Prolog (Part 2)

1149 Words
Whitown, 17 Maret 2029 R  ==========================================   Keesokan harinya, anak-anak yang kemarin kembali ke pohon besar di taman. Mereka bersama-sama menunggu di sana untuk tujuan yang sama, si Pria Berjubah Misterius. "Ya ampun, sudah pukul 13.45. Orang itu melanggar janjinya..." kata si Anak Penasaran. "Benar, kemarin dia janji akan datang kemari saat kita semua pulang sekolah... Faktanya? Sekarang dia tidak ada sama sekali." kata teman di sebelahnya. "Dia pasti datang, aku yakin akan hal itu!" kata si Anak Paling Muda. "Kau terlalu optimis, nak..." pikir si Anak Paling Tua. "Yasudah, kita tunggu saja sampai pukul 14.00... Kalau sampai dia belum menampakkan wajahnya, kita pulang saja." kata si Anak Penasaran. Anak-anak itu pun menunggu di bawah pohon itu sambil berbincang-bincang masing-masing. "Ngomong-ngomong soal wajah, apa ada salah satu diantara kalian yang melihat wajahnya kemarin?" tanya si Anak Penasaran. Semua anak berhenti berbincang-bincang dan menanggapi si Anak Penasaran dengan serius. "Benar juga. Dipikir-pikir, Pria Misterius itu tidak memperlihatkan wajahnya sama sekali." kata kakaknya. "Wajahnya tertutupi oleh tudungnya. Aku penasaran, apakah dia itu kriminal?" pikir si Anak Penasaran sambil mengucapkannya. "Atau Hantu?" tanya si Anak Penakut. "Atau Superhero?" kata si Anak Paling Muda. "Atau Assassin?" gumam teman di sebelahnya. "Apa menurut kalian orang itu tampan?" tanya gadis di belakang mereka semua. Hening sejenak... Semua anak yang ada di sana menatap gadis itu. "Biasanya sih... Seseorang menyembunyikan wajah mereka jika orang itu artis, kriminal, atau karena wajahnya terlalu tampan." kata si Anak Penasaran. "Aku tidak tampan kok," kata seseorang yang sedang duduk di dahan pohon, tepat di atas mereka. Yang tak lain dan tak bukan adalah si Pria Misterius. "Hei! Kenapa kau baru datang?" tanya si Anak paling tua dengan wajah kesal sembari menunjuk si Pria Misterius. "Baru datang? Justru aku yang duluan sampai di sini, harusnya aku yang bertanya begitu!" kata si Pria Misterius sambil melompat turun dari dahan pohon setinggi 4 meter. "Woah! Dia bisa melompat turun dari dahan setinggi itu, dan baik-baik saja?" pikir si Anak Paling Tua. "LIHAT! DIA ITU HANTU! TAK MUNGKIN MANUSIA BISA TURUN DARI DAHAN POHON SETINGGI ITU! DITAMBAH WAJAHNYA DITUTUPI TUDUNG KARENA DIA MEMANG TAK PUNYA WAJAH! SUDAH PASTI! DIA ITU HAN- ADUH!" teriak si anak penakut sebelum dipukul oleh si Anak Penasaran. "Hanya karena kita tidak bisa melihat wajahnya, jangan pikir kalau dia itu hantu!" kata si Anak Penasaran. "Jadi kalian sangat ingin melihat wajahku?" tanya si Pria Misterius. "TENTU SAJA!" kata semua anak serentak. "Astaga naga, baiklah... akan aku tunjukkan," kata si Pria Misterius sambil mengangkat tangannya ke arah tudungnya. Semua anak menyipitkan mata mereka. Dari yang paling muda hingga yang paling tua, tak ada satupun yang mau melewatkan saat-saat yang akan menghancurkan rasa penasaran dalam diri mereka. "Tapi dipikir-pikir, akan jauh lebih baik jika aku tunjukkan nanti saja..." kata si Pria Misterius dengan santainya. Hal itu membuat semua anak memasang wajah kecewa. Bahkan ada yang hampir memukul si Pria Misterius jika teman di belakangnya tidak menahannya. "Kenapa?" tanya si Anak Paling Muda. "Agar kalian tidak mengingat wajahku untuk waktu yang lama, dan juga agar kalian tidak menceritakan tentang diriku pada siapapun..." jawab si Pria Misterius. "Apa orang ini memang seorang kriminal?" pikir si Anak Penasaran. "Tak perlu takut, aku bukan seorang kriminal..." kata si Pria Misterius. Si Anak Penasaran terkejut sontak bertanya "Bag-bagaimana kau-" "Itu tidak penting." kata si Pria Misterius. Hening sejenak... "Ngomong-ngomong soal cerita, sampai mana ceritaku kemarin?" Semua anak lantas baru sadar tujuan utama mereka datang kembali ke sana, untuk mendengarkan cerita si Pria Misterius. "Kalau tidak salah sampai ada lagi ras yang membenci manusia..." kata si Anak Penasaran. "Oh ya, benar... Maafkan aku," kata si Pria Misterius. "Maaf kenapa?" tanya gadis di belakang mereka semua. "Sepertinya aku melewatkan sesuatu..." "Sesuatu apa?" "Sebenarnya begini... Sebelumnya, ancaman bagi manusia hanya elf dan beast saja, tapi manusia benar-benar terpojokkan oleh kedua ras itu. Oleh karena itu manusia berdoa kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan pada manusia agar bisa bertahan hidup. Akhirnya Tuhan memberikan kekuatan sihir pada manusia-manusia terpilih untuk melindungi seluruh umat manusia." cerita si Pria Misterius. "Lalu bagaimana dengan monster?" tanya si Anak Penasaran. "Itulah yang aku lewatkan. Sayangnya sebagian dari mereka justru malah menyalahgunakan kekuatan sihir mereka. Sehingga mereka dikutuk jadi monster. Tubuh mereka jadi buruk rupa, dan akal mereka dihilangkan." "Sebagian? Berarti masih ada yang berpihak pada manusia?" "Ada, tapi tidak untuk waktu yang lama. Bisikan setan terkutuk perlahan-lahan mulai masuk ke telinga mereka. Akhirnya mereka jadi angkuh. Puncaknya adalah ketika mereka memutuskan untuk memisahkan diri dari manusia, dan justru memperbudak manusia. Oleh karena itulah, ras yang satu ini bisa juga disebut sebagai ras penghianat. Anehnya, mereka dengan bangga menjuluki diri mereka sendiri dengan sebutan mage." "Apa kehebatan mereka?" tanya si Anak Penasaran. "Mereka memiliki kemampuan sihir yang tiada duanya. Salah satunya, mereka bisa mengembalikan jiwa orang mati kembali ke jasadnya." Hening sejenak... Anak-anak kelihatannya menggelengkan kepala mereka tanda mereka tak mengerti. "Umm... Memasukan roh ke tubuhnya." katanya. Masih hening... "Menghidupkan kembali yang sudah mati?" Tetap hening... "Astaga naga, pernah dengar kata Edo Tensei?" kata si Pria Misterius dengan nada agak kesal. "Oh! Itu..." kata mereka bersama. "Wibu..." pikir si Pria Misterius. "Ya ampun, empat ras dan semuanya membenci manusia?" keluh si Anak Paling Muda. "Tidak semua kok... Beberapa masih berpihak pada manusia. Salah satunya adalah teman SMA ku," kata si Pria Misterius. "Apa ada ras lainnya?" tanya si Anak Paling Tua. "Sebenarnya masih sangat banyak. Saking banyaknya... butuh waktu setahun lebih untuk menjelaskan mereka semua." "TUNGGU SEBENTAR!" seru si Anak Penakut sambil menunjuk ke arah si Pria Misterius. Hal itu tentu saja mengejutkan, bukan hanya bagi si Pria Misterius... tapi juga bagi semua anak yang ada di sana. "Ada apa?" tanya si Pria Misterius. "Kalau ada empat atau lebih ras yang membenci manusia, dan keempatnya memiliki kekuatan yang tiada tara... LALU KENAPA SEKARANG KITA BISA HIDUP TENANG? KAU TAK SEDANG MENGHAYAL, KAN?" serunya. "Pertanyaan bagus, itu semua berawal dari terjadinya peristiwa revolusi kemanusiaan." "Revolusi kemanusiaan?" "Revolusi kemanusiaan adalah kejadian paling berpengaruh. Bukan hanya untuk umat manusia, tapi juga ras lainnya." kata si Pria Misterius menjelaskan. "Memangnya apa yang terjadi?" tanya si Anak Penasaran. "Akan aku jelaskan nanti..." "Kau mau pergi lagi? Padahal matahari belum terbenam loh..." kata gadis di paling belakang. "Bukan karena itu..." "Lalu karena apa?" tanyanya. "Aku harus buang air kecil. Sebentar kok, paling lama sampai lima menit..." katanya sambil ingin memetik jari. CTAK!  Suara petikan jari terdengar, dan si Pria Misterius itu sudah menghilang dari hadapan mereka. "Lagi... Ya ampun," kata si Anak Paling Tua. "LIHAT! KALIAN MELIHATNYA JUGA KAN? MANA ADA MANUSIA YANG BISA MENGHILANG DALAM SEKEJAP MATA! TIDAK SALAH LAGI! ORANG TADI PASTI- ADUH!" kata si Anak Penakut sebelum dipukul oleh teman di sebelahnya. "Hantu kepalamu! Mana ada hantu yang harus buang air kecil!" kata teman di sampingnya. "Tak perlu memukulku juga, dasar kau s****n!" "Habisnya kau selalu saja takut akan segala hal!" "Awas kau! Akan ku pukul kepalamu!" "Apa? Hah? Mau memukulku? Ayo! Di sini, pukul saja di sini! Ayo cepat! Pukul!" kata teman di sebelahnya sambil menunjuk pipi kanannya. "Hei! Sudah hentikan!" kata si Anak Paling Muda. "Ya Tuhan, mulai lagi..." kata si Anak Penasaran. Mereka berdua berusaha melerai si Anak Penakut dan teman di sebelahnya.________________________________________ Sementara itu... "Oh iya! Kita lupa meminta Pria Misterius itu untuk memperlihatkan wajahnya," kata si Anak Paling Muda. "Dia bilang akan memperlihatkannya nanti, dasar pembohong!" kata gadis di belakangnya. "Dia tidak bohong, kalian saja tidak mengerti..." kata si Anak Penasaran. "Apa maksudmu?" "Dia memang ingin memperlihatkan wajahnya. Tetapi jika dia ingin kita segera melupakannya, maka dia akan menunjukkan wajahnya saat akhir cerita bukan?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD