Umur seperti gelas kosong yang perlahan di isi dengan air, semakin lama semakin penuh, ukuran gelasnya pun berbeda – beda , ada yang tinggi, ada pula yang pendek, jadi manfaat kan waktu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Ki Amin yang merupakan kakek dari Krisna kini berumur lebih dari seratus tahun, kondisinya dulu sangat sehat, meski tubuhnya renta tapi ingatan Ki Amin sangat lah baik, bahkan giginya pun masih kuat dan rapi.
Tapi kondisi KI Amin seminggu ke belakang berbeda , Dia yang awalnya sehat bugar, tanpa sebab tiba -tiba mengalami sakit, badannya selalu gemetar, tubuhnya sangat dingin, tapi penglihatan dan ingatannya tetap berfungsi normal.
“ Bapak kenapa Pak?” Ujar Pak Dadang sambil membantu Ki Amin untuk duduk.
“ Ia Pak, Bapak kan kemarin sehat, makan juga banyak, pulang – pulang dari hutan kok malah sakit sih Pak?” Ujar Bu Eni sambil mengusap -usap punggung Ki Amin.
“ Ya mungkin, Bapak sudah tua, teman – teman Bapak sudah pada pergi duluan, Bapak masih di sini.” Ujar Ki Amin.
“ Ya memang nya Bapak mau pergi ke mana, ." Ujar Pak Dadang.
“ Sudah lah Pak, Bapak itu harusnya bersyukur masih di beri kesempatan menghirup udara segar.” Ujar Bu Eni.
“ Ia Bapak juga tau, tapi gak tau sekarang itu Bapak jadi kepikiran tentang diri Bapak, di saat orang lain sudah tiada, kenapa Bapak masih di sini, dan kapan giliran Bapak.” Ujar KI Amin meracau.
“ Krisna mana Krisna, Bapak sering mimpi tentang dia.” Ujar Ki Amin meracau.
“ Sudah Pak, Bapak tidur lagi saja ya, istirahat biar cepat sembuh.” Ujar Bu Eni.
“ Nanti Dadang telepon ya Pak, Krisna kan sekarang sedang bekerja di kota, biar Ilmu yang ia dapat bisa menghasilkan.” Ujar Pak Dadang.
“ Bapak sudah mimpi tentang Krisna 3 hari berturut – turut.” Ujar Ki Amin.
“ Mimpi apa Pak?” Tanya Bu Eni.
“ Mimpi tentang Krisna, Dia membawa Ku ke tempat yang hijau, lapang, dan melepaskan ikatan yang menali di tubuhku.” Ujar Ki Amin.
“ Sudah Bu , Jangan terlalu d tanggapi mimpi nya Bapak, Bapak kan lagi sakit jadi wajar berhalusinasi , mungkin Bapak sedang kangen sama cucu nya itu.” Ujar Pak Dadang.
“ Ya sudah aku ke dapur dulu , jagain dulu Bapak.” Ujar Bu Eni sambil pergi menuju dapur.
Ki Amin terus – menerus meracau, berbicara melantur, seakan -akan setengah sadar, melihat kondisi Ki Amin, Pak Dadang langsung menelepon Krisna, untuk memberitahu kondisi Ki Amin, sebelum Krisna menjawab panggilan , Ki Amin tiba – tiba berteriak yang membuat Pak Dadang terkejut.
“ PANAS, AMPUN, AMPUN!” UCAP Ki Amin.
“ Bapak, kenapa Pak!, Dadang bawa ke dokter ya.” Ujar Pak Dadang panik.
“ Jangan , Bawakan Bapak kopi hitam saja.” Ujar Ki Amin sambil memegang erat tangan Pak Dadang.
Tanpa bertanya maksud dan tujuan Ki Amin, Pak Dadang langsung ke dapur dan mengambil kopi hitam, setelah mengambilnya dari dapur dan kembali ke kamar Ki Amin, terlihat Ki Amin sedang tertidur pulas.
Padahal sebenarnya Ki Amin sedang mengalami halusinasi, tubuhnya sangat dingin, Pak Dadang mencoba membalikkan badan Ki Amin, tapi tubuh kurusnya Ki Amin terasa sangat berat , Pak Dadang mulai curiga kalau ada yang janggal dengan Ki Amin.
Ki Amin yang saat itu seperti sedang tertidur, tiba – tiba bangun dan membisikan sesuatu kepada Pak Dadang.
“ AKU BOSAN HIDUP.” Ujar Ki Amin sambil membisikkan kepada Pak Dadang.
“ Bapak ini , bilang apa!” Ujar Pak Dadang.
“ Sadar Pak,, Sadar.” Ujar Pak Dadang.
Tatapan wajah Ki Amin hanya melihat kepada satu titik, yaitu ke arah ruangan tempat penyimpanan padi, seperti orang yang mengalami trauma, Ki Amin selalu maracau dan membuat panik satu rumah dengan kondisinya saat itu.
Krisna yang saat itu telah pulang dari pekerjaan nya, melihat HP nya berisi panggilan tak terjawab, dan tertuliskan nama Bapaknya di kampung, tanpa berpikir panjang, Krisna langsung melakukan panggilan balik.
“ Halo pak, apa kabar, ada apa telepon pak?” Tanya Krisna.
“ Kamu ini, dari tadi bapak telepon, tapi tidak di angkat gimana Kamu ini.” Ujar Pak Dadang.
“ Ya maaf pak, kan di sini perusahaan besar jadi setiap karyawannya itu tidak bisa buka Hp sembarangan.” Ujar Krisna.
“ Kamu alasan saja, eh tunggu !, kamu kan seorang marketing, kenapa Kamu harus menyimpan HP Mu, Hp itu kan untuk seorang marketing sangat penting untuk menghubungi relasi – relasi.” Ujar Pak Dadang.
Mau tidak mau, Krisna akhirnya kembali berbohong.
“ ini kan perusahaan besar pak, jadi kita gak boleh pakai Hp sendiri, Tapi menggunakan HP yang sudah di sediakan di kantor.” Ujar Krisna.
“ Ya sudah, tadi bapak menelpon kamu itu mau ngasih kabar, kalau kakekmu itu sedang sakit, dan Dia ingin bertemu sama Kamu .” Ujar Krisna.
“ Kakek sakit apak Pak?” Tanya Krisna.
“ Nah itu dia, kemarin baik -baik saja, Tapi pas pulang dari hutan untuk memberikan sajen tiba -tiba badannya langsung dingin, dan sering meracau.” Ujar Pak Dadang.
“ Pulang sekarang!” Ujar Pak Dadang.
“ Krisna harus izin dulu sama atasan Pak.” Ujar Krisna.
“ terserah Kamu saja, yang penting seger Kamu pulang, kalau kakek Mu sudah tidak ada baru tahu rasa kau.” Ujar Pak Dadang.
“ Ia Pak, Nanti saya usahakan!” Ujar Krisna.
Krisna tahu kalau Bapaknya tidak bisa di bantah , semua kemauannya harus d turuti, dilema saat itulah yang Krisna rasakan, tapi jika tidak menuruti kemauan Bapaknya, Krisna akan merasa bersalah, karna takut ini menjadi pesan terakhir dari Ki Amin.
Krisna langsung di datangi oleh Bram, melihat Krisna yang sedang bingung.
“ Kau ini kenapa? Macam orang kehilangan nyawa saja.” Tanya Bram.
“ GIni Bang, Tadi orang tuaku menelepon dari kampung, memberikan kabar soal Kakekku , katanya dia sedang sakit, badannya dingin setelah pulang dari hutan.” Ujar Krisna.
“ Bawa saja ke dokter, kenapa harus kau yang datang.” Ujar Bram.
“ Ia takutnya, Kakekku ini menjadi pertemuan terakhir untuk kita, Saya takut menyesal Bang.” Ujar Krisna.
“ Ya sudah coba saja kau izin ke Pak Yuda, siapa tahu di izinkan untuk pulang sehari atau gak dua hari.” Ujar Bram.
“ Beneran Gak papa Bang?” Tanya Krisna.
“ Makannya coba Kau tanya saja langsung ke Pak Yuda.” Ujar Bram.
“ Tapi jangan lama- lama Kau di sana, Aku gak ada Kawan buat bertarung di sini.” Ujar Bram.
“ Ia Bang engga, saya usahakan cepat balik ke kota.” Ujar Krisna.
“ Dan satu lagi pesan Ku, Jangan lupa bawa oleh – oleh, siapa tau kau di sana dapat warisan besar.” Ujar Bram bercanda dengan Krisna.
“ Ah Abang ini, Aku sedang kebingungan tapi malah di ajak terus bercanda.” Ujar Krisna.
“ Ia ia maaf, biar Kau tidak terlalu tegang dan panik, makannya Aku bercanda saja, Ya sudah masuk sana minta izin ke pak Yuda.” Ujar Bram.
Krisna tanpa banyak bicara langsung pergi ke dalam menuju ruangan HRD, dia langsung meminta izin untuk mengambil cuti dikarenakan hal yang mendesak, Yuda mengizinkan Krisna untuk pulang selama beberapa hari ,tapi dengan catatan Krisna harus kembali jika suatu saat di butuh kan, meskipun urusan Krisna belum selesai.
Krisna menyetujui syarat itu, dan merencanakan kepulangannya besok, Krisna berpamitan kepada Bram.
“ Bang, Aku pamit yah, besok Aku pulang kampung dulu.” Ujar Krisna.
“ Ok gak papa, salam buat keluarga Kau di sana, semoga Kakek Mu cepat sembuh, jangan lupa pesanku bawa oleh – oleh khas sana ya.” Ujar Bram.
Mereka pun berjabat tangan, tapi Bram melihat ada sesuatu di tangan Krisna.
“ Tangan Kau kenapa?” Tanya Bram.
“ Tangan Ku?” sambil melihat telapak tangannya yang merah sedikit melepuh. “ Oh ini luka setrika Bang, semalam Aku menyetrika sambil main HP Jadi saja seperti ini.” Ujar Krisna berbohong, karena Dia pun baru sadar saat di beritahu oleh Bram.
“ Ya sudah, perban saja, takut infeksi yang ada makin lama Kau cuti.” Ujar Bram.
“ Ia siap Bang, Ya sudah aku pulang duluan.” Ujar Krisna.
Krisna pulang menuju tempat kos nya, sambil sesekali melihat tangannya yang berwarna merah, Heran. Sebab apa bisa panas dari sebuah HP bisa membakar tangan sampai seperti ini.
Lukanya sangat merah, kulitnya melepuh dan berair, tapi Krisna tidak merasakan sakit sama sekali, hal itu membuat kepercayaan diri Krisna menurun, sehingga Ia memutuskan untuk menggunakan sarung tangan untuk menutupi lukanya itu.
Krisna tidak ada menaruh curiga tentang kondisi dari kakeknya itu, padahal sebenarnya itu semua ada hubungan dengan apa yang telah keluarga Krisna lakukan sebelumnya, dan belakangan ini Krisna alami.