CUTIE NERD GIRL
Wajah terpahat sempurna dengan seringaian di bibir nya, menatap tepat pada cermin kamar mandi yang menampakkan refleksi dirinya sendiri dengan satu buah pisau lipat di tangan, menggenggam kuat hingga urat-urat punggung tangannya terlihat jelas. Bibirnya tersenyum –menyeringai- begitu lebar, namun kedua matanya yang terbuka nyalang nyatanya menampakkan rasa pedih yang mendalam dengan sebuah melodi sendu di dalam labirin kelamnya. Perlahan satu derai jatuh dari pelupuk –namun tidak menyurutkan kurva lebar yang masih terukir.
Satu tangan yang memegang gagang pisau ia arahkan pada lengannya yang terekspos bebas –menampakkan otot yang terbentuk sempurna, menunjukkan bahwa ia adalah pria pecinta olahraga-. Setiap detiknya pisau itu mendekat, terhenti di atas kulit lengan, menggoreskan ujung pisau disana dengan mata terpejam menikmati, mendesah lega ketika kulit lengannya terbuka hingga mengalirlah cairan pekat yang kemudian jatuh satu-satu menuju lantai kamar mandi berwarna putih.
Ia tertawa keras seperti menikmati semua luka yang ia goreskan, menatap bayangannya di cermin dengan tatapan kosong, kembali membubuhkan garis dari ujung pisau itu di setiap celah lengan.
Saat setiap luka yang tergores, ia merasa… semua rasa sakit hati dan luka menganga di dalam dirinya menjadi terangkat hingga dadanya kembali terasa ringan tanpa beban, hingga bahunya terasa kembali lega tanpa pikulan masalah.
.
.
Langit yang sedikit mendung menemani perjalanan si gadis manis berkepang dua dengan kacamata yang membingkai netra nya. Langkahnya semakin ia percepat saat akan memasuki gerbang besar yang menjadi pagar bangunan asrama cukup megah di dalamnya
Itu sekolah barunya.
"Permisi." Si gadis manis berhenti melangkah ketika tiba di depan satpam yang masih berjaga di pos nya.
Pria paruh baya itu menghampiri si gadis sembari mata memandang menyelidik.
"Ah, maaf, saya Kiara Azellia, siswa baru di sini. Dan saya sedang mencari kamar asrama saya." Kiara memperkenalkan diri setelah membungkuk beberapa kali pada satpam yang hanya manggut-manggut.
Memang benar, Kiara adalah siswa baru pindahan dari Bandung yang beruntung mendapatkan beasiswa untuk masuk ke dalam sekolah elit ini.
"Kalau begitu mari ikut saya." Si satpam memandang sebentar ke arah Kiara sebelum berjalan lebih dulu dengan Kiara yang mengekor di belakang.
Sedikit rasa heran masih membekas dalam benak si satpam. Ini adalah sekolah elite, tapi Kiara malah berpakaian seperti gadis ketinggalan zaman.
***
Kiara membungkuk dan mengucapkan terimakasih sebelum si satpam pergi dengan derap langkah kakinya yang bergema di lorong kamar asrama yang sepi. Maklum, sekarang masih jam sekolah, kemungkinan semua siswa dan siswi sedang berada di kelas. Keberuntungan untuk Kiara, karena ia akan aktif bersekolah besok.
Kiara menatap sekitar dan mencocokkan kembali tulisan di kertas dengan nomor asrama yang terpampang di pintu. Setelah yakin bahwa ia tak salah kamar, Kiara langsung membuka pintu tersebut dan ia sedikit heran karena pintu kayu itu ternyata tak terkunci.
Kiara hanya mengendikkan bahu acuh sebelum melangkah masuk, menatap sekitar ruangan yang terdiri dari dua kamar -satu kamar pintunya tertutup rapat omong-omong- lalu ada satu buah ranjang yang di sampingnya terisi meja nakas yang di atasnya terdapat lampu tidur, kemudian satu meja belajar di sudut ruangan dan yang paling Kiara sukai adalah aroma citrus yang mendominasi kamar nya.
Cklek
Bunyi pintu yang dibuka beserta derit samar yang terdengar, refleks Kiara berbalik, mendapati seorang pemuda tampan –memang di sekolah elite ini ada asrama pria dan perempuan, kebetulan ia hanya siswi yang mendapat beasiswa dan tidak bisa memilih kamar sesuka hati sebab asrama perempuan benar-benar sudah penuh, Kiara hanya pasrah saat dirinya diletakkan di kamar ini bersama satu orang pria –kamar mereka terpisah , hanya saja terdapat dalam satu ruangan layaknya seperti apartement - dengan tatapan tak suka yang mengarah padanya. Diam-diam Kiara gugup bukan main.
Menggaruk tengkuk kikuk, menggenggam ujung kopernya kuat-kuat sambil mensugesti diri bahwa tak ada yang perlu ia takutkan.
"H-halo, aku Kiara Azellia, penghuni baru ruangan ini-" Kiara menjeda sejenak, melirik pada nametag di seragam pemuda di depannya, "-Senang bertemu denganmu Aditya Naufal. Mohon bantuannya." Kiara membungkuk dalam.
"Aku tidak suka punya teman sekamar, apalagi seorang perempuan culun-" Pemuda yang bernama Aditya itu bergeser dari depan pintu, lalu mengarahkan tangannya pada pintu seakan memberi isyarat pada Kiara yang mematung.
"-Jadi, silahkan keluar dari sini, Kiara. "
Kiara mematung, nyaris melepas koper hitamnya yang masih berada di samping tubuh, meneguk ludah kasar sembari berharap jika ia baru saja salah dengar.
"A-apa?" tanya nya seperti bergumam, menatap Aditya yang hanya menaikkan sebelah alisnya dan masih mengarahkan tangan ke pintu keluar. Kali ini ia memandang Kiara lagi dari atas sampai bawah.
"Kau tidak dengar? Aku bilang, kau bisa keluar dari kamar ini," ucapnya dengan suara mutlak yang membuat Kiara membeku bak i***t. Tapi ia mendapatkan kembali kesadarannya saat Aditya menarik lengannya begitu saja dan mendorong tubuhnya keluar dari kamar bernuansa hitam putih itu.
"Nah, selamat tinggal, Kiara."
BRAKK
Lalu pintu kayu itu tertutup keras tepat di depan wajah Kiara yang masih terlihat kaget, bahkan sekarang rahangnya nyaris jatuh ke bawah, mengingat kembali ucapan pemuda tampan barusan yang membuat Kiara berpikir tentang apa salahnya hingga ia harus di usir dari kamar itu?
Kiara mematung cukup lama, menatap tak percaya pada pintu kayu di depannya yang masih tertutup dan mungkin tak akan dibuka lagi oleh penghuninya walaupun Kiara menggedor dengan suara keras sekalipun.
Helaan napas berat keluar dari celah bibir tebal yang sedikit terlihat kering, Kiara berputar arah, menyeret kembali koper hitamnya yang sedari tadi menjadi teman perjalanan panjangnya. Mengusap wajah kasar sembari berharap suatu keajaiban akan datang padanya, sumpah, Kiara tidak mau tidur di luar malam ini.
Derap langkah kaki mungil itu terdengar lesu melewati koridor asrama yang sepi, Kiara hanya menunduk dengan tatapan yang hanya terarah pada lantai koridor, berpikir tentang kemana lagi ia harus pergi setelah ini, atau haruskah ia mencari satpam dan melaporkannya? apa itu ide bagu?
DRAP DRAP DRAP
Kiara sedikit teralih atensinya saat mendengar derap langkah yang saling bersahutan di belakang tubuh, ia melongokkan kepala ke belakang untuk mendapati dua gadis berseragam yang berlarian, satu gadis yang mempunyai senyum kotak terus saja menghindar dari gadis lainnya yang berwajah sedikit lonjong.
"Jasmin s****n!! Jangan lari kau!!"Yang berwajah lonjong berteriak dengan suara cemprengnya, mengundang tawa dari si senyum kotak untuk mempercepat langkah, tapi mereka tak sadar jika Kiara berada tak jauh dari sana, hingga yang mempunyai senyum kotak menabrak Kiara dan membuat gadis mungil itu sukses terjatuh di atas lantai koridor yang dingin.
"Aw! sakit" Kiara nyaris berteriak ketika bokongnya mencium lantai, ia meringis perih dengan wajah imutnya yang terlihat sedikit memerah. Mungkin karena kesal.
"Ah maafkan aku." Orang yang menabrak Kiara segera berdiri dan menjulurkan tangan pada yang lebih mungil. Kiara mendongak, memperbaiki letak kacamatanya untuk mengerinyitkan dahi agar bisa melihat lebih jelas wajah gadis di depannya. Dan Kiara sukses semakin mengerinyit ketika yang dilihatnya bukanlah ekspresi merasa bersalah, namun senyuman kotak yang sangat lebar dari telinga hingga ke telinga.
"Hai!!" Kali ini ia melambai penuh excited di depan wajah Kiara yang masih melongo. Berpikir dalam diam tentang mengapa semua orang di asrama ini tidak ada yang normal.
"Hey, kau baik-baik saja?" Si senyum kotak melambaikan tangan lebih kencang, Kiara tersadar, mengangguk patah-patah dan berdiri dari posisi memalukannya. Niat nya ingin marah, tapi apa daya, ia murid baru di sekolah ini, dan Kiara tak mau mencari masalah.
"I-iya. Aku baik." Kiara kembali menegakkan kopernya dan memberi senyum tipis pada si gadis di depannya.
"Hey, dapat kau!!" Tapi tiba-tiba seseorang yang berwajah lonjong yang semula ketinggalan jauh di belakang, kini melingkarkan tangan pada leher si gadis yang berkulit tan dan nyaris mencekiknya jika gadis itu tidak mengucapkan berbagai kata pengampunan.
"Dasar alien jelek!!" Yang berwajah lonjong memukul kepala orang yang ia panggil alien, sebelum atensi nya terhenti pada Kiara yang hanya mengerjap bingung melihat tingkah mereka berdua.
"Eh ternyata ada orang di sini."
Kiara mendengus pelan, lalu ia memasang senyum tipis pada gadis yang berwajah lonjong, sedikit mengumpat dalam hati. Hell, ia disini sedari tadi, apa tubuh mungilnya tidak kelihatan?!
"Wajahmu tidak familiar di sini." Gadis itu kembali berkata, mengusapkan tangan pada dagunya dengan pose berpikir yang terlihat berlebihan. Si alien di sampingnya mengangguk membenarkan.
"A-aku baru pindah ke sekolah ini dan-"
"Wah keren!! Serius kau baru pindah ke sini? Wah kau sangat lucu, bagaimana kalau kita berteman?” Yang mempunyai senyum kotak memotong perkataan Kiara, suara cemprengnya menggema di seluruh penjuru koridor. Ia mendekat dan menangkup wajah Kiara, lalu menggoyang-goyangkannya gemas.
"Bodoh! Kau itu memang menakutkan, Jasmin! Bukannya ingin berteman, bisa-bisa ia lari dari mu," ucap yang berwajah lonjong, memukul sekali lagi kepala gadis di depannya dan menarik tubuh jangkung itu menjauh.
"Nah, namaku Pricelia Namira. Dan si alien menyebalkan ini adalah Jasmin Pratiwi. Kalau namamu?" terdengar ramah dan itu membuat Kiara sedikit menghembuskan napas lega. Setidaknya ia bisa mempunyai teman di sini.
"Aku Kiara Azellia, pindahan dari Bandung." Kiara menebar senyum imutnya sebelum membungkuk beberapa kali yang membaut mereka berdua berdecak.
"Tak perlu terlalu formal, Ra. Santai saja." Jasmin mendekat dan melingkarkan tangan pada pundak Kiara. Tapi tanpa diduga, satu kecupan mendarat di pipi gadis mungil itu yang membuat Kiara terbelalak lebar.
"Itu kecupan sambutan dariku." Jasmin nyengir lebar menampakkan gigi putihnya yang tersusun rapi, sedangkan Pricelia hanya geleng-geleng kepala. Terlalu maklum dengan sikap alien yang satu itu.
"Nah, jadi dimana kamar asrama mu, Ra?"
Pertanyaan dari Pricelia membuat Kiara tertunduk sedih, lalu menggeleng dan bergumam sebait kata, "Aku diusir oleh teman sekamarku."
Jasmin mengangkat dagu Kiara dan bersuara tepat di depan wajah manis itu.
"Siapa yang berani mengusir gadis imut seperti mu?" Ia memandang dalam kedua mata sipit Kiara yang kini menatapnya sedikit risih. Ternyata Jasmin itu orang yang cukup lucu dan dramatis.
"Jasmin?” Kiara meneguk ludah kasar.
"Aisshh drama apalagi yang kau mainkan, Jasmin? Minggir kau!" Lalu Pricelia si penyelamat mendorong sedikit bahu Jasmin hingga posisinya sedikit menjauh dari Kiara yang membuat Kiara sedikit menghembuskan napas lega, kemudian Pricelia menatap Kiara dan menanyakan hal yang sama.
"Jadi siapa teman sekamarmu yang kurang ajar itu."
"Aditya Naufal."
"APA??!!!! KAU SEKAMAR DENGAN IBLIS ITU?!!"