2

1550 Words
What is mean to be always find a way -Alena Heilton- **** Jason memijat pelipisnya pelan karena kepalanya terasa sangat pusing, Pekerjaannya menumpuk sejak Yuli--asistennya memutuskan untuk cuti karena melahirkan. Dan memilih asisten yang bagus pun sulit. Karena Jason sangat jarang bisa menemukan asisten dengan pekerjaan yang baik, tanpa berusaha menggodanya. Ya, menggodanya, Banyak para gadis yang menjadikan pekerjaan asisten itu sebagai ajang untuk mendapatkan perhatian Jason. Dan yah ... begitulah. Sejak itu Jason malas mengganti asisten, sampai akhirnya ia menemukan Yuli. Wanita itu tak berusaha menggodanya, apa lagi Yuli sudah menikah dan hendak melahirkan. Jason menghela napas pelan sebelum terkejut karena suara pintu ruang kerjanyan tiba-tiba di ketuk. "Masuk." Pintu ruangannya terbuka, menampilkan seorang gadis cantik bermata coklat tengah tersenyum sumringah menatap Jason. "Alena?!" teriak Jason terkejut melihat adik angkatnya yang seharusnya berada di London tengah berada di depannya saat ini. Alena berlari dan memeluk Jason erat, "I miss you so much." Alena mempererat pelukannya dan mendongak. Ia tersenyum saat matanya beradu pandang dengan Jason. "Dimana sekertarismu? aku tak melihat siapapun didepan tadi," tanya Alena saat pelukan mereka sudah lepas. Jason menghela napasnya frustrasi, "Aku tak tahu kalau kehadiran Yuli amat penting bagiku. Rasanya aku begitu frustrasi ketika ia tak ada," ucap Jason yang terdengar ambigu di telinga Alena. Alena mengernyit, "Siapa itu Yuli?" tanya Alena binggung. "Sekertarisku yang sedang cuti melahirkan," jawab Jason polos. Alena menatap Jason dengan tatapan menyelidik, "Sekertarismu melahirkan, kak? Berarti ia sudah menikah, kan?!" pekik Alena. Jason mengangguk pelan, "Iya, terus kenapa?" Alena membelak menatap Jason tak percaya, masa iya kakaknya suka dengan istri orang? "Jangan bilang kalau kau suka sama istri orang?!" tebak Alena sambil memelototi Jason terkejut. Ucapan Alena itu sukses membuat Jason terdiam di tempatnya selama beberapa saat, Satu detik... Dua detik... Tiga detik... "HAHAHAHHAHAHAHAHA" Jason tertawa terbahak-bahak saat otaknya berhasil mencerna ucapan Alena. Air matanya bahkan keluar. Ia tertawa terbahak-bahak sambil menangis. "Oh astaga kak, apa yang sedang kau tertawakan?" tanya Alena sebal. Ia benar-benar akan mengamuk jika kakaknya berani menyukai istri orang. Jason menghapus air matanya dan berusaha untuk berhenti tertawa, ia memegangi perutnya yang terasa sakit dan menatap Alena. "Aduh kau ini lucu sekali, mana mungkin aku menyukai Yuli," ucap Jason setelah tawanya berhenti. Alena menaikan sebelah alisnya, "Bukankah tadi kau bilang kehadirannya berarti bagimu? Lalu kau frustrasi ketika tak ada dia? Bukankah itu berarti kau menyukainya?!" tuduh Alena lagi. Jason terkekeh mendengar kesimpulan Alena, "Benar, dia memang berarti, tetapi sekedar untuk pekerjaan saja. Peran sekertaris sangat penting bagiku. Dan aku tak bisa memperkerjakan orang baru karena rasanya aku tak bisa percaya mereka," jelas Jason. Alena mengangguk mengerti, ada rona merah di pipinya ketika menyadari kalau dia sudah salah paham. "Ohh bilang dong! aku kan jadi mikir yang aneh-aneh," rutuk Alena seraya menepuk tangan Jason. Jason meringis karena tepukan Alena itu sangat keras meski tangannya amat kecil, "Hmm, salah sendiri langsung nyimpulin," gerutu Jason. Alena menyengir lalu menatap Jason sambil tertawa, "Tapi aku senang deh." Jason mengernyit sambil menatap Alena aneh, "Seneng kenapa?" Alena mencubit kedua pipi Jason itu pelan, "Aku seneng kakak bisa ketawa gitu. Jangan jutek terus, kak. Ntar keburu tua sebelum nikah,"celetuk Alena yang kemudian mendapat balasan toelan dari Jason. "Dasar adik kurang ajar," ucap Jason dengan nada sebal yang dibuat-buat. Alena tertawa lalu bangkit dari tempat duduknya, ia mengambil tas yang tadi diletakan di meja Jason dan hendak melangkah keluar. "Kau mau kemana?" tanya Jason binggung. "Aku mau shopping. Bosan. Lagi pula aku tak mau ganggu pekerjaanmu. Yasudah aku pergi dulu, dah kakak," ucap Alena sambil melambaikan tangannya. Jason mengangguk sambil membalas lambaian tangan Alena. Setelah Alena keluar, Jason pun kembali berkutat dengan pekerjaannya. *** "Darl, kau yakin tak mau tinggal dengan kami saja?" tanya Morris menatap Valeri serius. Mereka saat ini tengah berada di Mall berdua, seperti yang sering mereka lakukan. Valeri sangat sering menemani Morris belanja, entah itu belanja kebutuhan rumah tangga ataupun shopping. Valeri menatap Mommynya dengan tatapan meminta maaf sebelum menggeleng, "Aku minta maaf Mom, sepertinya aku tak bisa." Morris mengernyit, "Tapi kenapa?" Valeri menatap Mommynya dengan ragu, "Hmm, sebenarnya aku sedang melamar pekerjaan di salah satu perusahaan, dan perusahaan itu dekat dari apartmentku Mom, dan aku juga ada beberapa bisnis kecil yang tengah kucoba," ucap Valeri tak enak. "Mengapa kau bekerja di perusahaan lain? Kau 'kan akan bekerja di perusahaan Daddy nanti, saat Billy selesai mengurusi masalah yang tengah menimpa perusahaan kita." Valeri menggeleng, "Aku ingin mencoba bekerja di perusahaan lain dulu, Mom. Aku harus mencari pengalaman, setidaknya agar aku tidak akan menyusahkan nantinya. Apalagi perusahaan keluarga kita sedang dalam masalah sekarang." Valeri memindahkan posisi duduknya dan menatap Morris, "Boleh kan, Mom?" Morris menatap Valeri lama sebelum menggeleng. "Gak boleh." Valeri meneguk salivanya dan menatap Mommynya lagi, "Aku janji deh Mom, nanti aku akan bekerja keras untuk Count Company agar masalah seperti turunnya harga saham gak bakal terjadi lagi," ucap Valeri lagi. Ia sudah mengeluarkan wajah memelasnya dan biasanya Mamanya akan luluh kalau ia sudah memelas seperti ini. Morris menaikan alisnya sebelah, "Kau berusaha tawar menawar ya denganku Darl?" Valeri menyengir kecil, "Aku cuma cari pengalaman kerja sebentar, sebelum aku bekerja di perusahaan Daddy, Ya Mom? Boleh kan?" tanya Valeri lagi. Kali ini ia bahkan sudah menarik-narik tangan Mommynya. Persis seperti anak kecil. Morris terdiam. Ia berpikir cukup lama sebelum menghela napas dan mengangguk, Valeri pun tersenyum sumringah sambil mengecup pipi Mamanya itu. "Thankyou, Mom." "Hm. Kerja yang benar ya, buat Mommy dan Daddy bangga," ucap Morris yang di balas senyuman saja oleh Valeri. Valeri melirik minumannya yang berada di samping tangan kanannya. Minumannya sudah habis daritadi. Dan ia bosan hanya duduk-duduk disini tanpa melakukan apapun, "Mommy mau jalan lagi gak?" Valeri melirik ke arah Mamanya sembari memiringkan kepala. Morris mengangguk pelan, lalu mereka berdua berjalan mengelilingi Mall sambil mengobrol tentang hal-hal kecil yang mereka alami di masa lalu. "Kakimu bagaimana?" tanya Morris melirik kaki Valeri yang memakai flat shoes. "Aku sudah tak apa-apa Mom, kaki ku sudah sembuh sepertinya." Valeri melirik kakinya lama dan menggoyang-goyangkannya. Dan karena tak melihat jalan , Valeri tak menyadari bahwa di depannya ada orang lewat, lalu .... BUG! "au, sakit," ucap Valeri terduduk. Tuburkan itu cukup keras hingga Valeri bisa terpental seperti ini. Pantatnya mendarat dengan kasar di ubin, dan Valeri meringis karenanya, Ia hampir saja mengumpat pada orang yang menabraknya atau ia lah yang menabrak orang itu? Entahlah ... Dan ternyata, yang ia tabrak adalah seorang wanita dengan tubuh mungil. Belanjaan wanita itu juga ikut tercecer karna ia juga terpental karena tubrukan tadi. Valeri jadi merasa tak enak padanya, apa lagi badan mungilnya itu di tumbur oleh Valeri, Uh oh sungguh kasihan.. "Yaampun Valeri!" pekik Morris yang langsung berjongkok untuk membantu putrinya berdiri. Valeri menerima uluran tangan Morris dan berdiri dari tempatnya meskipun pantatnya masih terasa sakit, "Are you okay?" tanya Morris setelah Valeri berdiri. Valeri mengangguk. Lalu ia berjalan menghampiri wanita yang ia tabrak tadi sambil berharap agar ia tak di maki-maki. Well, setelah ia pikirkan lagi, tampaknya ia lah yang menubruk wanita itu, mengingat kalau tadi ia hanya menatap ke kakinya, bukan kedepan. "I'm Sorry," ucap Valeri pelan seraya mengulurkan tangannya pada wanita yang masih terduduk itu. Wanita itu mendongak saat melihat tangan terulur ke arahnya. Dan mata mereka berdua saling beradu pandang untuk sesaat. Mata coklat terang milik wanita ini membuat Valeri tertegun. Mata yang entah bagaimana mirip dengan milik seseorang di masa lalu Valeri. "Valeri?" gumam wanita yang terduduk itu pelan, seakan ia ragu dengan ucapannya sendiri. "Alena?" ucap Valeri bersamaan. Mereka berdua terkejut. Alena langsung menarik Valeri kedalam pelukannya sehingga Valeri kembalu terjatuh. Alena memeluknya erat dan mereka berdua saling berpelukan di atas ubin mall. "OH MY GOD, LONG TIME NO SEE VALERIIIII!" pekik Alena sambil tersenyum lebar. Valeri tertawa lebar, "GUE SENENG BANGET KETEMU LO ALENAAAA." Valeri berteriak tak kalah kencang dengan Alena. Kedua sahabat itu saling berpelukan, melepas rindu karena sudah tak bertemu bertahun-tahun lamanya. Mereka berdua berpelukan sambil berteriak-teriak. Dan hal itu membuat mereka menjadi pusat perhatian di Mall, "Okay girls, kita sedang jadi pusat perhatian disini." Morris memisahkan kedua wanita itu dengan susah payah. Merekapun melepaskan pelukan mereka dan menatap malu pada orang-orang yang memperhatikan mereka. Valeri dan Alena pun berdiri setelah Valeri membantu Alena merapikan barang belanjaannya yang tercecer kemana-mana. Morris mendekati Valeri dan berbisik pelan,"Siapa dia?" tanya Morris penasaran. Pasalnya, wajah gadis di depannya ini tampak tak asing, meski Morris tak tahu pernah melihatnya dimana. "Dia temanku saat di panti asuhan Mom, namanya Alena." "Oh begitu" ucap Morris mengangguk-angguk paham, Pantas saja wajahnya terasa familier, mungkin dulu Morris pernah bertemu Alena saat ia masih kecil. Morris kemudian melirik jam tangan kecil yang melingkar di tangannya dan terbelak. "Karna kau bertemu teman lamamu, Mommy pulang dulu ya? Sebentar lagi Mommy ada pertemuan penting da Mommy baru ingat." "Apa perlu aku antar Mom?" tanya Valeri yang langsung dibalas dengan gelengan. "Its okay, aku akan meminta cheetah untuk datang menjemputku," ucap Mommy seraya menyebut nama supir pribadi di keluarga Darron. "Baiklah Mommy, see you," ucap Valeri sambil melambaikan tangannya. "See you Aunty!" ucap Alena tersenyum sopan seraya tersenyum manis pada Morris. "Okay girls, bye." Morris yang langsung meninggalkan keduanya setelah melambai-lambaikan tangan. Setelah Mommynya menghilang dari pandangannya, Valeri mengalihkan perhatiannya pada Alena, "Bagaimana kalau kita ke star bucks?" ajak Valeri. Alena mengangguk setuju, mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kedai coffee itu sambil membahas kisah-kisah masa lalu ketika mereka masih di panti asuhan. ***                                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD