Part 4

1172 Words
"Guys, here comes new family!" pekik Nam kyu, teman pertama Naya di tempat kerja. Orang-orang menghentikan kesibukan mereka untuk bergantian menyambut Naya. Tidak hanya Nam kyu yang ekspresif, semua orang disana rasanya punya sifat yang sama seperti itu. Mereka begitu hangat dan ceriwis. Berbanding terbalik dengan Naya yang irit bicara. Barangkali Naya satu-satunya orang pendiam yang diterima bekerja disana. Mungkin itulah alasan HRD menolaknya pertama kali. Mereka tentunya sudah terlatih membaca kepribadian manusia. "Nay, kau satu divisi dengan adikku. Yunjae, kemari!!" Naya sampai melongo melihat sosok perempuan yang mendekat kearahnya. Tidak bisa dibedakan satu dengan yang lain. Dialah kembaran Nam Kyu. Anehnya tidak ada kemiripan nama pada si kembar ini, sementara wajah mereka bagai pinang dibelah dua. "Kau selalu mengaku sebagai kakakku. Kita ini sepantaran. Kau hanya lahir lima belas menit lebih awal." Gerutu Yunjae yang mendengar ucapan Nam. Nam dan Yunjae adalah kembar identik. Selain wajah, ukuran tubuh gempal mereka pun terlihat sama. "Sulit dibedakan." gumam Naya tak sadar. Membuat si kembar yang masih bisa mendengarnya tertawa. "Semua orang selalu begitu pertama kali. Lama-lama kau bisa membedakan." Tukas Nam lalu ditambahi Yunjae. "Kalau tidak dikuncir, potongan rambut kami terlihat berbeda. Untuk seminggu ini aku akan menggerai rambutku." Yunjae melepas ikatan rambutnya. "Nah,sudah bisa membedakan kan?" Naya mengangguk canggung. "Omong-omong, Darimana asalmu? Benarkah kita dalam divisi yang sama?" Yunjae melihat penampilan Naya sekali lagi. Ekspresi bingung Itu juga muncul pada Alfa, saat melihat kehadiran Naya pertama kali tanpa seragam yang Alfa yakini sudah diterima gadis itu. Ketika para pekerja lain dengan bangga mengenakan seragam, Naya memohon untuk menggenakan pakaian kesehariannya. Dan Alfa mengizinkan perempuan itu berpenampilan sesukanya. Memang tidak ada peraturan yang mewajibkan para kru KlanTv mengenakan seragam, kecuali untuk beberapa staf bila berada di lokasi shooting. Hal itu dimaksudkan, supaya lebih mudah dikenali dan dimintai bantuan. Posisi Naya memang tidak mengharuskan mengenakan seragam, kendati begitu anak yang baru masuk biasanya berinisiatif akan mengenakannya selama seminggu pertama. Di hari pertama bekerja, Naya sudah mengenakan rok mekar dan baju rajut kebesaran. "Aku ada dibagian costume designer. Mohon kerja samanya." Ujar Naya sembari membungkuk. "Apa kau datang dari daerah terpencil?" "Dia berasal darisini. Berhentilah bertanya." Ujar Nam, nadanya terdengar jengkel. Yunjae memandangi Naya secara terang-terangan. Pandangan yang menyatakan seolah Naya adalah spesies lain dari muka bumi. "Apa kau tidak gerah mengenakan baju setebal itu?" Nam meyikut sang adik. Sebelum Naya menjawab pertanyaan Yunjae, Nam pun menimpali. "Keren! kau pasti punya selera yang unik." Nam mengacungkan dua jempolnya. "Nay, kami punya keperluan mendadak. Sampai bertemu lagi!" Naya membalas lambaian tangan Nam yang menyeret Yunjae darisana. Yunjae langsung menghempaskan cengkraman Nam yang kuat begitu mereka sudah tidak terlihat Naya. "Kau tahu, aku dapat tugas dari bos." "Bos?" "Pak Alfa memintaku menjaganya. Kurasa maksudnya adalah membuatnya nyaman berada disini. Jadi kumohon, berhentilah mencari tahu. Kau akan membuatnya risih." Nam menyilangkan tangan. Berusaha menampilkan wajah galak terhadap sang adik. "Pak Alfa? Apa hubungannya dengan wanita aneh tadi?" Kini pertanyaan baru justru menganggu Yunjae. Tanpa sebuah aturan wajib, kebanyakan para kru akan bangga mengenakan seragam KlanTv. Dan lagi, bagaimana mungkin Naya dengan selera pakaian yang eksentrik malah bergabung dalam timnya—divisi costume designer. "Bagaimana bisa dia menjadi rekanku? Apa yang bisa dia lakukan? Memilihkan costume orang-orangan sawah?" Mata Yunjae membelalak begitu ia menyelesaikan kalimatnya. Seolah ia terkejut atas asumsinya sendiri. "Aku tahu! kurasa pak Alfa dan wanita tadi punya hubungan kerabat.." Nam menaikkan bahu. "Tidak tahu. Tapi mungkin saja. Cobalah akrab dengannya." "Tentu saja. Aku harus dekat dengan kerabat calon suamiku." "Kau ini menyedihkan.." ujar Nam berdecak mendengar adiknya. *** Nyaris tidak ada yang berbeda dari rutinitas Naya. Ia bergabung setiap pagi ditengah ayahnya dan Ken. Menyudahi sarapan, ia lalu mengecup pipi sang ayah untuk berpamitan sebelum kemudian meninggalkan rumah.  Ken menurunkan Naya seperti biasanya sebelum kampus, berlagak tidak tahu apa-apa mengenai persoalan pekerjaan baru Naya.  Berbeda dari kampusnya,  KlanTv adalah salah satu rute daerah yang dilewati bus kota. Dari kampus, Naya hanya berjalan lima belas menit untuk tiba di halte.   Satu-satunya perubahan yang mungkin terlihat menonjol adalah jam pulang Naya yang lebih terlambat untuk tiba dirumah. Kesibukan kuliah dijadikan dalih untuk pulang terlambat kerumah. Padahal mata kuliah Naya sendiri tersisa satu yang belum terpenuhi, itupun hanya dijadwalkan setiap kamis pagi. Ken sendiri baru tahu hal itu belakangan dari hasil pengamatan Jack yang terus mengekor Naya kemanapun. Rupanya, Selama ini Naya berangkat ke kampus setiap paginya hanya untuk mendekam hingga sore di perpustakaan. Ia akan berkutat dengan buku-buku disana sebagai referensi thesis sebagai syarat lulus. Selangkah lagi dia akan bergelar sarjana. Naya punya pilihan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Ed. Bahwa mata kuliahnya telah usai, bahwa ia tetap berangkat setiap pagi demi kemajuan thesisnya, bahwa ia senang berada di perpus. Ntah mengapa itu semua tak tersampaikan. Menurutnya itu bukan kebohongan yang serius. Ada atau tidak materi kuliah toh dia benar-benar berangkat ke kampus. Namun untuk persoalan KlanTv, dia memang tak berniat untuk jujur. Naya merasa kebohongan kecilnya kemaren-kemaren seolah membantu menutupi keadaannya yang sekarang. Dan dia bersyukur.  Sementara bagi Ken yang dasarnya sudah membenci Naya, ia semakin tidak suka dengan perempuan itu. Baginya, bukan hanya dilahirkan seorang jalang, Naya juga seorang penipu. Ntah berapa banyak kebohongan yang serta merta Ed percaya selama ini.  Bahkan ketika sarapan, Naya mengeluh tentang tugas kuliah yang menumpuk dengan begitu meyakinkan. Ken yakin, mulut itu sudah sangat mahir menyampaikan kebohongan.   Seminggu yang lalu Jack menemuinya. Menyampaikan kabar penerimaan Naya. Ken lalu mencari tahu apakah Ed ada dibalik semua ini. Namun mengingat usaha Naya menutupi persoalan ini, Ken yakin Ed tak tahu menahu. Dia mungkin akan menentang bila sampai tahu.  Kabar penerimaan Naya dalam stasiun televisi ternama benar-benar membuat Ken tercengang. Hampir terdengar mustahil. Tidak ada yang menonjol dari seorang Naya. Dia bahkan belum lulus, masih berbekal pendidikan sekolah menengah akhir. Ken yakin ada sesuatu. Memang, sebenarnya Naya gadis yang menarik. Tidak banyak yang menyadari itu. Mata indahnya yang bulat dan bersinar bersembunyi dibalik kacamata botol yang besarnya hampir sepertiga wajahnya sendiri, hidung mungilnya bertengger menggemaskan, rambutnya selalu diikat sembarang dengan kesan berantakan dan selera pakaiannya membuat orang yang melihatnya saja gerah sendiri. Dilihat sepintas pun, Naya juga tidak memiliki kepercayaan diri. Penampilan bukan alasan kru Tv menerima Naya. Masih begitu banyak perempuan-perempuan menarik yang pandai mematut diri sehingga sedap dipandang. Perempuan yang penuh percaya diri dan juga mengantongi pendidikan yang lebih tinggi dari sekedar Sekolah menengah akhir. Stasiun televisi adalah tempat yang paling banyak dituju muda-mudi selepas lulus kuliah strata pertama. Tempat itu menawarkan pengalaman dan gaji yang ideal, lingkungan kerjanya juga terkesan santai dan menyenangkan. Mereka juga bisa akrab dan bertemu dengan bintang film idola. Tentu banyak anak muda yang menuju kesana sebagai awal permulaan karir. Naya akan terpangkas dengan mudahnya. Tapi nyatanya ia diterima. Sempat menuduh Jack tidak becus bekerja karena terus melapor Naya tidak bergaul dikampus, Ken akhirnya berhenti mendesak. Ia tak lagi penasaran. Selepas penerimaan Naya di KlanTv, Ken melihat benang merah yang membayang. Bukan lagi kawasan kampus yang harus Jack tuju. Semuanya semakin jelas. Kecurigaannya mengerucut pada satu nama, "Alfa Haritz." Sejarah hubungan Naya dan laki-laki itu memang belum teraba. Tapi Ken yakin dari Alfa, mereka akan menemukan sesuatu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD