A Forbidden Feel

1538 Words

Suara tawa anak kecil yang nyaring menelusup ke telinga Emran, membuatnya terbangun dalam kebingungan. Tapi hanya sejenak. Ia segera teringat bahwa dirinya sudah di rumah. Di kamar yang sama, namun terasa berbeda. Tadi malam Qisya memang bilang dia mengubah tata letak isi kamar agar terasa lebih segar. Tak heran Emran sempat merasa asing saat bangun. Saat meraba sisi ranjang, ia mendapati bekas tidurnya sudah dingin. Qisya jelas sudah bangun sejak lama. Saat menoleh ke jam dinding, matanya membelalak. Sudah pukul sembilan pagi. Dia melewatkan waktu sarapan bersama. "Kenapa Qisya nggak bangunin aku?" gumamnya panik sambil bangkit dan bergegas ke kamar mandi. Setelah bersih dan rapi, Emran langsung menuju dapur. Di sana, ia melihat Qisya sibuk memasak, dibantu oleh asisten rumah tangga me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD