1

1434 Words
Sometimes the smallest things take up the most room in your heart. ••• Rose dan Jasmine, hanya berbeda tujuh menit ketika mereka hadir di dunia ini. Menjadikan Jasmine sebagai kakak dan Rose sebagai adik. Seperti namanya, Jasmine tumbuh sebagai gadis yang cantik jelita penyuka warna putih. Sedangkan Rose seperti setangkai bunga mawar, meski kecantikannya sama dengan Jasmine, namun ia kuat seperti bunga mawar yang melindungi dirinya dengan duri yang tumbuh di tangkainya. Yang membedakan mereka hanya tubuh Jasmine yang lebih kurus dari Rose. Sifatnya yang lemah lembut membuat Jasmine tampak lemah. Karena kebetulan tubuhnya memang tidak sekuat Rose. Alhasil kedua orang tuanya memiliki perhatian lebih kepada Jasmine daripada Rose. Meski kenyataannya orang tua mereka menyayangi kedua buah hatinya. Sayangnya dari sudut pandang mata Rose yang sudah beranjak remaja--usianya baru sebelas tahun--semua perlakuan kedua orang tuanya kepada Jasmine membuat Rose merasa jika dia bukanlah anak yang diinginkan. Tapi orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya setelah melahirkan dan membesarkannya saja membutuhkan pengorbanan besar? Hingga suatu hari ketika Rose melakukan aksi protes akan sikap tidak adil kedua orang tuanya, dengan lembut ibunya memberitahukannya jika Jasmine tidak sekuat dirinya dan sebagai saudara, Rose wajib melindunginya. Sejak itulah Rose mengerti jika mungkin ia dilahirkan sebagai pelindung Jasmine. Bukan sekedar saudara.  "Menurut kamu, lebih bagus yang mana?" tanya Jasmine sambil memamerkan dua kartu undangan yang menjadi perdebatannya dalam hati sejak sepuluh menit yang lalu. Dengan malas Rose yang sedang menopang dagunya dengan sebelah tangannya, memutar kedua bola matanya lalu memandang dua buah kartu undangan yang disodorkan Jasmine. Kartu undangan untuk pernikahannya sendiri dengan kekasih yang telah menjalin hubungan dengannya selama dua tahun. "Menurut kamu?" tanya Rose balik. "Lho, kok kamu malah tanya balik ke aku? Justru aku lagi tanya kamu Rose karena sejak tadi aku bingung harus pilih yang mana. Keduanya sangat indah di mataku!" jelas Jasmine kesal. "Yang mana saja tidak masalah buatku. Kamu pilih sendiri saja." Jasmine berdecak kesal, mengajak Rose adalah sebuah kesalahan. Seharusnya ia mengajak mama atau bi Minah mungkin lebih membantunya daripada Rose! Sayangnya mama sedang tidak enak badan dan bu Minah sibuk memijati mama! Akhirnya setelah mempertimbangkan sekali lagi, pilihan Jasmine jatuh pada sebuah kartu undangan berwarna berwarna putih gading. Yang design-nya seperti sebuah surat di dalam amplop. Pada bagian penutup amplop ada ukiran indah di bagian sisinya dan pada bagian ujungnya terdapat dua buah hati yang terikat menjadi satu. Ia yakin Joe juga akan menyukainya. "Habis ini kita makan dulu ya Rose. Aku lapar," ajak Jasmine sambil melirik Rose yang sedang fokus menyetir. "Okay. Di mana?" "Bagaimana kalau bakmie Sahabat? Kan dekat dari sini," usul Jasmine. "Okay," jawab Rose singkat. Restoran mana pun tidak menjadi masalah buat Rose. Asalkan restorannya dekat dengan jalan yang sedang dilaluinya dia tidak akan protes. Yang terpenting jauh dari penyakit yang namanya 'macet'. Karena perutnya sudah lapar sejak tadi tidak bisa menerima alasan. Sebab menemani Jasmine cukup menguras banyak energinya. Setelah memesan bakmie komplit berisi baso dan pangsit, mereka pun menunggu dengan kesibukan mereka masing-masing. Jasmine yang tampak sibuk melihat-lihat isi menu dan Rose yang tampak sibuk dengan ponselnya. Bahkan sesekali ia terkikik kecil sehingga membuat Jasmine sedikit merasa penasaran. "Kapan kamu dan Glenn meresmikan hubungan kalian?" tanya Jasmine to the point. Sepasang mata Rose membulat, tidak percaya jika saudara kembarnya menanyakan pertanyaan yang terdengar tidak masuk akal, bahkan di telinganya sendiri. Bagaimana bisa dirinya dipasangkan dengan Glenn? Teman sepermainan sejak Rose duduk di bangku kelas enam SD. Laki-laki yang usianya tiga tahun diatasnya, namun isengnya melebihi anak TK. Sangat mustahil dirinya berpasangan dengan laki-laki itu! Memangnya Jasmine tidak tahu jika Glenn sering berganti pasangan layaknya ganti baju!? "Kamu nggak salah sebut nama, kan?" "Aku serius, Rose." "Tapi siapa tahu kamu salah sebut nama. Misalnya nama yang kamu sebutkan seharusnya Tom Cruise. Bukan Glenn," sanggah Rose asal. Kedua alis Jasmine terangkat. Saudara kembarnya ini memang tidak pernah serius. "Kalau menurutmu begitu, aku yakin ada yang salah dengan pendengaranmu dan sebaiknya kamu segera ke dokter. Lagipula, kalian sangat dekat, kan? Jadi tidak ada kemungkinan untuk menyangkalnya Rose," kata Jasmine mencoba meyakinkan Rose. Bisa dikatakan usia mereka sudah cukup matang untuk menikah, dua puluh lima tahun. Hanya saja perbedaan diantara mereka membuat keduanya memiliki happy ending yang berbeda. Jasmine yang pertama kali bertemu dengan Jonathan, langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan memutuskan menikah setelah dua tahun lamanya menjalin kasih. Sedangkan Rose yang sejak memakai seragam putih biru masih terus mencari pangeran berkuda putihnya. Hingga diusianya yang dua puluh lima tahun ini. Beberapa kali ia mencoba berpacaran, tapi belum ada satupun yang dapat membawanya ke jenjang pernikahan.   Tidak banyak jumlah mantannya, hanya tiga pria. Tapi ketiganya selalu sukses membuat Rose kecewa pada akhirnya. Dan sekarang ia terlalu malas untuk memulai hubugan baru. Bukan karena tidak ada pria yang mendekatinya atau Rose tampak tidak menarik. Hanya saja entah mengapa kali ini Rose sangat menikmati masa kesendiriannya.  "We're just friends. Tidak lebih. Lagi pula, Glenn baru saja mendapatkan kekasih. Jadi tidak mungkin aku bersamanya," bantah Rose. Jika membicarakan Glenn, kemungkinan besar pria itu akan menjadi pria terakhir yang dipacari oleh Rose. Mengapa? Karena status playboy yang disandang Glenn cukup luar biasa. "No way! Aku bisa lihat cinta untukmu di dalam matanya. Para kekasihnya hanyalah hiburan untuk dirinya." "Cinta? Cinta dari Hongkong! Kamu salah Jas. Dan ingat semua manusia bisa melakukan kesalahan, Jas. Termasuk kamu," kata Rose sok bijak. Tentu saja alasannya karena ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Lagipula mana ada cinta di dalamnya jika berada di dekat Glenn saja tak mampu membuat hatinya berdebar-debar. Jasmine terlalu asal mengambil kesimpulan. Syukurlah, pelayan restoran datang tepat waktu dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman yang mereka pesan. Membuat keduanya harus menunda pembicaraan mereka. Sehingga Rose dapat menarik napas lega. *** Tidak terasa hari yang ditunggu-tunggu oleh dua anak manusia yang sedang dipenuhi oleh cinta pun tiba. Hari di mana mereka akan menjadi satu dihadapan Tuhan dan hukum. Hari besar yang hanya terjadi satu kali seumur hidup. Setelah mengucapkan janji di hadapan sang pencipta dan tamu undangan, mereka pun akhirnya sah menjadi pasangan suami isteri. Senyum penuh kebahagiaan terukir jelas di wajah mereka. Termasuk Rose dan mama yang memandang sepasang mempelai pengantin di depan sana dengan perasaan bahagia. Setelah itu, malamnya acara dilanjutkan dengan sebuah pesta. Pesta respesi yang bertemakan princess memenuhi ballroom di salah satu hotel ternama di kota Bogor ini. Jasmine tampak cantik dalam balutan pakaian pengantinnya berwarna putih gading. Buket bunga mawar putih dan pink berada dalam jemarinya yang terbungkus oleh sarung tangan tembus pandang. Begitu juga dengan Joe yang tampak menawan dibalik jas hitamnya yang licin. Rambutnya yang biasa berantakan disisir me belakang. Menambah nilai kemaskulinannya. Satu persatu tamu memberikan salam dan ucapan selamat atas pernikahan mereka. Dengan senyum yang terukir di bibir, Rose memandang kembarannya dari kejauhan. "Kapan giliranmu berada di atas sana?" Sebuah suara berhasil membuat Rose menoleh ke sumber suara. "Glenn!" serunya. Di depannya Glenn tampak tampan dalam balutan tuxedo hitam yang melekat pas di tubuhnya. Rambutnya yang panjang hingga mencapai mata, diberi gel sehingga tertata rapi. Sangat berbeda dengan Glenn yang selalu dilihatnya pada saat mereka bertemu pada weekend. "Kamu mau membuatku terkena serangan jantung di hari yang sama dengan hari pernikahan Jasmine?" omel Rose tanpa memedulikan pertanyaan Glenn. "Aku tidak sekejam itu Rose. Kamu terlalu berlebihan," sanggahnya kemudian Glenn menenggak minuman yang berada di tangan kanannya. "Kapan kamu tiba? Kok tidak mengabariku?" "Sekitar sepuluh menit yang lalu. Aku harus bertemu dengan tante Lita dan mamamu yang baik hati itu tidak ingin aku meninggalkannya. Jadi, aku terjebak bersama mamamu dan teman-temannya untuk beberapa menit sebelum akhirnya pamit dengan alasan ingin mencarimu," jelas Glenn yang sukses membuat Rose tertawa geli membayangkannya. Ia sangat mengenal seluruh teman mamanya yang sedikit centil bila melihat pria tampan. Sampai terkadang mereka lupa akan usia mereka saat ini. "Sudah bertemu dengan Jasmine?" Glenn menggeleng sekali. "Belum." "Kamu harus menemuinya. Sejak tadi dia menunggumu," tegur Rose sambil mencari sosok di mana keberadaan Jasmine, Sebab terakhir ia melihat saudari kembarnya itu, Jasmine tampak sibuk menyapa beberapa tamu undangan. "Akan kulakukan nanti. Sekarang lebih baik kamu menjawab pertanyaanku." Kening Rose bertautan. Matanya yang bulat memandang manik cokelat milik Glenn. "Pertanyaan yang mana?" tanyanya bingung. Glenn berdecak kesal. "Kapan giliranmu berdiri di depan sana?" ulangnya. Hening sejenak. "Entahlah... aku sendiri tidak tahu," gumamnya. Pertanyaan Glenn sedikit membuat Rose bingung. Sejauh ini ia tidak pernah berpikir untuk menyusul Jasmine dalam waktu dekat. Keinginannya saat ini adalah melihat Jasmine bahagia.                                                                          "Bagaimana jika suatu hari nanti biar aku yang menemanimu berdiri di depan sana?" sahut Glenn yang berhasil membuat Rose menolehkan kepalanya dan memandang pria itu dengan mata bulatnya yang membesar. Jika tidak sedang bercanda, Glenn pasti sudah tidak waras. Namun hati kecil Rose berharap Glenn hanya bercanda. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD