CHAPTER 17 (Save Me)

2573 Words
Gadis berkulit tan itu segera mematikan ponselnya dan bergegas pergi dari sana, tanpa sadar bahwa ada seseorang yang mendengar pembicaraannya dibalik dinding yang memisahkan mereka. "Sudah kuduga, kau juga dalang dibalik ini semua, Jasmine Pratiwi." . . Gadis berkulit tan tampak mengemudikan mobil mewahnya yang baru saja diantar oleh supir pribadinya ke asrama tempat dimana selama ini ia menetap. Wajah cantiknya terlihat pongah menatap jalanan yang semakin lama membawanya ke tempat sepi dimana banyak pohon pinus berjejeran di sekitar. Ia menyeringai ketika tiba di sebuah tempat dengan satu petak bangunan di tengahnya, lalu disekitar hanya diisi oleh kicauan burung dan jejeran pohon lebat. Gadis berkulit tan segera turun dari mobilnya, lalu berjalan cepat memasuki rumah petak itu dengan langkah pasti setelah melihat sekitar untuk memastikan bahwa semuanya aman terkendali. Hal yang pertama gadis berkulit tan itu lihat setelah ia membuka pintu kayu yang terlihat rapuh itu adalah sosok Danish yang kini sedang sibuk mencium bibir seorang gadis lainnya yang duduk terikat di kursi kayu dengan kain penutup mata nya yang telah jatuh di lantai dan isakkan yang terdengar samar keluar dari belah bibir merahnya dengan kedua mata yang terpejam takut. Si gadis berkulit tan menyeringai lebar, berdiri di dekat pintu dan menyandar di kusen nya, memandang santai adegan tak senonoh itu seakan-akan ia baru saja melihat acara penghibur hati. Lalu tak beberapa lama ia berdecak samar, melirik jam tangan mahal yang melingkar di tangan untuk mendapati bahwa kegiatan itu sudah berlangsung selama 5 menit dan menunggu adegan itu hingga selesai tampaknya benar-benar membosankan. "Ah, apa kau sudah puas, Danish Haidar?" Ucapnya menyela ciuman sepihak itu. Danish tersentak, menoleh ke belakang sambil membersihkan bibirnya yang penuh oleh saliva. Ia tersenyum puas saat mendapati sosok yang menjadi partner nya itu. Kiara sedikit bernapas lega saat ciuman itu terlepas, ia menarik napas sebanyak-banyaknya, berusaha menetralkan kembali deru napasnya yang memburu dan mengedipkan kedua mata untuk menghalau tangis yang seakan tak ingin berhenti keluar. Sumpah, jika tidak dalam keadaan terikat seperti ini, Kiara bisa saja menendang dan memukul Danish dengan jurus taekwondo nya. s****n sekali, kenapa sekarang semua rencananya jadi hancur berantakkan. Kejadian dimana Danish tiba-tiba menculiknya benar-benar tak ada dalam dugaan Kiara. Oh iya, Kiara jadi teringat bahwa ada satu sosok yang tiba-tiba masuk dan menghentikan pelecahan tadi. Kiara segera mengangkat kepala, pandangannya berubah berbinar seperti ia mendapat pertolongan besar dari langit. Ah, ini benar-benar sebuah pertolongan sebab di depannya sosok Jasmine berdiri bagai pahlawan -dimata Kiara-. Itu adalah Jasmine Pratiwi, sahabatnya. Pasti gadis itu ingin menolongnya. "Jasmine.." Kiara berseru dengan mata berkaca-kaca, sedangkan Jasmine meliriknya dengan pandangan aneh yang Kiara tak mengerti. Selama ini Jasmine hanya menampilkan ekspresi lembut ataupun konyol. Tapi sekarang, ekspresinya seakan mengatakan bahwa ia bukanlah Jasmine yang biasanya. Entah kenapa Kiara jadi takut. "Ah, Kiara. Bagaimana keadaanmu?-" Jasmine bersedekap dan memandang gadis itu dengan santai, di sampingnya Danish hanya menyeringai dan sesekali bersiul malas mendengar basa-basi membosankan yang Jasmine sampaikan. Kiara hampir menangis lagi, ia menggeleng kuat-kuat, "Aku takut di sini, Jasmine. Bawa aku kembali ke asrama." Suaranya serak disela kepalanya yang mendongak menatap Jasmine yang hanya mengangkat sebelah alisnya. Terpikir, apa Kiara masih menganggap nya sahabat disaat ia bahkan sudah jelas-jelas ikut tergabung dalam penculikkan ini? "Hey, aku pikir kau tak sebodoh itu untuk mengerti semuanya, sialan." Jasmine berujar santai, namun nada suaranya mampu menusuk Kiara hingga ke relung hatinya yang terdalam. Jasmine memanggilnya 's****n' dan ini bukan Jasmine yang Kiara kenal. Tidak, ini pasti bukan Jasmine Pratiwi. "A-apa maksudmu?" Kiara bertanya dengan dugaan buruk yang semakin meracuni otaknya. Ia pikir saat Jasmine berada di sini, maka Kiara bisa tenang dan dia akan keluar dari tempat bodoh ini. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, kedatangan Jasmine semakin membuat Kiara ketakutan dan berpikiran yang tidak-tidak. Jasmine terlihat memutar bola matanya malas, ia segera mendekat beberapa langkah hingga posisinya tepat di depan Kiara yang kini masih mengerjap tak mengerti. Kiara masih mencoba untuk berprasangka baik hingga titik dimana Jasmine tiba-tiba menarik kuat rambutnya, mampu membuat Kiara menjerit dan memejam kan matanya seiring sebuah kesimpulan yang mampir di otaknya. Jasmine.. juga ikut serta dalam penculikkan ini. Kiara meringis menahan sakit disela pikirannya yang bercabang. Bertanya; kenapa? kenapa harus Jasmine -orang yang Kiara percaya saat di Jakarta- dan memangnya Kiara mempunyai masalah apa dengan gadis itu? "Jasmine.. kenapa?" Kiara berkata disela desisan sakitnya, melirik wajah Jasmine yang berjarak dekat dengannya, walaupun tak berucap, Kiara dapat merasakan tatapan Jasmine yang memandangnya penuh kebencian seolah-olah Kiara sudah melakukan kesalahan fatal tak termaafkan. "Kau masih sanggup bertanya 'kenapa' ha?" Jasmine berteriak kencang hingga Kiara harus memejamkan matanya karena kaget. Lalu tarikkan itu terlepas kuat yang membuat bagian belakang kepala Kiara terhempas ke sandaran kursi kayu yang menyangga tubuhnya. Jasmine mundur selangkah, berusaha menetralkan deru napasnya yang dikuasai emosi, sedangkan Danish masih setia bersandar di dinding untuk melihat p********n yang Jasmine lakukan sedari tadi. Kiara menatap kembali sosok Jasmine disela kedua matanya yang memanas, "Aku benar-benar tidak tau kesalahanku. Selama ini aku selalu menganggapmu sahabatku. Aku tak pernah tau kalau aku membuat suatu kesalahan yang fatal sampai kau tega mengikatku di sini, Jasmine." Tatapan nya terlihat berkaca-kaca, bibir gemetar menahan tangisan yang seakan memaksa keluar. Kiara hanya tak menyangka bahwa Jasmine sampai setega ini. Terdengar kekehan pelan, lalu Jasmine berdecih sebelum kembali melihat Kiara dengan kedua mata tajamnya yang mengintimidasi, kini tatapan kekanakkan Jasmine benar-benar telah hilang sepenuhnya. "Kiara, kau ini bodoh sekali jika menganggapku adalah sahabatmu. Saat pertemuan pertama kita di koridor waktu itu, aku mungkin bisa saja berpikir bahwa kau adalah orang yang seru untuk diajak berbicara dan bermain, tapi saat aku tau kalau kau begitu menempel dengan Aditya bahkan di makan malam asrama waktu itu membuatku benar-benar langsung membencimu-" Jasmine menjeda, melangkahkan kaki untuk mendekat dan menumpukan kedua tangan di sandaran kursi, memerangkap Kiara dengan tubuhnya dan tatapan tajamnya yang tak teralih sedikitpun, "-Aku tidak suka orang-orang yang berdekatan dengan Aditya, karena-" Jasmine mendekatkan wajahnya dan berbisik di samping telinga Kiara, "-Aku..mencintainya." Adalah kalimat yang mampu membuat Kiara terbelalak lebar hingga kedua matanya nyaris keluar dari rongga nya. Kiara tak mengerti kenapa Jasmine bisa mencintai Aditya disaat gadis itu bahkan tak pernah Kiara lihat berinteraksi dengan Aditya satu kali pun. "A-apa?" Kiara terbata, memandang ke segala arah untuk berpikir dalam keadaan kepalanya yang rasanya hampir pecah. Semuanya tak dapat ditebak, jalan cerita hidupnya saat di Jakarta mampu membuat Kiara nyaris mati berdiri. Tentang Aditya, Danish, dan sekarang Jasmine yang bahkan sudah ia anggap sahabat baiknya selama ini. Jasmine tersenyum miring, menjauhkan badannya dan kembali berucap, "Nah, sekarang.. apa kau paham siapa yang selama ini membully mu saat pertama kali dan siapa yang memprovokasi orang-orang untuk membullymu lagi dengan Adina yang benar-benar marah padamu? Apa kau tau siapa dalang di balik semua itu, Kiara?" Jasmine menyeringai puas melihat ekspresi Kiara yang menyedihkan sekarang ini, dimana Kiara yang menatapnya dengan tampang tak percaya yang justru terlihat lucu di mata Jasmine. Kiara tak bisa bersuara disaat ia merasa benar-benar tertipu, yang bisa ia lakukan hanyalah mengetatkan rahangnya dan mengepalkan kedua tangan, berharap agar ia bisa menampar wajah Jasmine yang benar-benar tampak menyebalkan. "Ah, Danish, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Lebih baik kita tinggalkan dulu si culun ini." Jasmine berbalik, memberi kode pada Danish dengan lirikkan matanya sebelum keduanya benar-benar keluar dari tempat ini, meninggalkan Kiara sendirian dengan tangisan memilukan dari kedua matanya. Kiara itu dulu berandalan atau bisa dibilang bad girl, tapi dia tetap manusia yang mempunyai hati dan rasa takut. Menangis adalah cara terbaiknya untuk mengeluarkan sesak yang mengerubungi batinnya. Jasmine, orang yang ia percaya hingga Kiara yakin untuk menjadikan gadis itu sahabat terbaiknya dimana banyak orang bermuka dua di bumi ini, namun nyatanya Jasmine tak ada beda nya dengan orang-orang di luar sana. Kiara benar-benar merasa kecewa dan marah. Kiara hanya menunduk dalam tangisnya, memperhatikan sepatunya dalam pandangan kosong sebelum ia mendengar suara dobrakkan di pintu, membuat Kiara menengadah dan bertanya-tanya siapa yang ingin masuk ke dalam sini. Jika itu Jasmine dan Danish, harusnya kedua orang itu bisa masuk dengan mudah kan? Kiara merasa semakin was-was saat pintu kayu itu di dobrak semakin kuat hingga akhirnya pintu itu benar-benar terbuka secara paska, menimbulkan bunyi keras yang membuat bahu Kiara berjengit, tapi yang membuatnya lebih kaget lagi adalah sosok Aditya di sana yang memandangnya dengan mata melebar disela napasnya yang terengah. "Kiara!" Aditya langsung menyerbu masuk, refleks memeluk Kiara yang tampak menyedihkan dengan pipi basah karena menangis. Aditya tak pernah melihat Kiara serapuh ini sebelumnya, yang Aditya tau Kiara adalah gadis yang tegar meski terkadang sikapnya tak menunjukkan hal itu. "Aditya, k-kenapa kau bisa di sini?" Kiara bertanya disela pelukkan hangat Aditya yang melingkupi tubuh gemetarnya. Lalu tak beberapa lama pelukkan itu terlepas, Aditya segera membuka ikatan kaki dan tangannya sembari menjawab pertanyaannya sebentar lalu, "Aku mengikuti Jasmine hingga ke sini. Seperti dugaanku, dia pasti ikut andil dalam penculikkanmu." Jawabnya setengah konsentrasi membuka ikatan tali yang cukup kuat di kaki Kiara. Setelah semua ikatan itu terlepas, Kiara segera menghambur memeluk Aditya, bersandar di d**a bidangnya sambil menggumamkan 'terimakasih' yang membuat Aditya tersenyum tulus disela sebelah tangannya yang mengelus pelan rambut Kiara. "Tenanglah, Kiara. Aku di sini dan aku tidak akan menyakitimu lagi." Aditya berucap tulus dari hatinya yang terdalam. Teringat kembali bagaimana sikapnya selama ini pada Kiara yang membuatnya sangat merasa bersalah, apalagi Aditya tau jika motif Jasmine menculik Kiara adalah karena gadis itu cemburu jika Kiara berdekatan dengannya. "Nah, ayo kita pulang." Pelukkan itu terlepas, Aditya menyodorkan sebelah tangan besarnya untuk Kiara sambut dengan telapak tangan mungilnya. Kedua pasang tangan itu saling menggenggam erat sebelum mereka memutuskan untuk menuju pintu keluar yang masih terbuka lebar. Namun, Kiara dan Aditya kaget saat melihat sosok Jasmine dan Danish berada di sana dengan beberapa orang berbadan besar di belakang mereka. Mematai Kiara dan Aditya dengan pandangan datar meski tak menutupi emosi yang mencuat begitu banyak. Jasmine maju selangkah, "Ah, ternyata perasaanku benar jika sedari tadi aku diikuti oleh seseorang-" Jasmine menatap Aditya dengan senyuman manisnya, berbalik dengan ucapan nya yang benar-benar terdengar seperti seorang psikopat, "-Hmm tak percuma aku dan Danish keluar sebentar untuk memanggil anak buahku dan saat kembali ke sini, ternyata Aditya Naufal sudah berlagak seperti seorang pahlawan untuk gadis culun seperti dia!" Jasmine masih mempertahankan senyumnya ketika melihat Aditya yang kini menyembunyikan Kiara di belakang tubuhnya, tapi ketika Jasmine melirik kedua pasang tangan itu yang saling menggenggam erat seolah-olah tak ada yang dapat memisahkan mereka, membuat Jasmine sebal setengah mati. Dia segera melihat ke belakang, mendapati Danish yang juga mengepalkan tangannya erat menahan emosi. Jasmine menyeringai, memberi kode dengan jari telunjuknya hingga tak beberapa lama semua orang di belakangnya segera menyerang Kiara dan Aditya. "Kiara, sekarang pergi ke sudut ruangan dan berlindunglah." Aditya berdesis ketika suara derap langkah kaki itu semakin mendekat pada mereka. "Tapi, aku bisa melawan-" "Cepat, Kiara. Turuti saja perintahku!" Mendengar bentakkan setengah frustasi dari Aditya membuat Kiara secara spontan segera berlindung ke sudut ruangan, tepat di balik sebuah meja besar di sana. Mencuri intip pada Aditya yang dengan cekatan meninju semua orang jahat itu. Kiara terpana, ah, Aditya benar-benar terlihat keren. Aditya mengerahkan seluruh tenaga yang ia punya, merasa sedikit beruntung sebab dulu Aditya pernah belajar bela diri hingga dia bisa menangkis semua tinju dari orang-orang berbadan besar itu meski Aditya tak mengelak jika beberapa kali pipinya terkena bogeman mentah. Kiara semakin mencengkram ujung sweater nya saat dilihatnya Aditya yang semakin kewalahan. Awalnya mungkin Kiara bisa bernapas lega saat tau bahwa Aditya sudah menghabisi beberapa orang sebelum Danish tiba-tiba berada di belakang Aditya, bersiap memukul pria itu walaupun Jasmine sudah berteriak pada pria pucat itu untuk tidak menyakiti Aditya 'nya' dengan cara memukul pria itu dengan balok kayu. Kiara tak bisa tinggal diam, dia segera keluar dari tempat persembunyiannya, dengan cekatan menahan tangan Danish yang semula hendak mendaratkan balok kayu itu ke punggung Aditya yang masih fokus menghajar orang berbadan besar lainnya. Merasa ada yang menghalanginya membuat Danish melirik ke samping, mendapati wajah kesal Kiara yang membuatnya menggeram marah. "Menjauhlah, Kiara!" Danish berteriak marah, hendak kembali mengayunkan balok kayu itu pada Aditya sebelum ia merasakan tonjokkan kuat di pipinya yang membuatnya terjungkal ke belakang dengan sudut bibirnya yang berdarah. Awalnya Danish pikir pelakunya adalah Jasmine karena gadis itu sudah berteriak pada Danish untuk tak memukul Aditya yang hanya Danish abaikan –tapi mustahil juga, karena Jasmine itu seorang perempuan dan tidak mungkin dia punya kekuatan sebesar ini untuk melumpuhkan Danish-. Tapi betapa kagetnya dia saat tau bahwa ternyata yang memukulnya adalah Kiara Azellia yang kini berdiri di depannya dengan pandangan penuh emosi dan tangan terkepal kuat. Tonjokkan tadi benar-benar tak main-main. Kenapa Kiara bisa… melumpuhkannya? "K-Kiara." Tentu saja Danish kaget sebab ia tak pernah menyangka bahwa Kiara yang manis dan seorang perempuan mampu melakukan hal itu. Danish hendak berdiri dan membalas perlakuan Kiara sebelum ia melihat Jasmine yang berdiri di belakang Kiara, hendak menendang gadis itu, namun tiba-tiba tangan Kiara menahan gerakkan kaki itu meski si gadis mungil tak berbalik menghadap Jasmine sedikitpun. Danish terperanjat, Jasmine melebarkan matanya tepat ketika Kiara menarik kakinya hingga tubuhnya terjatuh ke atas lantai yang keras. Kiara menatap Jasmine dan Danish yang kini tergeletak di lantai, "Aku tidak selemah yang kalian pikirkan, sialan." Kiara mendesis tajam sebelum ia berbalik menuju Aditya yang kini sudah tergolek tak berdaya dengan lebam di wajahnya. Ah, sepertinya Aditya mulai kehabisan tenaga. Melihat pemandangan Aditya sekarang membuat Kiara semakin marah. Ia benar-benar tak bisa mengontrol dirinya lagi hingga kakinya bergerak cepat untuk menendang dan memukul semua pria berbadan besar itu, bahkan beberapa lainnya Kiara patahkan tangannya saat pria itu hendak memukul Aditya kembali. Kiara kembali menendang tulang rusuk pria yang paling besar dan sebelah kakinya yang lain menendang pria berkacamata hitam yang hendak meninjunya dari belakang. Kiara terus memukul tanpa henti sampai semua lawannya tergeletak tak berdaya di lantai, hanya Kiara yang tampak bersih dari lebam dan luka meski napas nya terengah dan tanpa tau jika kini Aditya memandangnya tak percaya. Kiara menyeringai melihat semua orang yang ia kalahkan, lalu ia segera berbalik melihat Aditya dan menyodorkan tangannya untuk membantu pria itu berdiri yang disambut Aditya masih dengan wajah shock nya saat menatap Kiara. Terpikir, apakah ini benar-benar Park Kiara? kalau dia bisa bela diri, kenapa selama ini dia tidak pernah melawan saat di bully? "Nah, ayo kita pulang, Aditya." Kiara berujar sama seperti yang Aditya katakan sebelumnya, hanya saja nadanya terdengar lucu dengan senyumnya yang manis, dan itu membuat Aditya terkekeh meski sesekali ia meringis sebab sudut bibirnya yang luka benar-benar terasa perih. Mereka berjalan ke arah pintu keluar dengan posisi Aditya yang dipapah oleh Kiara, tapi langkah pelan itu langsung terhenti saat Jasmine meneriakkan nama Aditya. "Aditya! Aku mohon, jangan lakukan ini. Aku mencintaimu!" Jasmine berusaha duduk meski tubuhnya terlihat lemah, ia memandang Aditya dengan kedua matanya yang berair. Terbesit rasa iba dalam benak Kiara saat melihat Jasmine, tapi ketika mengingat bagaimana perlakuan gadis itu padanya membuat rasa iba itu tergantikan dengan perasaan benci dan kecewa. Aditya berdecih, menatap nyalang pada Jasmine, "Maaf-maaf saja, Jasmine. Aku sudah katakan beribu kali bahwa aku tidak mencintaimu." "Apa karna kau membenci seorang wanita atau kau membenciku karena pengkhianatan itu?!!. Tapi melihat bagaimana kau manatap Kiara, itu seperti, seperti...." Jasmine menatap ke sembarang arah, berusaha menyadarkan otaknya bahwa semua dugaannya itu salah. "Tidak, mulai detik ini aku tidak lagi membenci wanita-" Aditya segera menarik pinggang Kiara untuk merapat padanya, menatap dalam gadis mungil itu yang hanya bisa mengerjap lucu tanda tak mengerti sebelum ia merasakan kecupan lembut di bibir dan pipinya, "Dan aku mempunyai perasaan yang sama kepada Kiara seperti perasaanku kepada Kak Serena dahulu, tapi mungkin kali ini lebih besar lagi. Aku..mencintainya." -TBC-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD