Episode 02

1765 Words
Agatha merasa bosan setelah membantu para maid membersihkan mansion Edgar, dirinya bersantai di taman belakang sambil duduk di ayunan yang menghadap gazebo, di taman belakang ini terdapat kolam ikan dan taman bunga mini berisi beberapa jenis bunga. Agatha yang tidak mengerti tentang bunga hanya bisa memandang kecantikan bunga-bunga tersebut. Bahkan di kolam yang di isi beberapa jenis ikan disana juga terdapat bunga teratai putih. Agatha tersenyum ternyata seorang Edgar memiliki selera menenangkan diri seperti wanita. Dirinya terkejut saat ayunannya bertambah kencang, rupanya si pelaku yang tak lain adalah Edgar hanya cengengesan tanpa dosa. "Kau sudah pulang, Edy?" Edgar duduk di ayunan sebelah Agatha, hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Agatha. "Emmm, Edy apa boleh aku bekerja denganmu. Maksudku pekerjaan lain selain menjadi maid?" tanya Agatha. "Untuk apa? Lebih baik kau disini saja, aku senang mempunyai teman sepertimu Agatha." "Tapi Edy, tidak mungkin aku terus membebani mu dengan menampungku secara cuma-cuma. Aku tidak punya keahlian dan juga jika aku jadi maid di mansion, bisa kau lihat sendiri maid disini sudah lebih dari cukup." Agatha berbohong tentang dirinya yang tidak punya kemampuan, padahal dirinya tahu tidak akan ada satupun perusahaan yang mau menerimanya bekerja karena campur tangan keluarga Wilson yang benar benar ingin melihatnya menjadi gelandangan menyedihkan. Edgar tampak berfikir mendengar penuturan Agatha. "Jika kau mau, kau bisa bekerja di club yang aku kelola, tapi apa kau yakin Agatha?" tanya Edgar memastikan. Agatha mengangguk setuju, refleks dirinya memeluk Edgar. "Terimakasih kasih Edy, kau malaikat bagiku. Kau menolongku bahkan sekarang kau memberikan aku pekerjaan," ujar Agatha sambil melepaskan pelukannya dari Edgar. Edgar hanya tersenyum sambil mengacak pelan rambut Agatha. "Tapi apa kau yakin bekerja di club?" Edgar bertanya lagi untuk memastikan keputusan Agatha. "Aku yakin Edy, terimakasih bantuan mu. Jadi kapan aku bisa mulai bekerja?" Agatha bersemangat memulai harinya bekerja di club milik Edgar. "Besok malam jika kau tidak keberatan, bagaimana?" "Tentu saja aku siap. Aku akan menyewa kamar kecil untuk aku tinggali nanti," kelakar Agatha sambil tersenyum sumringah membayangkan dirinya punya pengalaman kerja baru meski hanya di sebuah club malam. "Tidak perlu menyewa, jika kau tidak mau tinggal disini setidaknya tinggallah di apartemenku yang letaknya tidak jauh dari club." Agatha mengangguk semangat, dirinya sudah tidak sabar bekerja di club yang bahkan dirinya tidak tahu seperti apa itu club. *** Prak ... pranggg .... Seorang pria mengamuk mengacaukan segala sesuatu yang ada di kamarnya, membanting vas, gucci bahkan meninju cermin di hadapannya hingga tangannya berdarah tapi pria tersebut mengacuhkannya, dirinya tidak perduli tangannya terluka. Dirinya hanya butuh pelampiasan kekesalannya akan satu fakta yang jika dia ingat membuat pria tersebut berfikir jika dirinya benar benar seperti orang t***l, dirinya akan mengamuk jika mengingat kebodohannya dulu. Bahkan kejadiannya sudah hampir 7 tahun berlalu namun dirinya masih merutuki kebodohannya yang percaya pada wanita. Ternyata wanita yang sangat dia percaya bahkan dia cintai selama bertahun-tahun hanya memanfaatkan dirinya, wanita itu bahkan menjajakan diri pada pria p****************g hanya demi kertas berisi angka 'UANG' dirinya sungguh tidak percaya dulu pernah sebodoh itu. Selesai dengan pelampiasannya, lelaki tersebut bangkit mengajak asistennya pergi ketempat diman dirinya bisa melihat fakta bahwa wanita memanglah mahluk rendah yang menghalalkan segala cara demi beberapa lembar uang. "Ke tempat biasa Frans!" titah laki laki tersebut. Frans hanya mengangguk sambil melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, tak perlu waktu lama mereka sampai di club terbesar di kota tersebut. Melangkah angkuh seperti biasa seorang Felix William memasuki club dengan segala hingar-bingar didalamnya. Felix duduk di depan meja bartender, memesan alkohol kadar tinggi dan paling mahal. Felix menunggu minumannya jadi, seorang wanita berpakaian sexy berwarna merah menghampirinya dengan gerakan sensual. "Mau aku temani, Sir?" tanya wanita tersebut sambil meraba-raba d**a bidang Felix, sementara Felix mengacuhkan wanita tersebut. Karena tidak ada penolakan dari Felix membuat si wanita semakin berani menjelajah d**a bidang Felix, namun tanpa diduga Felix menarik rambut wanita tersebut dengan kasar. "Dengar jalang!!! Aku tidak akan pernah tergoda oleh tubuh bekas pakai sepertimu. Dasar perempuan rendahan!!!" ujar Felix sambil menghempaskan wanita tersebut sampai terhuyung. Wanita itu lari terbirit-b***t menghindari kemurkaan Felix. Felix terus minum hingga mabuk, untunglah ada asisten sekaligus sahabatnya Frans yang selalu siaga dengan situasi seperti sekarang. Frans membawa tubuh Felix yang oleng akibat mabuk. *** Agatha bangun dengan bersemangat, dirinya hari ini pindah ke apartemen milik Edgar, sungguh Agatha sangat beruntung bertemu laki laki berhati malaikat seperti Edgar. Di bantu beberapa maid Agatha membereskan pakaian yang sengaja di belikan Edgar. "Sudah selesai?" Edgar melongok di balik pintu. "Ya Edy, sudah selesai." Agatha sengaja di antar oleh Edgar sekaligus calon bosnya nanti di club, meskipun Edgar tidak selalu berada disana tapi tetap dialah bos-nya. Agatha terbengong melihat apartemen mewah milik Edgar, ini sih bukan apartemen kecil atau sederhana tapi ini sangat mewah. "Emmm, Edy berapa biaya perbulannya? Ini sangat mewah," cicit Agatha, sementara Edgar tertawa mendengar pertanyaan Agatha. "Kau ini bicara apa? Aku tidak memungut biaya untuk apartemen yang akan kau tempati." "Kau yakin Edy? Tapi ini sangat mewah." "Aku yakin Agatha, bukankah kita berteman? Jadi biarkan aku membantumu sebagai teman." Agatha terharu, jika dirinya tahu akan bertemu orang sebaik Edgar sudah sejak dulu dirinya angkat kaki dari kediaman Wilson, tapi biarpun terlambat setidaknya dirinya sekarang tidak lagi merasa tertekan. Keputusan yang dirinya buat untuk meninggalkan kediaman Wilson ternyata langkah yang sangat tepat. Namun tidak dipungkiri jika Agatha merindukan adiknya, laki laki yang selalu membela dirinya meskipun umurnya terpaut tujuh tahun dari Agatha. *** Felix memijat pelan pangkal hidungnya, merasa pusing dengan segala permasalahan yang timbul di perusahaannya, seseorang mencoba membobol sistem keamanan yang sengaja Felix pasang untuk antisipasi masalah seperti sekarang. Untunglah keamanan perusahaannya tidak diragukan lagi. Tok ... tok ... tok.... "Masuk!" Frans menghampiri bosnya yang terlihat kacau sambil membawa sebuah laporan. "Ini hasilnya," ujar Frans Felix membuka lembaran kertas dibawa Frans, tangannya mengepal membaca setiap baris laporan yang tercetak di kertas tersebut. Frans begitu cekatan dalam masalah pekerjaan, begitu dirinya tahu jika sistem keamanan hampir saja di bobol dirinya langsung menyelidiki hingga tuntas. BRAKKK "Kurang ajar! Beraninya dia mengusik seorang Felix William, kita lihat saja siapa yang akan memenangkan tender ini," geram Felix sambil menggebrak meja, Frans hanya menonton luapan amarah bosnya tersebut. Rupanya yang mencoba membobol sistem keamanan perusahaannya adalah saingan bisnisnya, dan juga salah satu pegawainya yang mencoba berkhianat. Felix tentu saja tidak tinggal diam, dirinya akan membalas telak perbuatan lawannya dengan bermain cantik. "Ku pastikan kau tamat!" ucap Felix sambil mengepalkan tangannya. Felix menyuruh Frans mengadakan rapat dadakan, guna memberikan karyawan tersebut pelajaran. Tanpa komando dua kali Frans berlalu keluar ruangan Felix. *** Agatha sudah bersiap sejak pukul delapan malam, dirinya menunggu Edgar yang akan mengantar serta memberitahu para karyawan club tentang Agatha. Mereka sampai di depan club, Agatha terbengong sambil menganga lebar melihat club yang ada didepannya. Dirinya sampai menelan ludah. 'Apa aku bisa bekerja disini?' batin Agatha yang memang tidak pernah masuk club sebelumnya. Dirinya menarik baju belakang Edgar membuat pria itu menghentikan langkahnya. Edgar bingung melihat Agatha yang masih diam. "Kau kenapa?' "Aku takut Edy." Edgar mengerutkan keningnya. "Takut kenapa?" tanyanya. "Sejujurnya, a ... a ... aku ... aku belum pernah masuk ke club Edy," cicit Agatha dengan suara rendahnya, sontak saja pengakuan Agatha membuat Edgar tertawa geli. "Kau bercanda? Berapa umurmu? Sungguh kau belum pernah masuk club?" tanya Edgar di sela-sela tawanya, dirinya tidak menyangka jika gadis yang ditolongnya merupakan gadis langka, bahkan hanya sebatas masuk club saja tidak pernah. Bahkan jika menilik masa kini mungkin sudah jarang wanita baik baik meskipun ada tapi sepertinya sulit untuk di temukan. Dan Edgar menemukan salah satunya yaitu Agatha. Agatha menggeleng sedikit heran menyaksikan Edgar yang terbahak. "Kenapa kau tertawa? Memangnya salah jika aku tidak pernah masuk club?" tanya Agatha dengan polosnya membuat Edgar terkekeh sambil mengacak rambut gadis tersebut dengan gemas. "Kau belum pernah masuk club dan sekarang akan bekerja di tempat ini yang merupakan club terbesar di kota?" Edgar bertanya dengan nada geli. Agatha hanya mengangguk polos. "Baiklah, aku jamin tidak akan ada yang berani menyentuhmu jika memang kau tidak ingin. Nanti aku bicarakan semuanya pada pegawai disini," ucapan Edgar membuat Agatha bernafas lega. Tanpa harus menjelaskan segalanya Edgar ternyata sudah faham apa yang menjadi kegelisahan Agatha, dirinya benar benar berterima kasih pada Edgar. "Terimakasih Edy." Agatha tersenyum tulus, Edgar hanya mengangguk sambil menggandeng Agatha berjalan memasuki club. Agatha menutup telinganya dirinya merasa jika kepalanya mau pecah mendengar suara dentuman musik, di tambah bau asap rokok juga alkohol membuatnya sesak, tapi Agatha harus bisa membiasakan diri dengan keadaan seperti ini. Mereka masuk semakin dalam, disana tempat para pegawai berkumpul melakukan briefing bersama Edgar. "Malam semuanya, kita kedatangan teman baru yang sedikit ...." Edgar melirik Agatha yang menggigit bibir bawahnya akibat gugup. "Malam ini kita kedatangan teman baru yang begitu unik, dia tidak pernah masuk club tapi akan bekerja di sini. Aku minta kalian menjaganya, karena dia sudah seperti adikku," ujar Edgar memberi penjelasan pada para pegawainya. Agatha benar benar gugup di lihat beberapa pasang mata yang memandangnya. "Ha ... ha ... halo, aku A ... Agatha senang bisa bergabung bersama kalian." Agatha memperkenalkan diri dengan tergagap. Para pegawai disana merasa terhibur dengan tingkah polos Agatha. "Halo Agatha, semoga betah kerja disini," jawab seorang pria muda kisaran usia tiga puluhan. "Karena Agatha masih sangat takut dia juga 'polos' aku memberinya pekerjaan menjadi konsultan pria pria patah hati atau pun wanita wanita yang sedang kesal dengan kekasihnya. Tidak ada pelayanan berupa kontak fisik untuknya," jelas Edgar pada semua pegawai, mereka semua mengangguk faham dengan apa yang Edgar maksud. Setelah selesai Edgar membubarkan pegawainya, mengajak Agatha duduk menenangkan diri dulu sebelum bekerja. "Kau tidak keberatan kan Agatha." "Sama sekali tidak, aku sungguh berhutang budi atas kebaikanmu Edy," ucap Agatha yang sudah mengetahui tugasnya setelah tadi di jelaskan oleh Edgar. Saat sedang berbincang, seorang wanita mendekati Edgar dengan dandanan menor dan juga pakaian kurang bahannya. "Lama tak bertemu Edy," ucap wanita tersebut sambil mengecup pipi Edgar. Agatha bergidik melihat tingkah perempuan yang mendekati Edgar, dirinya bermanja-manja di pangkuan Edgar tanpa respon dari pria tersebut. "Temani aku Edy, aku sungguh sedang sangat kesal malam ini." rayu si wanita. "Kesal kenapa Beatrix?" setelah bungkam cukup lama Edgar akhirnya mengeluarkan suara. "Pria itu memutuskan hubungan kami." adu wanita bernama Beatrix tersebut. "Ah, kebetulan sekali kau sedang patah hati Beatrix. Kau lihat di sampingku ada seorang gadis?" Beatrix mengangguk. "Dirinya bisa membantu mencari solusi masalahmu." Edgar memperkenalkan Beatrix dan juga Agatha, mereka langsung saja akrab. Bahkan Beatrix tak sungkan bercerita masalahnya dan mendapatkan solusi dari Agatha meskipun gadis itu hanya pernah dua tiga kali berkencan namun Agatha adalah wanita peka, dirinya juga wanita yang baik. Malam ini Agatha lewati dengan suka cita, mendapatkan teman baru juga pekerjaan, para pegawai club juga begitu menyukai Agatha membuat gadis tersebut betah di hari pertamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD