Prolog (Part 1)

1164 Words
Whitown, 16 Maret 2029 R ========================================== "Pernahkah kalian berpikir, apakah yang akan terjadi pada dunia ini di masa depan nanti?" kata seseorang pada anak-anak di hadapannya. "Tidak, memangnya kenapa?" kata satu anak di paling belakang. "Kurasa mulai saat ini kalian sebaiknya memikirkannya, atau kalian akan berakhir sama seperti manusia pada zaman dahulu kala." kata orang itu. Terlihat sekumpulan anak berumur sembilan sampai dua belas tahunan sedang berkumpul di hadapan seorang pria berjubah misterius yang wajahnya tertutup oleh tudung. Mereka terlihat di taman kota sedang duduk santai dibawah pohon besar. "Memangnya apa yang terjadi pada manusia di zaman dulu?" "Suatu hari, sebuah meteor raksasa menghantam bumi kita yang indah ini. Hal itu menyebabkan miliaran jiwa melayang," "Tidak mungkin!" "Lalu kenapa bumi tetap indah saat ini?" "Bagaimana bisa kami yakin kalau kau tak mengarang cerita ini?" Banyak anak yang tidak percaya pada pria itu. "Meteor itu menghantam bumi ratusan juta tahun yang lalu... Apa kalian yakin tidak ada yang berubah dari bumi ini setelah waktu selama itu?" Tanya pria itu dengan nada agak kesal dan bicaranya yang agak dipercepat. "Maafkan kami tuan..." kata seorang gadis kecil. "Ya sudahlah, lagipula kalian semua masih anak kecil..." "Memangnya apa yang terjadi setelah jatuhnya meteor raksasa itu?" kata seorang anak. "Meteor itu pecah dan mengeluarkan cairan yang menyebabkan mutasi genetik bagi siapapun yang terkena cairan tersebut. Oleh karena itulah sekarang kita tidak sendirian di dunia ini," jawab pria itu. "T-t-tidak sendirian k-k-katamu?" kata seorang anak yang ketakutan. "Jangan takut... yang kumaksud itu bukan hantu kok," kata pria itu. "Kau selalu saja takut akan segala sesuatu!" kata seorang anak disampingnya. Anak-anak lainnya menertawakan anak penakut itu. "Astaga naga... intinya yang kumaksud tidak sendirian itu adalah adanya ras lainnya selain manusia," "Memangnya ras apa saja yang ada selain manusia?" "Yang pertama adalah tumbuhan yang terkena mutasi genetik dari cairan meteor yang menghantam bumi dahulu kala. Menciptakan sebuah makhluk bertelinga panjang dan terkenal dengan arsitektur megah dan kekuatan magisnya, orang-orang menyebut mereka elf." "Salah! Elf itu kan julukan untuk fans dari Super Jun-" kata si gadis yang paling tua. "Kau mau ku pukul?" potong pria itu sambil mengepalkan tangan kanannya. "Hehehe... Maaf," kata gadis itu. "Dasar pecinta plastik!" kata teman di sebelahnya yang seumuran dengannya. "Diam kau dasar wibu bau bawang!" "Entah kenapa kurasa wibawaku hilang ditelan bumi saat berhadapan dengan anak-anak ini..." batin pria itu. "Elf itu apa?" tanya anak yang paling muda. "Elf adalah ras yang paling unggul dibandingkan dengan ras lainnya. Mereka bisa dibilang sebagai ras yang paling sempurna. Kemampuan magis mereka yang tiada duanya, arsitektur mereka yang luar biasa megah, hingga wajah mereka yang tampan dan cantik." "Mereka pasti baik bukan?" kata anak yang sepertinya tenggelam dalam imajinasinya. "Kenyataannya tidak. Mereka adalah makhluk yang paling angkuh. Mereka selalu menganggap rendah ras lainnya. Terutama manusia. Tapi bagaimanapun juga, tak ada satupun makhluk yang bisa mengalahkan mereka. Oleh karena itulah, mereka adalah ras yang paling disegani oleh ras lainnya." "Apa ada ras yang lainnya, tuan?" tanya anak yang paling depan. "Sepertinya kau sangat penasaran. Jawabannya adalah, tentu saja ada. Bahkan masih cukup banyak..." "Ras apa saja itu?" "Yang kedua adalah hasil akibat mutasi genetik pada hewan. Terciptalah sebuah makhluk yang bisa dibilang hewan jadi-jadian. Orang-orang menyebutnya beast." "Apa kemampuan mereka?" "Mereka memiliki kemampuan sama seperti hewan yang bermutasi dengan mereka. Misalkan saja eagle beast, makhluk itu tentu memiliki kemampuan sama seperti seekor elang." "Kemampuan elang itu apa saja?" tanya si anak penasaran. "Pengelihatan tajam, kuku yang tajam, hingga yang paling pasti bisa terbang." "Kurasa jadi beast itu enak ya? Bisa terbang, bernafas dalam air, atau melolong seperti serigala..." kata anak dibelakangnya. "Mungkin memang begitu, tapi jangan jadi seperti mereka." "Memangnya kenapa tuan?" tanya si anak penasaran. "Mereka sama angkuhnya dengan elf, mereka juga berperilaku semena-mena. Mereka menganggap bahwa dunia itu hanya diciptakan untuk jadi milik beast, dan ras selain beast itu harus dimusnahkan. Mereka bahkan tidak takut sama sekali dengan elf." "Aww... aku sangat ingin terbang," keluh anak yang paling muda. "Kalau kau ingin terbang, belajarlah dengan giat. Dengan itu, kau bisa jadi pilot, astronot, atau bahkan menciptakan alat agar kau bisa terbang di langit." "Baiklah tuan!" kata anak itu dengan bersemangat. "Dua ratus tahun kemudian terciptalah ras yang ketiga. Ras yang ketiga adalah manusia yang diberi anugrah kekuatan luar biasa oleh Tuhan, tetapi malah menyalahgunakan kekuatan itu. Sehingga pada akhirnya mereka dikutuk untuk memiliki tubuh yang buruk rupa dan akalnya dihilangkan. Ras ini dikenal dengan sebutan monster, dan mereka membenci manusia." "Kenapa?" tanya si anak penasaran. "Mereka mengira bahwa manusialah yang telah mengadukan mereka pada Tuhan, padahal Tuhan itu tidak buta. Tanpa diadukan sekalipun Tuhan sudah tahu apa yang mereka lakukan." "Bagaimana tampang mereka sekarang?" "Bermacam-macam, tergantung jenis mereka." "Memangnya ada berapa jenis mereka?" "Astaga! Kau ini banyak tanya!" kata si gadis yang diledek "pecinta plastik". "Sangat banyak, tapi monster terkenal akan ketujuh suku yang paling mematikan dengan pemimpin mereka yang sering dijuluki seven deadly sins" "Apa pemimpin mereka adalah seorang iblis bernama Melio-?" tanya seorang anak yang diledek "wibu bau bawang" sebelumnya. "Salah server nak..." potong pria misterius itu. "Owh, maaf..." "Tapi kau tak sepenuhnya salah, pemimpin mereka memanglah seorang dari suku iblis atau lebih tepatnya demon..." "Memangnya suku apa saja?" "Suku demon, suku vampire, suku ogre, suku succubus, suku goblin, suku undead, dan yang terakhir suku werewolf." "Bukankah werewolf itu seharusnya masuk ke ras beast?" tanya seorang anak penasaran. "Beast itu seperti manusia setengah hewan, tak bisa berubah menjadi manusia sepenuhnya maupun hewan sepenuhnya. Berbeda dengan werewolf yang bisa berubah menjadi manusia maupun serigala semaunya." pria misterius itu menjelaskan. "Mengerikan sekali, tiga ras itu membenci ras manusia! Astaga, kita pasti mati." kata si anak penakut. "Masih ada lagi ras yang membenci manusia," kata pria misterius itu. "MASIH ADA?" teriak si anak penakut.  BRUK!  Anak penakut itu terjatuh ke belakang. Ia pingsan karena takut. "Astaga naga! Anak itu benar-benar pingsan?" kata si pria misterius khawatir. "Ya ampun, hei! Bangunlah! Ceritanya belum selesai!" kata teman di sebelahnya. Suasana yang pada awalnya tenang berubah jadi berisik karena ada anak yang tiba-tiba pingsan.  ________________________________________ Tak lama kemudian anak itu kembali bangun. "Aduh, apa aku di Surga?" tanya anak penakut itu. "Surga gigimu ompong! Bangunlah! Ceritanya belum selesai!" Semuanya membantu si anak penakut itu untuk kembali duduk. "Baiklah demikian saja ceritaku..." kata si pria. "CERITANYA SUDAH SELESAI?" Teriak semua anak. "Belum, tapi cerita ini terlalu panjang untuk dilanjutkan hari ini. Lagipula sebentar lagi matahari akan terbenam, kalian akan dipukul orang tua kalian kalau kalian pulang terlalu malam." kata pria itu. "Tapi aku ingin mendengarkan kelanjutan ceritanya," kata anak yang paling muda. "Kalau begitu, besok temui aku di sini. Mungkin sepulang kalian sekolah, aku akan ada di sini..." kata pria misterius itu sambil berdiri. "Baiklah kalau begitu..." kata mereka. "Sampai jumpa besok," kata pria itu sementara ia sepertinya ingin memetik jarinya. CTAK! Suara petikan jari terdengar, dan pria misterius itu telah menghilang secara tiba-tiba. "Kemana perginya pria itu?" tanya si anak penasaran. "Kau pikir kami tahu?" kata si "wibu bau bawang". "Apa jangan-jangan, pria tadi itu hantu?" tanya si anak paling muda. "Tidak mungkin! Tadi pria itu menyentuh bahuku, dan tangannya hangat. Tak mungkin dia itu han-" kata si gadis "pecinta plastik". BRAK! Si anak penakut pingsan lagi. "Demi Tuhan! Pingsan lagi?" kata teman di sebelahnya "Ya ampun, mulai lagi..." kata si anak penasaran. Pada akhirnya, semua anak yang ada di sana bergotong-royong untuk mengangkat si anak penakut pulang ke rumahnya. Tapi tanpa mereka sadari, si Pria Misterius sedang duduk mengawasi mereka di dahan pohon raksasa itu. "Anak-anak ini mengingatkan kita tentang masa lalu kita. Bukan begitu, Saori?" katanya sambil tersenyum menatap pick gitar kayu dengan gambar bulan warna hitam di dalamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD