2. New Life.

1968 Words
Sebuah rumah megah dengan dua lantai yang tampak sederhana dari luar. Seorang pria masuk kedalam sebuah ruangan dan menatap gadis yang masih tertidur pulas. Senyum pria itu mengembang saat gadis menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dengan senyum jahilnya pria itu membuka jendela beserta tirai yang menutupinya. Cahaya masuk dengan terang membuat gadis itu menggeliat pelan. "Kak, kumohon. Lima menit lagi," ucap gadis itu dengan tubuh yang semakin meringkuk kedalam selimut. Pria itu tersenyum dan mendekat. Menarik turun selimut Adiknya dan duduk di pinggiran tempat tidur. "Bangun Queen, hari ini kau harus masuk sekolah." "Lima menit lagi Master," ucap gadis itu pelan. Pria itu tertawa kecil. "Aku tak bisa memberimu kompensasi. Ayo bangun Ellina," "...." Pria itu mendesah melihat adiknya yang masih terlelap. "Baiklah, tak ada cara lain. Aku harus menggendongmu untuk masuk kekamar mandi karena jika tidak kau akan telat masuk sekolah." Detik berikutnya pria itu benar-benar menggendong tubuh adiknya dan menuju kamar mandi. Teriakan kecil mulai terdengar lalu berubah menjadi suara kencang karena keusilan pria tersebut membuat mata Ellina benar-benar terbuka lebar. "Ahhhkkk, Kak Irlac...!" teriak Ellina kesal karena tubuhnya telah mendarat kedalam bath up yang berisi air. "Hahaha, mandilah dan Kakak tunggu untuk sarapan dibawah. Ingat, waktumu tak banyak, Queen." Irlac memainkan matanya sebelah dan menutup pintu kamar mandi adiknya. Ellina memajukan bibirnya namun tetap menurut pada Kakaknya. Ya, dialah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa. Setelah kematian orangtuanya, Ellina hanya tinggal bersama dengan Kakak laki-lakinya. Irlac Fallon Agate, seorang pria tinggi dan tampan dengan senyuman teduh yang membuat Ellina nyaman. Namun tak jarang ketegasan Irlac pada sesuatu membuat Ellina kagum dan bangga karena mempunyai Kakak sepertinya. Ellina menyelesaikan mandinya dan memakai seragam sekolah yang telah Irlac siapkan diatas tempat tidur. Senyum Ellina terkembang saat ia tengah berdiri di depan cermin dengan rambut panjang yang ia ikat rapi. "Ehem, namaku Ellina Aracelia Azzuri. Aku pindahan dari Vulcano Hight School dan senang bertemu kalian semua," Ellina mencoba memperagakan sesi perkenalannya nanti saat ia masuk kedalam kelas barunya. Ellina diam dan menaikkan satu alisnya. "Ahk, itu sangat menyebalkan. Aku harus mencari teman baru di sekolahku yang baru," "Ellina...!" teriakan Irlac menyadarkan Ellina, Ellina merapikan rambutnya sekali lagi lalu turun dengan tas dibahunya. "Ya, Kak. Ellina turun sekarang." balas Ellina cepat. Ellina tersenyum saat sarapan dan seluruh keperluannya telah Irlac siapkan. Hingga saat Irlac mengantarkan Ellina kesekolah barunya. Ellina turun dari mobil diikuti Irlac yang juga ikut berdiri disampingnya. "Hyroniemus Academy," ucap Ellina jelas membaca tulisan yang terpampang di bangunan tinggi dengan model kerajaan yang kental. Irlac menepuk bahu Ellina. "Bagaimana, Queen? Kau menyukainya? Ini sekolah terbaik disini," Ellina menggeleng. "Tampak sedikit familiar dan aku tak menyukai gaya bangunannya. Tampak seperti sarang penjahat dalam dongeng yang Kakak ceritakan padaku saat kecil," Irlac tertawa. "Hei, kau harus melihat dalamnya baru dapat berkomentar. Kau akan menyukai sekolah barumu, Kakak tahu itu." "Ya, ya, ya, baiklah aku harus masuk sekarang." "Perlu Kakak antar kedalam?" tawar Irlac sedikit khawatir. Ellina menggeleng. "Aku bisa sendiri, Kak." Irlac mengangguk dan mengelus puncak kepala Ellina. "Akan Kakak jemput nanti siang, Queen." Ellina hanya tersenyum menatap punggung Irlac yang telah memasuki mobil. Melambaikan tangan saat mobil Irlac perlahan menghilang. Ellina memutar tubuhnya untuk menatap bangunan tinggi yang ada di depan matanya. Langkah ragunya perlahan memasuki gerbang yang mulai sepi karena lonceng jam pelajaran yang telah berbunyi. Ellina terus melangkah hingga sampai dihalaman sekolah. Tatapan kagum dan rasa segar menyapa matanya. Siapa yang menyangka jika didalam sekolah ada taman bunga luas dengan berbagai jenis bunga. Belum lagi gemericik air yang mengalir membuat suasana bertambah indah. Ellina menatap taman tersebut dengan kagum, hatinya menghangat lalu dengan satu senyuman Ellina menggeleng. "Baiklah, tanggapanku tentang sekolah ini berubah. Ini sekolah terbaik yang pernah aku dapatkan." Untuk beberapa menit Ellina terus terpaku pada keindahan taman didepan matanya. Kakinya membawa tubuh Ellina semakin masuk kedalam taman. Hingga sebuah kerikil kecil melayang mengenai bahunya. "Hoi, anak baru ya?" Ellina menoleh dan diam melihat pria tampan yang ada di depan matanya. Rambut putih mendominasi penampilannya dengan bibir tipis dan wajah yang rupawan. Lalu tiba-tiba satu orang lagi turun dari pohon yang tak jauh dari Ellina. Ellina berjengkit kaget hingga refleks tubuhnya membawanya mundur kebelakang. Ellina jatuh kebelakang namun pria berambut putih itu menangkap tubuh Ellina. "Binggo, aku menangkapmu." ucap pria yang melempar kerikil kecil pada Ellina. Ellina bangun dan menjauhkan dirinya dari dua pria asing yang tak ia kenal. "Kau membuatnya takut, Aaric! Kenapa kau muncul dari atas pohon sana?" Aaric menaikkan kedua bahunya. "Aku menghindari guru yang mencariku," jawab Aaric datar. "Aaric...! Alvian...!" Aaric, Alvian dan Ellina menoleh pada asal suara. Seorang wanita dengan pakaian guru yang begitu ketat mengacungkan tongkat pada Alvian dan Aaric. Aaric dan Alvian langsung berlari meninggalkan Ellina. "Sial...! Kenapa penyihir itu bisa menemukan kita?" Alvian berlari sangat cepat hingga membuat Ellina membulatkan matanya. "b******k kau, Alvian! Semua ini gara-gara kau tak membawa buku tugasku," umpat Aaric mengikuti langkah Alvian yang begitu cepat. Ellina terpaku dengan kecepatan keduanya. Dalam hitungan detik mereka berdua telah lenyap bagai angin yang berhembus. Hingga tepukan dari guru wanita yang tadi meneriaki nama Alvian dan Aaric menyadarkan Ellina. "Ah, selamat pagi Bu. Saya murid baru dan kesulitan mencari jalan utama," ucap Ellina sedikit berbohong. "Oh, kau Adik dari Irlac Fallon Agate?" Ellina mengangguk."Benar," Guru itu tersenyum. "Aku Azzura Xaviera, wali kelas dari kelas yang akan kau tempati." Ellina mengangguk hormat meski merasa aneh dengan aura tatapan Azzura pada dirinya. "Ikuti aku," ucap Azzura sambil berjalan meninggalkan Ellina. Ellina mengikuti Azzura dari belakang. Terus melangkah pada jalan utama dan memasuki salah satu gedung tinggi dari dua gedung tinggi disana. "Gedung yang sebelah kiri untuk siswa yang nilainya dibawah rata-rata. Karena kau masuk di gedung kanan, pasti kau memiliki otak yang cukup cerdas. Gedung ini juga berisi dari anak-anak kalangan kelas atas bahkan model dan artis ada di dalam kelasmu. Bisa dibilang, kelas yang kau tempati adalah kelas istimewa." jelas Azzura diantara langkahnya dan hanya diangguki oleh Ellina. Hingga Ellina tiba disebuah kelas dengan seorang guru tampan yang tengah mengajar disana. Azzura meninggalkan Ellina saat langkah kaki Ellina memasuki kelas tersebut. Semua siswa diam menatap kehadiran Ellina. Mata Ellina menelusuri beberapa siswa yang entah kenapa begitu familiar bagi Ellina. Namun Ellina hanya diam karena tatapan tajam mereka cukup membuat Ellina gerah. "Perkenalkan dirimu," perintah guru yang tengah duduk menatap Ellina. Ellina mengangguk. "Namaku Ellina Aracelia Azzuri. Pindahan dari Vulcano High school. Senang bertemu kalian semua dan mohon bantuannya." Ellina kembali diam karena merasa tak perlu memberikan informasi lebih. Seluruh siswa juga diam akan perkenalan Ellina. Hingga guru tersebut menyuruh Ellina duduk disalah satu bangku paling belakang. Jam perlajaran terus berlanjut. Saat istirahat jam pertama dimulai, seluruh siswa berebut keluar kelas. Ellina hanya diam di bangkunya dan melihat keindahan pemandangan taman dari kelasnya. "Hai," Sebuah sapaan membuat Ellina menoleh. Tiga siswi dengan senyum terkembang membuat Ellina bernapas lega. "Aku, Lexsi Larissa,"  ucap gadis berambut pendek dengan senyum jahil yang membuat Ellina mencubit pelan perut Lexsi. "Ahk, sakit. Ampun, hahaha...," Ellina ikut tertawa melihat wajah Lexsi yang kesakitan. "Aku pikir, aku benar-benar sendirian karena kau sama sekali tak menyapaku. Aku pikir, kau berpura-pura tak mengenalku," "Pikiran macam apa itu? Aku tetap sepupumu yang baik hati dan cantik." jawab Lexsi dengan senyum manis penuh percaya diri. Ellina menggeleng kepalanya menanggapi perkataan sepupunya. Hingga suasana kembali hening. "Aku membawakan beberapa teman untukmu. Mereka teman terbaikku disini." Lexsi menatap dua orang disampingnya bergantian. "Halo, aku Nerissa Valerie. Panggil saja Valerie," Valerie menggulurkan tangannya pada Ellina. "Ellina Aracelia Azzuri," balas Ellina dengan menjabat tangan Valerie. "Aku, Ariela Aldercy. Dan kurasa aku siswa tercantik disini. Hahaha," "Whuuuuuu," sela Lexsi dan Valerie menanggapi perkataan Ariela. "Ya, kau sangat cantik. Aku Ellina Aracelia Azzuri." Ellina ikut tersenyum kecil menanggapi perkataan Ariela. "Ayo kekantin. Aku lapar," Lexsi memegang perutnya lalu menarik tangan Ellina untuk mengikutinya. "... kau harus melihat kantin kita karena ini akan menyenangkan. Ada dua pangeran yang selalu makan dikantin." "Dua pangeran?"  tanya Ellina tak mengerti. "Hahaha, karena mereka berdua sangat tampan. Kami menyebut mereka Pangeran," Valerie ikut menyusul kebelakang dengan Ariela disampingnya. "Dan aku yakin, kau akan terpesona." tambah Ariela begitu yakin. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di kantin. Ellina mengernyitkan alisnya saat suasana ramai tiba-tiba berubah menjadi sepi dalam hitungan detik. Dua pria masuk lalu duduk dipojokan dengan santainya. Tak lama kemudian para gadis mulai mengerubungi mereka, Lexsi menarik tangan Ellina untuk duduk setelah memesan beberapa makanan. "Bagaimana? Itu Pangeran kita." bisik Lexsi pelan. "Mereka tampan kan?" bisik Valerie di telinga Ellina menyambung kata-kata Lexsi. Ellina diam sebentar dan tersenyum. "Jika itu mereka, aku sudah bertemu dengan mereka tadi pagi." "Apa? Benarkah?" tanya Ariela antusias. "... itu tak mungkin. Mereka begitu sulit untuk didekati, ada banyak gadis yang mengidolakan mereka," "Aaric dan Alvian kan?" tanya Ellina ragu menyebut nama dua pria yang mereka perbincangkan. Lexsi, Valerie dan Ariela menoleh. Menatap Ellina tak percaya. "Bagaiman kau tahu?" "Hai, kau anak baru tadi pagi kan?" Belum selesai keterkejutan Lexsi, Ariela dan Valerie, Alvian datang dengan menarik salah satu bangku kantin dan duduk bergabung bersama Ellina. Membuat Lexsi, Ariela, dan Valerie terpaku tak percaya. Lalu tak lama kemudian, Aaric ikut menyeret salah satu bangku dan ikut duduk disamping Alvian. Teriakan para gadis masih belum reda hingga membuat Aaric gerah. "Bisakah kalian diam?! Kalian sangat berisik!" ucapan dingin dari bibir Aaric membuat suasana hening seketika. Para gadis diam dan kembali duduk ditempatnya. "Wow, perkataanmu benar-benar dituruti oleh mereka. Aku yakin mereka begitu menyukaimu," Alvian menatap sekelilingnya dengan senyum manisnya. "Kebohongan dari mana yang kau ambil, Alvian? Aku yakin kau sudah tahu bahwa sebagian besar dari mereka adalah penggemarmu." Aaric menatap malas sekitarnya dan lebih memilih menatap Ellina dan tiga orang disampingnya. "Itu karena aku Model dan artis terkenal." ucap Alvian dengan penuh percaya diri. "Cih, jika aku pemilik agensi yang mengontrakmu, aku akan dengan senang hati memecatmu dari daftar artisku," Aaric mencibir membuat Alvian sedikit kesal. "Katakan saja kau iri padaku," Alvian ikut menatap Ellina dan tiga teman disampingnya yang diam terpaku menatapnya dan Aaric. "... menarik," lanjut Alvian lagi. Aaric mengulurkan tangannya didepan Ellina. "Aku, Aaric Leighton Blade." Ellina diam menatap tangan Aaric tanpa berniat menjabatnya. Hingga senggolan tangan dari Lexsi dan Valerie membuat Ellina ikut mengulurkan tangannya. "Alvian Raitrama," ucap Alvian cepat karena langsung menyerobot tangan Ellina begitu tahu Ellina mengulurkan tangannya. "Kau," ucap Aaric kesal pada Alvian. Alvian hanya tersenyum penuh kemenangan dan tetap menggengam tangan Ellina. "Karena aku lah yang bertemu pertama kali dengannya." "Ellina Aracelia Azzuri," ucap Ellina pelan. Aaric dan Alvian kembali menoleh menatap Ellina. "Pelindung altar surga dari langit biru yang kuat," ucap Alvian dan Aaric bersamaan. "Apa?" tanya Ellina tak mengerti. "Bukan sesuatu yang perlu kau pikirkan," sambung Alvian cepat dengan melepaskan tangannya. "Aku Aaric, kurasa kau sudah tahu karena tadi aku sudah menyebutkan namaku," Aaric menatap Ellina yang bingung. Ellina mengangguk sedangkan tiga teman disampingnya hanya diam. Mereka saling pandang karena benar-benar tak percaya bahwa Alvian dan Aaric datang untuk menemui Ellina. "Baiklah, senang bertemu denganmu. Panggil aku jika kau kesulitan dalam sesuatu atau pelajaran yang tak kau mengerti." Aaric bangun dan mulai berjalan meninggalkan meja Ellina. "Panggil aku jika kau butuh bersenang-senang. Aku akan membawamu pergi ketempat yang menyenangkan. Karena kau sangat cantik," Alvian mengedipkan satu matanya lalu ikut menyusul Aaric. "Mereka begitu percaya diri," ucap Ellina selepas kepergian Aaric dan Alvian. "Wow, ini pertama kali aku melihat mereka menyapa seorang wanita di sekolah kita," ucap Valerie takjup. "Dan itu Pangeran tampan disekolah kita," sambung Lexsi sedih. Ellina sama sekali tak mengerti dengan ucapan penuh takjup dari teman-temannya. Entah kenapa Ellina sama sekali tak tertarik dengan keduanya. Sedangkan Ariela mulai menatap Ellina dengan rasa iri dihatinya. Selama ini ia selalu menduduki menjadi wanita tercantik di sekolahnya, namun Aaric ataupun Alvian sama sekali tak tertarik untuk mengobrol dengannya. Lalu Lexsi dengan penuh percaya diri membujuk Ellina dengan permintaan yang membuat Ellina menaikkan satu alisnya. "Dekatkan aku dengan Aaric Leighton Blade. Ellina, kumohon ... dia terlihat begitu bersahabat saat berbicara denganmu." =================================== Part dalam masa revisi. See you in next chapter.  Semua pict pemain terbaru akan menyusul mulai besok yaaa....  Terimakasih atas dukungannya selama ini. Salam hangat, =Ellina Exsli=
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD