bc

Jupri

book_age4+
4
FOLLOW
1K
READ
drama
sweet
heavy
scary
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Jupri, preman pasar

Jupri, anak Lurah Nambangan harus hancur setelah perceraian kedua orang tuanya. Kedua orangtuannya sama-sama terhanyut dalam kejamnya dunia medsos yang makin marak di pejabat daerah.

Jupri merasa tersisihkan hingga nasibnya tidak ada yang memikirkan akan di bawa ke mana, sekolah, hanya sekolah asal dapat ijazah. Kini Jupri telah lulus SMU terkenal di kota Madiun dengan nilai cukup tinggi tapi sayang orang tuanya kurang perhatian.

Setelah lulus dengan predikat terbaik kelima, Jupri terdiam. Antara senang dan sedih dirasakan hingga sesak di d**a. Orangtua tidak perduli akan nasib Jupri, akhirnya dia luntang-lantung di Pasar Sleko Madiun. Kerjaannya hanya keluar masuk lapak orang untuk mengambil uang keamanan barang.

Dalam istilah warga pasar Jupri adalah preman bertopeng, setiap setoran lapak selalu Jupri sisihkan untuk anak yatim dan terlantar. Jika waktu senggang Jupri membuka sekolah gratis bagi anak terlantar seperti dirinya.

Hidup seperti itu Jupri jalani sudah hampir lima tahun, hingga suatu hari ada masalah dalam pasar. Seorang gadis bercadar kecopetan dan berteriak

"Ccooppeet, copeeet!!!"

Mendengar suara gadis nan tegas dan lembut hati Jupri bergetar seakan jantungnya lari maraton sejauh 100km/det. Sungguh pemandangan yang indah di mata Jupri, hingga Mak Ijah berteriak

"Juuprii ... kejarlah!!"

Teriakan Mak Ijah membuat Jupri tersadar dari pandangan indahnya dan segera berlari secepat kilat menyambar tas yang di pegang oleh pencopet itu.

"s****n, berani sekali kau copet daerahku tanpa kulonuwun. Mau kena bogem Bang Jupri, heh!" (kulonuwun= dalam bahasa indonesia mempunyai arti permisi)

Pencopet itu hanya termangu, tidak sadar bila tas yang di awal ada di tangannya telah berpindah di tangan Jupri. 'Sungguh kekuatan apa ini' batin Copet.

Setelah copet sadar dari keterkejutannya, dia langsung menyerang Jupri. Pukulan bertubi-tubi di lancarkan Copet ke Jupri. Namun Jupri menang telak, dalam waktu lima menit Copet semponyongan dan jatuh tersungkur.

Tas dikembalikan Jupri pada pemiliknya, Halimah. Nama yang indah bagi Jupri.

Sebaliknya, Halimah yang biasanya selalu jaga jarak pada lawan jenis merasa beda terhadap Jupri. Dia mau bersentuhan dengan Jupri saat berjabat tangan memperkenalkan diri masing-masing.

Ada getar di masing-masing hati kedua insan itu. Namun adab dan kebiasaan sangat jauh berbeda. Jupri merasa gelisah bila mendengar suara adzan, perlahan dia masuki masjid di pasar sleko.

Sejak bertemu Halimah, Jupri mulai meninggalkan kebiasaan buruknya yaitu minum air haram. Meskipun dia beribadah tidak rutin tapi minum tetap rutin tapi sejak bertemu Halimah niat minumnya mulai berkurang dan makin sering ibadahnya.

Untuk menarik hati sang pujaan, Jupri belajar mengaji pada imam masjid setelah maghrib sampai isya' kemudian setelah sholat isya' dia membersihkan lapak Mak Ijah buatnya tidur.

Sebelum subuh Jupri sudah bangun membersihkan masjid, menyiapkan keperluan ibadah untuk para jamaah. Lambat laun Jupri mulai menata hidupnya.

Uang tarikan dari tiap lapak di pasar di kumpulkannya untuk membeli buku pelajaraan, di sela-sela kegiatannya Jupri kembali belajar sendiri dari buku berbagai ilmu pengetahuan.

Uangnya sudah terkumpul satu juta, Jupri berniat membuka sekolah gratis untuk anak yang terlantar di sekitar pasar Sleko. Niat Jupri sangat didukung semua pemilik lapak, mereka ada yang menyubang minuman, makanan ringan dan alat tulis untuk anak yang mau belajar.

Lambat laun usaha Jupri menemui jalan untuk maju, hingga terdengar sampai ke telinga pemilik pondok Kyai Dahlan. Ayah dari Halimah.

Akankah cinta dapat menyatukan keduanya dalam ikatan suci? Akankah Kyai Dahlan merestui cinta Jupri?

chap-preview
Free preview
bab 1 Jupri
Bab 1 Jupri "Juupri," teriak mamak "Iya, mak, sebentar lagi tanggung nih," balas Jupri Imah, mamaknya Jupri berteriak memanggil anaknya yang tidak kelihatan batang hidungnya. Ternyata Jupri sedang membersihkan diri, aktifitas pagi anak sekolah. "Jupri sudah siap berangkat, Mak. Uang saku?" ucap Jupri sambil membuka telapak tangannya untuk meminta uang saku. "Nih, belajar yang bener, agar seperti cis cis yang di Utuber, banyak duitnya!" jelas maknya "Ish, Mamak. Sudah dulu Jupri berangkat, salamikum," balas Jupri asal, kemudian berlari dengan membawa sepedanya dan dikayuhnya cepat. "Dasar anak itu ya, ucap salam kok asal. Huft," ucap Mak Imah. "Ada apa, Bu. Pagi-pagi kok bicara sendiri, mana sarapan pagi bapak?" tanya Pak Dulah, -- suaminya. "Itu lho, Pak, si Jupri pamit kok salamnya asal," Bu Imah tersenyum sambil menunjukan ponsel di tangannya tanda jika dia lagi pegang ponsel. "Pasti sarapan angin lagi," ucap Dulah "Jangan khawatir, Pak. Tadi sudah kubelikan nasi pecel kesukaanmu, itu sudah siap di piring." ucap Bu Imah dengan suara pelan, menyiapkan sarapan buat suaminya. Pak Dulah menerima sarapannya dengan hati iklas dan lapang d**a, sekarang makin susah sarapan menu rumahan bikinan istri tercinta. Semenjak istrinya mengenal medsos, dia hampir tidak bisa lepas dari handpone sehingga semua kerjaan rumah terbengkalai. "Bu, saya sudah selesai sarapannya. Saya berangkat ke balai kota, ada pertemuan sesama lurah sekota," pamit Pak Dulah pada istrinya. Bu Imah hanya menganggukkan kepala tanpa melakukan ritual antar suami dan cium punggung tangan suaminya, sungguh Bu Imah sangat terhanyut dalam dunia medsos. "Buk!" suara Pak Dulah makin tinggi melihat tingkah istrinya yang tidak merespon ketika dia pamit untuk berangkat bekerja. "I--iiya, Pak. Maaf," kata Bu Imah terbata karena suara keras suaminya, segera dia mencium punggung tangan Pak Dulah dan mengantarnya sampai depan pintu. Saat punggung tangan Pak Dulah di cium istri, dia berkata pada istrinya, "jangan sering main medsos melebihi batas, Bu. Tidak baik ke depannya, tolong perhatikan lagi anak dan suamimu ini!" "Baik, Pak, akan saya perhatikan lagi waktu mainku ke medsos," balas Bu Imah sambil menundukkan kepalanya. Setelah mendengar janji istrinya, Pak Dulah berangkat menuju balai kota menghadiri pertemuan seluruh kepala desa. Pertemuan itu membahas tentang maraknya dunia medsos di kalangan pejabat, bagaimana penggunaannya dan memanfaatkan medsos sebagai media dengan baik dan santun. Bapak Walikota yang hadir saat itu memberi pengarahan cara terbaik menggunakan medsos, setelah semua acara inti selesai waktunya acara silahturahmi. Di acara inilah ada pameran handpone android terbaru dengan harga terjangkau. Hampir semua kepala desa membelinya, termasuk Pak Dulah. Acara berjalan lancar dan selesai tepat dua jam, Pak Dulah segera mengambil motor semox putih di parkiran dan melajukan menuju ke kantor kelurahan Nambangan. Tempat tugasnya. Perjalanan dari balai kota menuju kelurahan Nambangan hanya menempuh waktu tiga puluh menit, Pak Dulah menjalankan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Sesampainya di Kelurahan Nambangan, Pak Dulah segera masuk ruang kerjanya. Duduk santai sambil membuka kantong plastik isi ponsel terbaru yang dibelinya tadi. 'Selamat tinggal ponsel lamaku, selamat datang ponsel baru,' gumam Pak Dulah. Dibukanya kemasan ponsel pintar barunya, di baca cara pengoperasian ponsel itu, 'wah hebat lebih canggih fiturnya dari yang lama, keren,' imbuhnya. Lagi asyik mengutak-atik ponsel barunya, terdengar suara ketukan pintu dari luar. "Masuk," kata Pak Dulah. "Pak, ini ada berkas yang memerlukan tanda tangan Bapak. Silahkan diperiksa," jelas sekretaris itu. Diraihnya berkas itu, dibaca dan di pelajari kemudian tangannya bergerak memberikan tandatangannya di tiap lembar berkas itu. Selesai segera berkas itu di kembalikan pada sekretarisnya. "Terima kasih, Pak," Setelah berkata terimakasih, sekretaris itu keluar dari ruangan lurah dan kembali ke tempatnya semula. Di rumah, Bu Imah asyik dengan ponselnya, membuka aplikasi novel gratis. Dia membaca beberapa cerita di aplikasi tersebut, terkadang menangis, tertawa, hingga tidak mendengar suara Jupri pulang sekolah. "Mak, Jupri lapar, di mana mamak letakkan sayur dan lauknya?" tanya Jupri yang sudah membawa sepiring nasi di hadapan ibunya. "Aduh, Juuprii, bikin kaget mamak. Beli sayur dan lauk di Bu Sari saja ya, mamak sedari pagi belum masak," balas Bu Imah. "Aish, Mamak kok jadi gini, jarang masak main ponsel terus. Huh, sebal," dengan mengomel Jupri keluar lagi menaiki sepeda ontelnya menuju warung Bu Sari untuk membeli sayur. Sampai di Warung Bu Sari, Jupri masuk dan mulai memesan apa yang dia inginkan. Jupri sangat beruntung karena warung Bu Sari lagi sepi pengunjung jadi dia cepat selesai dan segera pulang. Sampai rumah, Jupri terkejut ternyata bapaknya sudah pulang, "alamat ribut lagi nih," batin Jupri. Jupri memarkirkan sepeda ontelnya pada tempatnya dan masuk rumah dengan berdendang sebuah lagu band kesayangannya, Dewa19. "Jupri! Kamu beli sayur lagi? Apa ibumu tidak masak lagi?" kata bapak. Jupri tersenyum hambar pada Pak Dulah, bapaknya. Hanya gelengan kepala yang bisa Jupri lakukan, dia serba salah bila menghadapi kedua oeangtuanya. Mamaknya ingin dia beli sayur tapi saat bapaknya pulang si mamak sudah selesai memasak buat bapak. Keadaan seperti ini sering membuatnya bingung harus berucap, seakan Jupri menjadi tersangka dalam masalah makanan. "Jangan buang duit untuk hal yang tidak berguna seperti ini, Jupri. Bila mamakmu sudah memasak jangan beli sayur, hargailah usaha mamakmu ini!" jelas Pak Dulah panjang kali lebar, membuat Jupri tersenyum kikuk sambil garuk kepalanya yang tidak gatal. "Baik, Pak. Besok-besok tidak lagi jika mamak masak, Jupri akan makan masakan mamak," "Baguslah jika seperti itu," kata Pak Dulah. Bu Imah masuk ke ruang makan sambil membawa beberapa lauk dalam piring dan juga semangkuk sayur soup kesukaan bapak. Jupri gegas membantu ibunya membawakan piring, meletakkan di meja dan menyiapkan piring makan untuk bapak. Setelah semua tersaji rapi di meja makan, mereka bertiga mulai makan bersama dengan diam hanya denting sendok dan garpu yang terdengar. "Bapak sudah selesai makan, Bu. Bapak langsung kembali ke kantor desa ya, Bu," ucap Pak Dulah sambil membersihkan sisa makanan di bibirnya dengan tisu yang tersedia di meja. Mendengar itu, Bu Imah langsung berdiri menyiapkan tas laptop bapak dan beberapa berkas yang tadi di kerjakan bapak. "Ini, Pak, tas kerja dan laptopnya, mari saya antar sampai depan," kata Bu Imah. Mereka berjalan berdua sampai depan rumah, Bu Imah mencium punggung tangan suaminya. Setelah semua selesai Bu Imah masuk ke dalam. "Wah, sudah akur nih, mamak. Pakai masak segala, terus ngapain tadi suruh Jupri beli sayur lho?" celoteh Jupri menggoda mamaknya. "Hust, anak kecil tidak boleh ikut campur urusan orangtua!" balas ibunya. "Mak, besok Senin, Jupri ujian. Doain Jupri dapat hasil terbaik ya, Mak," kata Jupri dengan suara lirih sambil memijat kaki ibunya. "Iya, Nak. Semoga apa yang kau inginkan tercapai."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.8K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.0K
bc

TERNODA

read
198.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.4K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook