1. About time.

1879 Words
Kerajaan Phoenix. Sebuah peti mati baru saja terbuka. Asap tebal menyelimuti lalu perlahan menghilang. Dua burung Phoenix terbang mendekat dan menyatukan kekuatan mereka. Membentuk sebuah sinar terang lalu terarah pada sosok wanita cantik yang berada didalam peti. Sinar terang itu masuk kedalam tubuh wanita tersebut hingga tubuh wanita tersebut terangkat dari dalam peti. Perlahan satu bayangan burung Phoenix kecil keluar dari sinar kekuatan tersebut. "Yang Mulia Ratu Ellina, sudah saatnya Yang Mulia bangun." Dalam hitungan detik dua mata wanita tersebut terbuka. Menatap tajam lurus keatas lalu beralih kesekitarnya. "Selamat datang Yang Mulia, hukuman 729 tahun Yang Mulia jalani telah usai. Kini saatnya Yang Mulia bangkit dari tidur panjang." Tatapan tajam wanita tersebut meluruh dan perlahan melunak. Tersenyum lembut lalu kedua kakinya turun untuk berjalan. "Kenzie Alexis Reegan, Alvian Raitrama, Aaric Leighton Blade dan Lykaios Canuto." "Yang Mulia," Ellina menoleh menatap burung kecil tersebut. "Jangan memerintahku! Aku lah Ratumu, pemilik dirimu dan kekuatanmu!" "Ampun Yang Mulia," "Maaf, aku sedikit kasar." Ellina memegang kepalanya yang pusing. "Itu karena darah dan kekuatan dalam tubuh Ratu belum bisa berbaur dengan baik," Ellina mengangguk mengerti. "Katakan," "Masa pembangkitan Yang Mulia telah tiba. Yang Mulia hanya mempunyai satu kesempatan untuk merubah dan memperbaiki semuanya." "Bagaimana dengan mereka semua? Mereka yang telah mati." "Pengorbanan Yang Mulia adalah kehidupan bagi mereka. Mereka yang telah mati, akan dibangkitkan kembali. Namun, semua memory tentang Yang Mulia, akan dihapus dari ingatan mereka." "Lalu?" tanya Ellina lagi. "Hanya mereka yang selamat dari kekuatan Phoenix lah yang masih memiliki ingatan yang utuh tentang Yang Mulia." "Apakah mereka benar-benar akan dibangkitkan dan kembali hidup?" tanya Ellina berbinar. "Benar Yang Mulia," "Dan tentangku. Apakah aku akan berubah menjadi manusia biasa saat kembali kedunia manusia?" tanya Ellina lirih. "Yang Mulia, dalam tubuh Yang Mulia telah mengalir darah beberapa klan. Yang Mulia ditakdirkan abadi dengan kata lain, Yang Mulia bukan lagi manusia meski akan terlempar kedunia manusia." Ellina bernapas lega. Itu artinya dirinya memiliki waktu yang cukup untuk mencari mereka semua. "Aku mengerti," "Yang Mulia, pilihan Yang Mulia telah merubah segalanya. Yang Mulia akan kembali dilempar kedunia manusia dalam waktu yang berbeda. Semua waktu telah diubah." Ellina menatap burung Phoenix kecil itu tak mengerti. "Maksudmu?" "Yang Mulia akan mengerti saat Yang Mulia telah ada didunia manusia. Semua hidup Yang Mulia akan berubah dari hidup awal Yang Mulia dulu." Ellina diam. Entah kenapa hatinya begitu takut jika tak dapat bertemu dengan Kenzie dan empat pengawalnya. "Apakah ingatanku benar-benar akan terhapus seluruhmya?" "Ampun Yang Mulia, namun itu adalah sebuah resiko dari pilihan kehidupan Yang Mulia pilih." Ellina mengangguk. "Benar, aku hanya perlu berusaha mencari mereka. Memperbaiki keadaan dan merubah segalanya." ucap Ellina dalam hati. Perlahan Ellina tersenyum. "Jika aku sudah bertemu mereka semua. Apa yang akan terjadi?" "Perlahan ingatan Yang Mulia akan pulih seiring kekuatan Phoenix dalam tubuh Yang Mulia yang akan semakin kuat. Karena kami telah memutuskan untuk tetap memilih Yang Mulia." Ellina berjalan menatap keluar istana. "Aku rindu rumahku, Orangtuaku, Hyroniemus, dan mereka. Aku berharap perputaran waktu yang kau bilang adalah saat aku masih bersama kedua orangtuaku. Aku berharap kembali pada masa itu. Pada masa waktu kebelakang atau masa lalu," Burung itu diam. Ellina kembali menoleh kebelakang dan menatap burung tersebut. "Baiklah, aku sudah siap. Kembalikan aku kedunia manusia," Burung tersebut terbang tinggi dan mengeluarkan api kuningnya. Perlahan api itu semakin membesar dan membakar tubuh Ellina. Ellina berteriak kesakitan menahan api yang membakar seluruh tubuhnya. "Wahai Yang Mulia Ratu Ellina, Ratu akan dikembalikan kedunia manusia dengan semua ingatan yang terhapus. Yang Mulai hanya akan memiliki satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Hingga semua menjadi kian baik seperti Yang Mulia harapkan." Api itu semakin membesar hingga seluruh tubuh Ellina perlahan menghilang. Terbakar dengan semua ingatan Ellina yang juga terhapus. Burung itu meredakan apinya saat tubuh Ellina telah menghilang. Menatap sisa-sisa apinya yang perlahan hilang. "Yang Mulia, kami hanya bisa memutar waktu kebelakang seperti Yang Mulia harapkan. Tapi tidak dengan orangtua Yang Mulia, karena semua akan berbeda. Yang Mulia akan bertemu dengan mereka dalam masa yang benar-benar berbeda. Kami disini tetap menunggu Yang Mulia untuk kembali memanggil kami. Karena kami telah hidup didalam diri Yang Mulia," *** Dunia manusia. Kenzie menatap hamparan luas dengan seluruh bunga yang bermekaran. Taman luas yang ia buat adalah untuk kembalinya Ellina. Tak hanya itu, Kenzie telah mendirikan sekolah terbaik untuk mempermudah menemukan Ellina. Hyroniemus Academy, sebuah sekolah ternama dan terbaik dengan deretan guru profesional yang ahli di bidangnya. Meski Kenzie tak pernah mengurusi sekolah tersebut, Hyroniemus dikekola oleh seorang manusia biasa. Kenzie menatap kosong dengan ingatan tragis yang membuatnya kehilangan Ratunya. Pengorbanan yang Ellina pilih telah menutup semua portal kecuali portal dunia manusia. Bahkan semua klan benar-benar musnah termasuk kerajaan Hyroniemus. Kenzie terkurung dalam sebuah portal tipis milik Naga hitam dari neraka. Semua karena untuk melindungi Kenzie dari api Phoenix yang mampu melumat siapa pun. Sebuah kesepakatan tanpa persetujuan Kenzie. Naga hitam dari neraka telah menyetujui permintaan Ellina sebagai pemilik Phoenix dengan pengorbanan hidup, kebahagiaan, cinta, dan kekuatan yang Ellina miliki. Semua demi harapan Ellina yang ingin merubah segalanya. Keluarganya, hidupnya dan perdamaian antar klan. Karena naga hitam dari neraka begitu percaya pada kemurnian hati Ellina. Begitu percaya pada tekat Ellina yang begitu mulia. Seorang pria tinggi dengan semua pakaian rapi menghampiri Kenzie. Membuat Kenzie menoleh sesaat. "Yang Mulia, peti mati Lykaios Canuto mengalami keanehan," Kenzie diam terpaku dan kembali menatap pria di hadapannya. "Keanehan?" "Benar Yang Mulia, portal tipis yang melindungi tubuh Lykaios sejak kejadian pengorbanan Yang Mulia Ratu dengan kekuatan Phoenixnya telah menghilang." "Avram, ini sudah berapa tahun?" "729 tahun Yang Mulia." Kenzie diam dan berpikir. "Ini aneh," Ya, kejadian pengorbanan Phoenix menyisakan luka mendalam. Lebih dari itu, tanpa sepengetahuan siapa pun, Ellina masih sempat melindungi tubuh Lykaios dari kepunahan seperti klan lainnya yang terbakar tanpa sisa sebelum api Phoenix itu membakar tubuh Ellina. Sedangkan Kenzie dan Ernest selamat dari semua karena portal pelindung dari naga hitam milik Kenzie. Portal peri dari Ellina berbuah manis. Hasilnya tubuh Lykaios tetap utuh meski Lykaios tetap mati. Saat Kenzie kembali ke Hyroniemus, matanya hanya dapat menemukan lahan kosong gersang dengan tanah hitam terbakar dimana-mana. Namun sebuah cahaya putih yang merupakan portal pelindung, melindungi tubuh Lykaios dengan baik. Kenzie dan Ernest membawa tubuh Lykaios dalam sebuah peti mati dan selalu memantau perubahan pada portal pelindung tubuh Lykaios. Kenzie terkejut dan langsung menatap Ernest. "Mungkinkah sekarang aku bisa membangkitkan Lykaios?" Tanpa mendengar jawaban dari Ernest, Kenzie langsung belari masuk kedalam rumahnya. Turun kelantai bawah dimana tempat peti mati Lykaios berada. Kenzie menatap peti tersebut, membuka pelan lalu menatap tubuh Lykaios yang tak sepucat dulu. Dengan cepat Kenzie menggoreskan tangannya dengan kuku panjangnya. Darah perlahan keluar  Kenzie memiringkan tangannya dan menjongkokkan badannya. Meletakkan tangannya tepat diatas mulut Lykaios. Darah Kenzie yang mengalir jatuh tepat dimulut Lykaios. Teserap kedalam tubuh Lykaios hingga tubuh Lykaios terlihat semakin hidup. Ernest yang melihat itu semua menatap waswas, berharap agar teman seperjuangannya cepat membuka mata. "Aku Kenzie Alexis Reegan, penguasa Kegelapan telah memberikan darahku demi sebuah kehidupan." Perlahan tapi pasti kedua mata Lykaios terbuka. Kenzie menarik tangannya dan mengusap pelan. Menutup goresan luka di tangannya lalu menatap Lykaios yang masih terbaring di peti mati. Kenzie mundur perlahan hingga sejajar dengan Ernest. Menatap harap agar Lykaios dapat bangun dan mengatakan sesuatu. Lykaios menatap sekitarnya dengan aneh. Lalu beralih menatap Kenzie dan Ernest yang masih diam menatapnya. Lykaios bangun dan langsung duduk. Lalu berdiri dan keluar dari peti matinya. "Lykaios Canuto," panggil Kenzie pelan. "Lykaios, kau benar-benar bangun? Kau benar-benar bisa dibangkitkan." Ernest terlihat begitu bahagia. Lykaios menatap diam karena merasa aneh. Ada rasa takut untuk tunduk dengan Kenzie dan ada rasa aneh saat dia menatap dua mata Ernest. "Kalian memanggil namaku?" Kenzie mengerutkan kedua alisnya. "Kau," "Tentu saja. Kau tahu, kami begitu lama menunggu kebangkitanmu," jawab Ernest cepat. Lykaios semakin tak mengerti lalu menoleh kebelakang. Menatap pada peti mati tempat awal dia bangun. Lalu kembali menatap Kenzie dan Ernest bingung. "Dibangkitkan? Aku? Dan berapa lama aku tertidur?" Kenzie diam saat menyadari semua ingatan Lykaios tengah kacau. Ernest mendekat dan memeriksa tubuh Lykaios. Membuat Lykaios menatap heran saat Ernest mengitari tubuhnya. "Tak ada yang kurang. Apa kau merasakan sakit di salah satu tubuhmu?" tanya Ernest khawatir. Lykaios menggeleng. "Lalu, apa kau mengingatku? Tidak, yang lebih penting adalah apa kau mengingat Yang Mulia Raja Besar?" Lykaios diam dan berpikir. Menatap Kenzie dan Ernest bergantian. "Aku-" Pletakk! Ernest langsung memukul kepala Lykaios. "Kurasa kepalamu terbentur saat itu. Itu pasti, karena kau jadi hilang ingatan. Apa aku perlu membenturkan kepalamu?" Lykaios kaget dan memegang kepalanya. "Apa yang kau lakukan!" teriak Lykaios marah. Ernest hanya tersenyum tipis. "Bagus, setidaknya kau tak lupa caranya marah. Baiklah, aku harus menjelaskan ini. Aku Ernest Avram, teman baikmu. Dan beliau," Ernest menatap Kenzie hormat. "... adalah Raja kita. Penguasa Kegelapan dan Lord juga lah yang telah memberikan darah untuk membangkitkanmu." Lykaios mencerna kata-kata Ernest. Lalu menatap Kenzie hormat. Kini Lykaios tahu, kenapa ia memiliki perasaan takut saat menatap kedua mata Kenzie. "Hormat hamba, Yang Mulia. Maaf karena tak mengenali Yang Mulia." Kenzie tersenyum. Berjalan mendekat dan menepuk pundak Lykaios. "Tak apa, aku senang kau telah bangun." Kenzie memeluk tubuh Lykaios sesaat lalu pergi meninggalkan Lykaios dan Ernest. Lykaios terhenyak meski sesaat. Hingga pelukan hangat Ernest menyadarkannya. "Harus kukatakan bahwa aku merindukanmu. Aku merindukan Alvian, Aaric, dan Ratu Ellina. Aku merindukan keluarga kecil kita," ucap Ernest pelan lalu melepaskan pelukannya. Lykaios diam dan menatap Ernest yang menyeka air matanya. Perasaan aneh itu membuat Lykaios berpikir keras. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Ernest mengangguk. "Tanyakan dan akan kejelasakan." Lykaios dengan pelan berucap. "Apakah kita memiliki sesuatu hubungan yang istimewa sebelumnya?" Ernest diam dan menatap Lykaios. "Apa?" "Apa kita punya hubungan yang istimewa? Perasaanku terasa aneh. Apakah kita adalah sepasang keka-" Bukkkkk! Ernest langsung memukul perut Lykaios. "Apa yang coba kau katakan, b******k! s****n! Aku ini normal. Dulu Alvian sekarang kau! Ada apa dengan hidupku ini," Lykaios memegang perutnya. "Ah, aku lega. Jadi kita tak punya hubungan apa pun kan?" "Tentu saja tidak, Bodoh!" jawab Ernest cepat. "Lalu siapa mereka? Alvian, Aaric dan Ratu Ellina." Ernest menghela napas dalam karena merasa harus menjelaskan semuanya agar Lykaios mengerti. "Ratu Ellina, dia adalah Ratu kita. Pasangan dari Lord kita. Alvian Raitrama, Pangeran dari klan Transylvania atau Pangeran Vampire gila. Dan Aaric Leighton Blade, Pangeran dari klan Lycanthrope atau Pangeran kaum Werewolf. Mereka...," Lykaios mendengarkan dengan seksama dan menatap Ernest saat Ernest  tak melanjutkan kata-katanya. "Mereka?" ulang Lykaios. "Aku tak tahu dimana mereka sekarang. Keluarga kecil kita terpecah belah. Kita harus mencari mereka dan menyatukan kembali keluarga kita," Lykaios mengangguk. "Kita akan menemukan mereka." Lykaios memberi semangat pada Ernest yang terlihat muram. Meski tak yakin karena tak mengingat mereka, Lykaios cukup mengerti rasa aneh yang menyelimuti dirinya. Sedangkan dilain tempat, para klan yang pernah mati juga telah kembali dibangkitkan. Mereka mulai hidup berbaur dengan manusia biasa meski mereka tahu mereka bukanlah bagian dari manusia. Semua berjalan cepat seakan mereka tak pernah mengalami hal buruk di masa lalu. Mereka hidup layaknya manusia. Alvian Raitrama, dia hidup dengan wajah tampannya dan tetap menjadi Pangeran di klan vampire. Alvian menjadi model terkenal dengan ketampanan yang ia miliki. Hal yang tak pernah Kenzie dan Ernest sadari adalah Alvian telah masuk di Hyroniemus Academy. Lalu Aaric Leighton Blade, Pangeran dari klan Lycanthrope. Ia tetap begitu dingin dengan aura ketampanan yang membuat para wanita menjerit pelan. Telah masuk di Hyroniemus Academy sebagai murid pendiam dari keluarga kaya. Lalu semua mulai bermunculan. Semua yang pernah hidup di masa lalu kembali dibangkitkan karena sebuah pilihan kehidupan yang Ellina minta. Babak kehidupan baru mereka akan dimulai. Dalam sebuah sekolah elit yang tak pernah Kenzie urus. Hyroniemus Academy, adalah tempat dimana semua akan dimulai. =================================== Part dalam proses revisi. See you in next chapter.  Untuk pembukaan cerita ini lumayan panjang.  Salam hangat. =Ellina Exsli=
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD