Episode 03

1239 Words
Sudah sebulan Agatha bekerja di club milik Edgar, sesekali pria itu memastikan Agatha baik baik saja. Edgar yang awalnya menganggap Agatha sebagai teman kini dia menyayanginya seperti adik sendiri. Begitu juga dengan Agatha yang memang dari kecil selalu merasa sendiri tak pernah mempunyai teman menganggap Edgar malaikat penolongnya. "Kau betah kerja di sini?" tanya Edgar yang malam ini datang mengunjungi club karena sudah lama dirinya tak menengok keadaan Agatha. Agatha mengangguk sambil tersenyum cerah pada Edgar, dirinya merasa menyesal kenapa tidak dari dulu pergi dari neraka Wilson. "Edy, apa kau tahu jika Beatrix akan menikah dengan kekasihnya?" tanya Agatha yang menjadi teman baik Beatrix sejak malam dirinya mulai bekerja di club Edgar. Lelaki tersebut hanya mengangguk kecil. "Kau akan datang ke pernikahan Beatrix, Edy?" tanya Agatha sementara orang yang bersangkutan hanya mengangkat bahunya acuh sambil memonyongkan bibirnya. "Isshh kau menyebalkan sekali," gerutu Agatha melihat tingkah Edgar. "Aku tidak tahu Agatha, lagi pula aku malas dan juga tidak punya teman datang kesana." Edgar menanggapi gerutuan gadis tersebut. "Haaah, berangkat bersamaku saja kalau begitu, bagaimana? Selesaikan urusannya?" Agatha menawarkan diri. "Kau tidak salah mengajakku? Kenapa tidak pergi dengan kekasihmu saja? Aku dengar dari yang lain katanya kau dekat dengan seseorang di sini." Edgar menggoda Agatha menaik turunkan alisnya, sementara Agatha mencebik sambil melipat kedua tangannya. "Ck, gosip dari siapa itu? Aku tidak pernah berkencan untuk saat ini, semuanya temanku Edy," elak Agatha. Edgar terkekeh dengan kelakuan Agatha, dirinya memang ramah pada siapapun. Namun bukan berarti Agatha mudah untuk di dekati bahkan hanya sebatas untuk diajak berkencan. "Ya ... ya ... ya ... terserah apa katamu Tuan Putri." Edgar semakin gencar menggoda Agatha. Agatha mendengus kesal karena Edgar terus saja menggodanya, Agatha kembali ke mejanya meninggalkan Edgar yang masih saja tersenyum geli saat ada seorang laki-laki bertubuh gemuk menghampiri meja yang biasa dia pakai. "Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Agatha bertanya ramah pada pria gemuk tersebut. Terlihat pria itu cemberut sambil bertopang pipi menatap ke arah Agatha. "Hah, apakah nasib percintaan ku selalu sial seperti ini, Sweety?" tanya pria tersebut yang memanggil Agatha dengan sebutan sweety. "Jangan menyerah Jhon, jika kau ingin balas dendam pada kekasihmu yang super menyebalkan itu balas dendam dengan cara yang elegan," timpalnya memberi saran pada pria bernama Jhon tersebut, Agatha mengutuk mantan kekasih Jhon yang memang keterlaluan dimatanya. "Caranya?" "Buat dia menyesal pernah menyakitimu, buat dia akhirnya sadar jika kau adalah laki-laki baik Jhon. Jangan bicara kau tidak percaya diri dengan penampilanmu, sudah berapa kali aku bilang Jhon, ubahlah kebiasaanmu yang buruk mulai sekarang berolahraga lalu makanlah makanan yang sehat dan mengandung gizi, jauhi alkohol juga rokok sayangi dirimu sendiri sebelum kau menyayangi orang lain Jhon!" saran Agatha pada Jhon dan diangguki dengan mata berbinar. "Baiklah Sweety, akan aku lakukan semua nasehatmu mulai sekarang, tapi maukah kau menemaniku setiap pagi untuk berolahraga?" "Untuk yang satu itu, aku tidak bisa berjanji hehehe." Edgar menghampiri Agatha juga Jhon yang terlihat asyik mengobrol. "Seru sekali." "Ya, lumayan." "Kali ini apa misinya?" "Tetap balas dengan elegan!" jawab Agatha mantap sambil melirik Jhon yang tersenyum smirk, sementara Edgar hanya menggeleng kecil karena dirinya tahu jenis pembalasan seperti apa yang digunakan Agatha, dan semua orang yang bertanya padanya selalu berhasil melakukan trik dari gadis tersebut. *** Felix uring-uringan ketika ayah juga ibunya memintanya pulang ke mansion, rupanya ayah dan ibu Felix membahas perihal perjodohan yang sering kali di abaikan oleh putra bungsu mereka. Sementara umur Felix sudah cukup mapan untuk menikah, tapi dirinya selalu terpaku pada perlakuan gadis yang dulu pernah membodohi dirinya. "Mau sampai kapan kau melajang Felix, umurmu itu sudah kepala tiga?" tanya ibunya saat Felix pulang ke mansion. "Tapi Mom, aku belum ingin menikah." Felix tetap pada pendiriannya jika semua wanita sama seperti yang dirinya fikirkan tentu saja ibunya adalah pengecualian. "Mommy sudah capek di tanya oleh rekan-rekan Mommy." "Tinggal Mommy jawab saja, jika nanti sudah waktunya, mereka pasti Mommy undang. Selesai 'kan perkaranya? Kenapa Mommy harus repot mengurusi omongan rekan-rekan Mommy?" Felix selalu mendebat ibunya jika hal itu membahas masalah perjodohan. "Bahkan Frans saja sudah mau menikah sebentar lagi, kau kapan Felix." Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu merasa gemas sendiri dengan tingkah anaknya. "Semua wanita itu sama mereka semua itu mahluk rendahan dan aku tidak pernah lagi percaya pada mahluk berjenis wanita." Felix berucap berapi-api meluapkan emosi yang tanpa sengaja dirinya mengingat wanita masa lalu yang membodohi nya hingga ke akar. "Termasuk Mommy?" tanya ibunya. "Mommy adalah pengecualian, maksudku semuanya wanita kecuali Mommy dan Valery tentu saja!" "Hah, terserah apa katamu Felix." pada akhirnya perdebatan kali ini pun Felix keluar sebagai pemenangnya. Sementara Daddy Felix hanya jadi penonton, yang menyaksikan acara debat istri serta anak bungsunya itu. Karena dirinya tahu seperti apa keras kepalanya pemuda yang merupakan duplikat dirinya tersebut. Kepulangan Felix ke mansion membuat mood dirinya buruk, tepat pukul sembilan malam dirinya pergi ke club untuk menenangkan diri. Hal pertama yang di lihat Felix adalah pemandangan menjijikkan untuknya yang semakin menguatkan pandangan dirinya, Felix menatap wajah-wajah wanita yang lapar akan belaian juga lembaran-lembaran kertas berisi beberapa digit angka. Felix sering mengunjungi club ini sehingga dirinya hafal beberapa pekerja disini. "Berikan aku seperti biasa!" titahnya. Tanpa sengaja pandangannya bertumbuk pada sosok wanita yang dengan santainya berbincang dengan laki-laki yang terlihat kisaran umur empat puluh atau awal lima puluhan, tak lama setelahnya wanita itu bangkit sambil tersenyum menjabat tangan pria di hadapannya, terlihat di pria memberikan selembar cek padanya. Felix mendelik sinis melihat pemandangan itu, 'penilaian ku terhadap wanita ternyata tidak salah, mereka semua gila uang,' monolog Felix. Saat pesanannya datang wanita tadi menghampiri meja dan duduk tepat di sebelah Felix dengan senyum mengembang. "Wah Sweety, kau terlihat senang malam ini, ada berita apa?" tanya rekannya pada wanita yang sejak tadi Felix perhatikan. 'cih sweety,' dengus Felix sebal mendengar perkataan rekan wanita itu. "Tentu saja aku senang, bahkan aku merasa sangat bahagia, Vin. Aku traktir kau minum malam ini tapi tidak lebih dari dua botol kau paham!" ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah rekannya yang bernama Vincent. Vincent hanya nyengir kuda mendengar Omelan gadis cantik tersebut. "Hei aku bersungguh-sungguh tau," ucapnya sebal sambil melipat tangan. Felix yang sedari tadi menonton merasa gatal ingin berkomentar. "Wah, sepertinya Nona mendapat proyek besar, tapi kenapa kau pelit sekali hanya memberikan dua botol bahkan pada temanmu sendiri." komentar Felix dengan pedas. Agatha menoleh pada pria yang duduk di sampingnya. "Benar Tuan, aku memang mendapatkan projek besar, dan juga apa salahnya membatasi alkohol yang akan di teguk temanku?" "Kau bahkan bisa mendapatkan uang dengan mudah, jika kau rajin menjajakan diri harusnya tidak perlu perhitungan pada teman yang juga ikut bahagia melihat kesuksesanmu yang berhasil memeras laki laki tua." Felix berucap sinis. Agatha berang mendengar nada bicara juga kalimat tuduhan laki laki di sebelahnya ini, Agatha berdiri dan tanpa kedua pria itu sadari Agatha menyiramkan minuman soda yang di buatkan Vincent untuknya. Byuuurrr .... Baju mahal Felix basah terkena hadiah perkenalkan dari Agatha. "Jaga bicaramu Tuan, aku bukanlah wanita seperti itu," ucap Agatha dengan wajah merah menahan emosi. Felix yang tidak terima dengan perbuatan Agatha geram nyaris mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan, namun sebelum itu terjadi Agatha lebih dulu menyodorkan pipinya. "Tampar saja jika kau memang berani! Hanya laki-laki banci yang berani kasar terhadap wanita, lagipula kenapa Tuan harus marah? Saya berbuat seperti itu karena Anda bicara tidak sopan terhadap saya!" Agatha dengan berani menghadapi seorang Felix William yang terkenal arogan. Vincent yang merasa takut terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan lekas membawa Agatha ke belakang, sambil meminta maaf pada Felix
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD