelajari semuanya dengan sempurna? Siapa sebenarnya Heavenia Valkyrie itu? Oh, ayolah kami semua hampir mati jika saja ayah tidak menghentikan iblis cantik itu. Seperti yang kita ketahui, kami telah membangunkan singa yang lapar saat kami bertiga berhasil memerkosanya. Dan syukurlah Ivy tidak memberitahukannya pada ayah, jika ayah tahu kami telah memerkosa anak gadis tercintanya, tamatlah riwayat kami. Setelah selesai membersihkan tubuhku dan memakai pakaian kampusku, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku. "Tuan muda, waktunya sarapan pagi. Anda ditunggu oleh Tuan Muda lainnya dan Nona Ivy di meja makan," ucap seorang maid. "Ya, aku akan turun sebentar lagi." jawabku. Aku bergegas turun, tidak ingin mendapatkan tatapan tajam dari iblis cantik yang membuat juniorku menegang itu. Setelah sampai aku melihat Spade dan Zerfist yang tengah tersenyum sambil menatap adik sialanku yang terlalu cantik itu. "Selamat pagi," sapaku dan mereka bertiga kini menatapku. "Pagi, bagaimana malam hukumanmu itu?" jawab Spade sambil terkekeh melihatku. "Sangat menyenangkan hingga aku bisa memuaskan adikku tercinta," jawabku dengan seringaian. Dan kulihat Ivy hanya memutar bola matanya jengah, Spade terkekeh lalu mengelus kepala Ivy dengan sayang yang duduk di sampingnya. Zerfist yang berada di hadapan Ivy hanya tersenyum dalam diam menatap dalam-dalam, aku dapat melihat matanya yang terus memuja wajah Ivy. Sikap Ivy di rumah dengan di kampus jauh berbeda, jika di rumah ia akan menjadi dingin dan tidak tersentuh maka di kampus dia akan menjadi gadis hangat, penuh keceriaaan, baik hati, dan ramah. Sungguh menarik bukan adik kecil kami tercinta ini? Ya sangat menarik hingga aku tidak membiarkan lelaki mana pun yang berani mengencaninya. Berbeda dengan Zerfist dan Spade. Zerfist lebih suka membiarkan Ivy bebas, sambil menebarkan ranjau di sekitar adiknya itu. Jika Ivy terkena ranjau yang telah dibuat olehnya, maka Zerfist yang akan menghukum Ivy sesuka hatinya. Zerfist adalah tipe orang yang mengerikan dan licik daripada diriku dan Spade. Sedangkan Spade, lebih suka bermain-main dengan Ivy. Spade lebih menyukai kebersamaan dengan Ivy dan yang membuat Ivy menyukai Spade adalah karena sikap patuh Spade pada adik kecil kami. Karena itu Ivy tersenyum lembut hanya pada Spade, tidak denganku begitupun Zerfist. "Ivy, siang nanti aku ingin kau ke kantorku mengurusi beberapa hal penting," ucap Zerfist yang biasanya ia hanya memilih diam ketika di meja makan daripada berbicara dengan kami. "Tidak ada s*x siang hari, sekretaris cabulmu itu selalu saja mengganggu. Ingin sekali aku mematahkan leher wanita itu," jawab Ivy yang sepertinya kesal. "Tenang saja, aku sudah mengatur semuanya. Jadi, tidak akan masalah jika melakukannya," jawab Zerfist dengan seringaiannya. Ah, aku tahu. Zerfist kembali membuat jebakan kecil untuk Ivy, apakah Ivy akan terpancing atau tidak kali ini? Jika ivy menolak berarti malam ini adik kecil kami itu harus melayani Zerfist, jika ia menerima kemungkinan Zerfist tidak akan melepaskan Ivy hingga menjelang malam hari. Ivy benar-benar harus berpikir untuk mencari celah dalam rencana Zerfist kali ini. "Apa yang harus aku urusi sehingga kau meminta bantuanku? Tidak mungkin juniormu itu yang meminta bantuan untuk dipuaskan, bukan?" tanya Ivy dengan tatapan tajamnya. Gotcha, sudah kuduga Ivy adalah gadis yang pintar. Ia mendapatkan celah untuk menghindari dari jebakan Zerfist. Aku sedikit senang dengan kepintaran Ivy, tetapi akan sangat menyebalkan jika ia tahu rencanaku saat aku ingin menjebaknya. Sial! "Tentang kontrak dengan Zefelin Corp, aku ingin kau mempelajarinya dan dapatkan celah untuk membatalkan kontrak dengan perusahaan berlian itu," jawab Zerfist yang sepertinya sudah menyiapkan bahan untuk menutupi celah kegagalannya. "Perusahan menyebalkan itu kembali berbuat ulah? Baiklah aku akan datang setelah mata kuliahku hari ini selesai," dengus Ivy, ia bangkit dari kursinya setelah ia melihat ponsel miliknya. "Ada apa?" tanyaku padanya. "Aku akan berangkat bersama temanku, ia sudah datang untuk menjemputku. Kalian bisa pergi tanpaku," jawabnya buru-buru mengecup bibir kami satu per satu lalu beranjak pergi begitu saja. Setelah kepergian Ivy Spade terkekeh sambil tersenyum miring ke arahku. "Apa?" tanyaku lalu menyuap pancake yang tersaji di depanku. "Kau akan membiarkannya? Yang menjemputnya itu adalah seorang lelaki bernama Raven yang sudah lama mengincar Ivy," jawab Spade dengan seringaiannya, benar-benar ingin kuhajar wajah tampannya itu. "Tidak ada yang bisa mengambil Ivy dari kita, Ivy hanya untuk kita selamanya. Kalian tidak keberatan, bukan? Jika kalian keberatan dan ingin mengambil Ivy hanya untuk kalian sendiri ... kupastikan kalian akan menyesal terlahir di dunia." Aku bergidik ngeri saat Zerfist mengatakan itu. Aura lelaki yang sialnya juga tampan itu sangat mengerikan, ia bisa melakukan apa pun dengan uang atau bahkan tanpa uang sekalipun. Benar-benar menyeramkan, aku lebih memilih cara hidup yang aman. Terbesit di kepalaku untuk melepaskan Ivy dengan adik dan kakakku, tetapi sialnya tubuhku menginginkan adik kecilku itu. "Aku tidak keberatan berbagi Ivy denganmu, karena aku tahu kau tidak akan melukai Ivy," jawab Spade dengan senyum miringnya. Melukai? Yang benar saja, bahkan Ivy sudah seperti monster dengan kekuatannya yang melebihi dari pria. Siapa yang bisa melukainya jika bukan dirinya sendiri? Ya, dirinya sendiri. Kami sempat hampir kehilangannya setelah percobaan bunuh dirinya yang ke 5 kali hingga kami harus menjaganya. Memang fisik gadis itu kuat, sayangnya mentalnya tidak cukup kuat untuk menghadapi kami. Dan tentunya Zerfist menggunakan kelemahan Ivy untuk mendapatkan perhatian Ivy, menjengkelkan. "Aku tidak keberatan, lagi pula sejak dulu kita selalu saja berbagi, bukan?" jawabku pada akhirnya dan kini aku melihat seringaian di wajah Zerfist yang membuatku merinding dan Spade hanya tersenyum miring. Keluargaku gila? Ya, kami memang gila. Kami menjadi gila setelah kedatangan Ivy di hidup kami. Dan semua itu karena Ivy, sempat kami ingin menjebak Ivy dengan bisa menghamilinya. Akan tetapi gadis itu terlalu pintar, cerdas, picik, dan licik untuk kami hadapi. Segala cara kami pernah lakukan untuk membalas perlakuannya yang kasar karena telah mematahkan tangan dan tulang rusukku, mematahkan kedua kaki Spade dan membuat Zerfist bertekuk lutut padanya di depan semua orang. Harga diri Zerfist benar-benar jatuh pada saat itu. Tetapi semua terbayar dengan tubuhnya yang memuaskan hasrat kami pada wanita, tubuhnya yang membuat kami bertekuk lutut padanya, dan tubuhnya yang menguasai akal pikiran kami. Sial, benar-benar sial, tetapi aku menyukainya dan menikmatinya. Ya, untuk saat ini. "Baiklah kami berangkat dulu. Spade, kau yang bawa mobil," ucapku lalu beranjak diikuti Spade. "Ingatkan Ivy untuk ke kantorku," ucap Zerfist lalu menyeruput tehnya. Aku hanya mengangguk lalu meninggalkan mansion besar itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD