XXXL 4 ~ ALAN - THINK OF YOU

824 Words
Aku berjalan menuju dapur untuk membuat Kopi hitam untuk meredakan sakit kepala yang sedang kurasakan. Aku benar-benar butuh kafein sekarang. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur. pikiranku selalu melayang memikirkan gadis itu. Gadis yang tak sengaja kutabrak di mall tempo hari. Beberapa hari ini setiap kegiatan yang kulakukan selalu terbayang wajahnya.Bagaimana tawa, senyum bahkan wajah cemberutnya tak pernah hilang dari ingatanku. Kutenteng gelas kopi yang kubuat tadi lalu berjalan kearah balkon. Sudut favoritEe di apartemenku untuk menghabiskan waktu sepanjang hari sebelum akhirnya masuk ke dalam perusahaan. Kutatap sofa kayu panjang yang sengaja ku letakan di sini seraya menyeruput kopi hitam ini. Rasa pahit kopi ini seakan membuat otakku kembali beraksi dengan benar. Aku duduk di sofa itu seraya menghembuskan napas. Tiba-tiba, ada aroma tak asing yang memasuki indra penciumanku. Harum coklat yang dilelehkan dari apartemen sebelah membuatku mengingat kembali aroma yang dikeluarkan gadis yang sudah kuidam-idamkan itu, Pikiranku kembali melayang saat melihat bagaimana lekuk tubuh wanita bertubuh gemuk itu. Mungkin bagi pria di luar sana itu tidak ada artinya, mungkin juga bagi mereka wanita dengan lekuk tubuh seperti itu terlihat menjijikan. Tapi, bagiku itu malah terlihat menggiurkan, wanita itu membuat sesuatu yang ada di dalam diriku bergejolak. Otakku mulai  membayangkan bagaimana jika suatu aku memeluk tubuh sintal, mencium bibir ranum, meletakkan kepalaku dilekukan lehernya, menghirup aroma tubuhnya, atau bahkan melakukan hal 'sesuatu' yang dilakukan oleh pria dan wanita pada umumnya. Aku mencoba mengalihkan pikiran memikirkan perkataan Ayah ditelpon tadi malam. Ia memintaku untuk bersia-siap masuk kantor mulai Senin depan. Gelar Magister of Business Financialmembuat beliau langsung mempercayakanku untuk menduduki posisi penting di perusahaan. Aku berharap aku akan mempunyai seseorang yang bisa diandalkan di bidang ini sehingga dapat membantu banyak pekerjaanku. Panas matahari mulai menyengat kulit sehingga membuatku memasuki ruang tengah. Jam sudah menunjukan setengah sepuluh pagi sehingga kuputuskan untuk segera mandi. Bergegas aku melepaskan kaos oblong yang kukenakan lalu berjalan menuju kamar mandi. Guyuran air panas seolah menyegarkan otot-otok ku yang sedikit tegang. Mataku menatap refleksi diriku dari cermin yang sengaja ku letakan di depan shower. Pikiranku mulai kembali membayangkan gadis itu berjalan masuk ke kamar mandi dengan menggunakan kemeja putihku lalu memeuk tubuh basahku dari belakang sehingga akan kuhadiahi ciuman liarku, lalu mengangkat tubuhnya ke ranjang. OH MY GOD, ku gelengkan kepalaku menghapuskan imanjinasi liar itu, bahkan mandi sekalipun tidak bisa mengenyahkan pikiranku terhadapnya. Dengan bergegas aku membalas seluruh badan dengan air dingin. Setelah selesai mandi aku berjalan menuju Walked in closet, lalu mengambil baju yang pertama kali kulihat. Aku perlu menyegarkan otak mungkin pergi ke rumah adalah jawaban yang terbaik. Aku rindu dengan keadaan rumah, lagipula sudah seminggu di Indonesia, aku belum mengunjungi rumah. Setidaknya mama dapat membuat pikiraku kembali normal ****** Mungkin benar kata orang, berkumpul bersama keluarga akan melupakan sejenak pikiran kita tentang hal lain. Mama terlihat marah saat aku memasuki rumah,bukan marah dalam arti yang sebenarnya. Aku memang sengaja tidak bilang beliau kalau aku sudah ada di Jakarta sejak seminggu yang lalu.  "Kamu udah pulang kok nggak bilang - bilang sih, Dave?" Mama mendekatiku lalu tersenyum senang. Dave memang panggilan sayang mama untukku. Kupeluk erat tubuh berisi mama. Beliau memang tipe idealku. Sebutlah aku gila karena buka  mengidamkan wanita tinggi dengan tubuh berisi malah cenderung gemuk, tidak seperti laki – laki lai yang menyukai wanita bertubuh kurus dengan pakaian kekurangan bahan. “Dave..” panggil mama kesal saat aku tak juga menjawab pertanyaannya. “Jet lag, Mah. aku nggak mau ngerepotin mama.” Aku tersenyum melihat wajah mama yang cemberut mendengar ucapanku, dengan cepat kulepaskan pelukan erat tubuhnya  "Mama masak apa?"  ucapku melangkahkan kaki menuju ruang makan. Mataku menerjab saat menatap menu makan siang yang telah mama sediakan di meja makan.Cap cay, tumis kangkung, tempe dan ayam goreng plus sambel terasi kesukaanku. Aku benar - benar merindukan masakan ini. 4 tahun di Inggris tak melupakan cita rasa lidah Indonesia yang kumiliki. Seharian ini aku menghabiskan waktubercengkrama dengan mama, sebagai anak satu - satunya, aku tau mama sangat merindukan kebersamaan ini. Seharian ini aku berusaha melupakan ingatan tentang gadis itu sejenak dengan bertukar pikiran dengan mama. Mama terlihat masih begitu cantik di usianya yang memasuki 48 tahun.Badannya yang berisi ku yakin membuat ayah selalu ingin memeluk beliau, seperti aku yang ingin terus memeluk tubuh berisi gadis itu  I'm my father's son , mungkin kalimat itu sangat cocok dengan keadaanku sekarang. Aku memutuskan untuk menginap disini malam ini. Ayah ada pekerjaan di luar kota, dan akan kembali saat aku mulai bekerja disana membuatku tak tega meninggalkan mama di rumah besar. Langkahku memasuki kamar tidur yang selama 4 tahun ini aku tinggalkan, tempat tidur itu masih sama. Buku - buku bacaan masih bertengger rapi di raknya, tempat tidur yang bersih dari debu. Merebahkan diri di kasur lamaku seperti ini membuat kenangan sebelum kepergianku ke Inggris mulai terngiang kembali. Tanganku refleks bergerak mengambil hpku setelah mendengar ada dering sms masuk. Reno, batinku. Bergegas aku membuka sms darinya. RENO : “besok malam jadikan kita have fun? night's club tempat biasa”. Alan: Sip.. ku kirim SMS balasan untuknya seraya kembali memikirkan rencana kamu untuk besok malam. Otaku sepertinya memang butuh sedikit hiburan. Mungkin, dengan menerima ajakan Reno aku dapat sedikit melupakan gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD